THE LEGEND 14

1223 Words
"Xiu Zuan ... kau sedang apa?" tanya Liu Chang, seraya memakai bajunya kembali dan menghampiri wanita yang tak jauh dari tempatnya berdiri. "Aku sedang menata alas tidur untukmu, Liu Chang," ucap wanita itu dengan senyuman manis. "Apa kau pernah mendengar seseorang berkata ini padamu?" tanya Liu Chang penuh tanda tanya, seraya menatap gelapnya langit malam. "Berkata apa, Liu Chang?" sahut Liu Chang, penuh selidik. "Kau bagaikan seekor singa betina ... kau adalah jantung hatinya singa jantan." Xiu Zuan mematung dan terdiam seribu bahasa, ia tak mengerti sama sekali ucapan pemuda di dekatnya ini. Walau akhirnya ia tersenyum dan menjawab. "Oh, ... aku memang jantung hatinya singa ... tapi singanya siapa?" Xiu Zuan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan kemudian tertawa terbahak-bahak. Liu Chang hanya tersenyum.  Semoga saja  wanita baik hati ini mendapat hidup yang bahagia nantinya. Dan menemukan sosok tambatan hatinya. Selama Xiu Zuan masih bersamanya, maka ia berjanji akan menjaganya sepenuh jiwa. Baginya, Xiu Zuan saat ini adalah adiknya yang sangat menderita. Perjalanan kembali di lanjutkan. Kini Liu Chang menyihir seekor hewan besar mirip anjing. Untuk kembali mereka naiki. Lagi-lagi Liu Chang harus menyuruh hewan jelmaannya untuk berlari kencang dan bersembunyi.  Karena tiba-tiba saja, Black Reven masih saja mengintainya diatas awan-awan. Matanya yang tajam terus saja menatap ke semak-semak bawah. Xiumin benar-benar tak main-main akan hal ini, hingga menyuruh Black Reven mencarinya sampai jarak beribu mil jauhnya. Mereka bersembunyi di bawah semak-semak belukar. Dengan degupan jantung yang berdetak kencang. Takut kalau Black Reven menemukanya. Kemudian Liu Chang menyiramkan sebuah cairan untuk mengecoh burung itu. Tak lama kemudian hewan itu pun pergi,  akhirnya mereka bisa bernapas lega untuk saat ini. Mereka keluar dari persembunyiannya. Liu Chang kembali menaikan Xiu Zuan ke punggung hewan jelmaannya. Mereka melanjutkan perjalanan jauh, menuju ke hutan lebih dalam. Melewati rerumpunan, banyak hewan yang menatap mereka dari dahan-dahan. Mereka hanya diam tanpa berani bersuara sedikitpun. Xiu Zuan mengamati raut wajah Liu Chang yang terlihat resah. Dan tiba-tiba, Liu Chang membalik badannya cepat. Xiu Zuan pun ikut menoleh ke belakang dengan perasaan cemas. Tiba-tiba saja hewan yang ditumpanginya menggerang, menatap ke arah semak belukar. Munculah sosok hewan aneh yang entah apa,  dari semak-semak tersebut. Liu Chang segera mengambil belatinya dan bersiap melawan hewan tersebut. Pemuda itu menyuruh hewan jelmaannya untuk menjaga Xiu Zuan dan menjauh darinya. Sementara dirinya bertarung dengan sengit melawan hewan aneh itu. Pertarungan masihlah berlangsung, Liu Chang sudah tersungkur lemah sedang hewan itu masihlah terlihat kuat. Xiu Zuan berlahan turun dari punggung hewan tumpangannya. "Anjing besar ... bantu Liu Chang! Aku bisa jaga diri," ucapnya, hewan itu pun menoleh ke arah Xiu Zuan. Dan dibalas anggukan oleh wanita tersebut. Kemudian makhluk itu segera berlari menolong Liu Chang. Pertarungan sengit masih berlanjut hingga hewan jelmaan Liu Chang-pun kalah. Hewan buas itu sudah siap kembali menerkam tubuh Liu Chang. Tatapan matanya begitu lapar. Xiu Zuan tak kuasa menahan isakanya dan berteriak. "Liu Chang Quon ...!!!" Tiba-tiba saja ada sosok cahaya putih yang menghampiri mereka dan muncul sosok pemuda tampan berambut blue black. Tatapanya yang teduh menyejukan jiwa. Dengan sekali lambaian tanganya, hewan buas itu pun tunduk dan pergi meninggalkan mereka. "Selamat datang di hutan berkabut!" sambut pemuda itu, yang di sampingnya ditemani seekor rusa besar berwarna putih dengan mata biru savir, dan tanduk kristal yang terlihat begitu menawan. "Minghau ...!" seru Liu Chang, dengan binar mata berkaca-kaca. Xiu Zuan menoleh ke arah Minghau dan dibalas anggukan olehnya. Rusa putih yang bernama Armour itu berlahan berjalan mendekati Xiu Zuan. Seketika membuat wanita itu menjengit mundur karena takut. "Jangan takut, anak manis ... rusa itu baik, dia jelmaan Dewa, penunggu hutan ini," tutur Minghau, lembut. Xiu akhirnya terdiam dan terus menatap mata rusa itu. Seolah terhipnotis oleh bola mata savir yang dimiliki rusa tersebut. Rusa itu kemudian mengusap perut Xiu Zuan dengan hidungnya pelan. Dan kembali mendekat ke arah Minghau, seakan memberitahu sesuatu pada pemuda tampan itu. "Mari kita pergi ke gubukku!" ajak Minghau, kemudian memimpin perjalanan dan diikuti Xiu Zuan serta Liu Chang di belakangnya. Sedang rusa yang bernama Armour itu menghilang entah kemana. Mereka tak menyadari ada sosok burung raksasa-Black Reven, yang sedari tadi menetap mereka di atas pohon.  Dan kemudian terbang menjauh pergi. Sesampainya di kediaman Minghau. Tempat tinggal pemuda itu sangat sederhana, hanya perumahan kecil namun tersusun rapi. Di sana juga terdapat berbagai peralatan meramu obat dan juga ada tumbuh-tumbuhan herbal. "Perkenalkan aku--" belum sempat Xiu Zuan mengenalkan diri, Minghau sudah memotong pembicaraanya. "Nanti saja! Sekarang bersihkan dirimu dulu!" perintah Minghau, seraya memberikannya pakaian bersih. Setelah mereka semua selesai membersihkan diri. Selanjutnya mereka makan malam bersama. "Minghau ... bisakah kau membantuku?" Xiu Zuan membuka suara. Minghau sontak menghentikan acara makannya dan menatap lurus ke arah wanita di hadapannya. "Aku, Yang Xiu Zuan dari suku Yang, dan ini Liu---" "Ya! Aku tau siapa dia," potong Minghau. "Bantuan apa yang kau inginkan Xiu Zuan?" "Aku ingin menggugurkan bayi ini." ucap Xiu Zuan, yakin. Mendadak suasana menjadi hening. Minghau dan Liu Chang saling bertatapan. "Boleh aku menyentuh perutmu, Xiu?" Minghau menghela napas. Tak habis pikir dengan kemauan Xiu Zuan. Minghau memejamkan kedua matanya dan mengelus perut Xiu Zuan. Namun seketika ia membelalakkan kedua bola matanya. "Ini mustahil! Phoenix melindungi bayimu,  kalau kau mau membunuh anak ini,  maka kau juga akan tiada!" jelas Minghau. "Kenapa kau ingin melenyapkannya?" tanyanya kembali. "Ini bukan anakku, aku membencinya karena dia anak Xiumin b******n itu, aku benci dirinya!" ucap Xiu Zuan menggebu-gebu, dan merepal kedua tangannya. "Dengarkan aku! Bayi ini adalah bagian dari dirimu, dia bergantung padamu, dia hidup di dalam dirimu, dia akan berbeda kalau kau yang membesarkannya. Kau membenci Xiumin, karena dia membunuh orang yang tak bersalah, lalu apa bedanya dengan dirimu yang membunuh bayi yang tak bersalah. Dia akan menangis kalau tau orang tuanya yang membunuhnya. Jangan kau lampiaskan kebencianmu pada bayi ini." Minghau memegang kedua bahu Xiu Zuan, dan menatapnya dalam. Xiu Zuan terdiam mendengar penuturan Minghau,  jujur ia bingung dengan keputusannya saat ini. "Kau jauh-jauh melakukan perjalanan melewati mara bahaya,  di dalam hutan hanya untuk membunuh bayi tak bersalah. Maafkan aku! Aku tak bisa membantumu." imbuh Minghau. "Sejujurnya aku ke sini juga ingin meminta bantuanmu, Hau! Aku ingin membunuh raja kejam itu!" kini Liu Chang yang berucap. "Aku sudah muak dengannya, aku tak ingin berhubungan dengannya lagi, dia terlalu kuat." ucap Minghau, datar. "Kau hanya akan diam saja? Setelah dia membunuh semua sukumu, hah? Dan kau juga akan diam saat dia menggantung sepupumu, Tao?!" Liu Chang mencengkram krah baju Minghau, amarahnya memuncak. "Ta-Tao ... terbunuh?" gagap Minghau tak percaya. "Tanya pada Xiu Zuan, kalau kau tak percaya!" Minghau menoleh ke arah Xiu Zuan. Dan ekspresi sedih wanita itu sudah bisa menjelaskan semuanya. "Aku sudah mengajak Tao melarikan diri dari istana itu, namun dia tidak mau. Aku benci keras kepalanya, Xiumin pasti menganggapnya sebagai keturunan suku Zhi Zhu  Aku sudah menduga semua ini akan terjadi, Tao ... maafkan aku. Ini jalan yang kau inginkan ...," isak Minghau merutuki nasip tragis sepupunya. *** Di sisi lain seorang  pemuda, tengah terlihat sedang bersila  dan memejamkan matanya. Di sebuah batu besar. Ingatannya terus menelisik jauh tak terjangkau. Dan kemudian membuka matanya dengan seringaian tajam tertera di bibir dumplenya. "Tidak sia-sia aku mengeluarkan banyak cakra untuk mengirim Black Reven," kekehnya mengerikan. Ya! Saat kejadian di mana Xiu Zuan dan kawan-kawannya diganggu oleh binatang buas, mereka semua lengah, dan tak menyadari keberadaan Black Reven yang sudah menemukan keberadaan mereka semua. "Hutan Berkabut ...," ucap Xiumin, datar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD