07 - Kesal.

1537 Words
  Ucapan Rinda terbukti benar. Nesya memang akan ikut pergi ke acara arisan bersama dengan Anita juga Rinda. Ketika tahu kalau Nesya akan ikut, Reno pun segera bersiap-siap, pergi mandi lalu mengenakan pakaian yang rapih.   Saat ini Reno sudah berada di ruang tengah, bersama dengan Rinda yang sejak tadi fokus bermain ponsel. Mungkin Rinda sedang berkirim pesan dengan Anita, atau sedang membaca berita. Entahlah, Reno tak tahu pasti.   "Bunda, kita perginya pakai mobil masing-masing atau mau satu mobil bersama?" Reno berharap kalau mereka akan pergi menggunakan mobil yang sama agar ia bisa melihat Nesya. Tidak masalah kalau ia tidak bisa mengobrol dengan Nesya, yang terpenting adalah ia bisa melihat Nesya dari jarak yang begitu dekat.   "Kita akan pakai mobil yang sama, kamu yang jadi supirnya. Kamu mau kan?"   "Terserah Bunda."   "Jadi, nanti kamu dan Nesya duduk di depan, sementara Bunda dan Bunda Anita duduk di kursi belakang."   Rasanya Reno ingin berteriak begitu mendengar mendengar penjelasan sang Ibunda yang mengatakan kalau ia dan Nesya akan duduk di barisan depan. Syukurlah, ia jadi bisa duduk di samping Nesya dan berada cukup dekat dengan perempuan itu.   "Reno yang bawa mobilnya?" Ulang Reno memperjelas.   "Iya, itupun kalau kamu mau. Kalau kamu enggak mau, kita bisa pakai supir kok."   "Jangan pakai supir." Reno langsung memberikan penolakan. "Biar Reno saja yang jadi supirnya."   Jika pakai supir maka Reno akan duduk di samping Pak supir, lalu Nesya akan duduk di barisan belakang, bersama dengan Rinda juga Anita. Reno tidak mau hak itu terjadi, karena itulah ia setuju untuk menjadi supirnya.   "Ok." Rinda tahu kalau Reno tidak akan menolak, tentu saja karena ada Nesya. Jika tidak ada Nesya, pasti Reno tidak akan mau ikut dengannya ke acara arisan.   "Ya sudah, sekarang ayo kira berangkat." Rinda beranjak dari duduknya, lalu melangkah keluar, di ikuti oleh Reno yang berjalan tepat di belakangnya.   Mobil yang akan mereka pakai sudah siap, sudah terparkir tepat di depan rumah. Sebelumnya sudah di panaskan, jadi Reno tak perlu lagi memanaskannya.   Reno duduk di kursi kemudi, sedangkan Rinda duduk tepat di belakang Reno. Mobil yang Reno kemudikan kemudian melaju menuju kediaman orang tua Nesya yang hanya berjarak beberapa meter saja.   Begitu memasuki pekarangan rumah orang tua Nesya, Reno melihat Anita dan Nesya yang sepertinya sudah menunggu kedatangan mobil jemputan. Reno jadi penasaran, kira-kira Nesya tahu atau tidak ya kalau dia akan ikut ke acara arisan hari ini?   Kaca mobil gelap, jadi dari luar mobil tidak akan bisa melihat ke dalam mobil.   Begitu mobil sudah terhenti tepat di hadapan keduanya. Anita membuka pintu mobil bagian depan, dan meminta agar Nesya masuk. "Kamu duduk berdua sama Abang Reno, Bunda sama Bunda Rinda duduk di belakang."   Anita sudah tahu kalau Reno akan ikut dan Renolah yang bertugas sebagai supir. Lain halnya dengan Nesya yang tidak tahu apapun.   "Tapi Bun," lirih Nesya tak terima.   "Tidak ada tapi-tapian. Kamu duduk di depan sama Abang, dan Bunda akan duduk di belakang sama Bunda Rinda." Anita kembali mengulang ucapannya, kali ini jauh lebih tegas dari sebelumnya. Dengan lembut, Anita mendorong Nesya agar segera memasuki mobil.   Mau tak mau, Nesya pun duduk di depan, samping Reno. Jujur saja, Nesya terkejut ketika melihat kalau Renolah yang menjadi supirnya. Seandainya saja ia tahu kalau Reno juga akan ikut, maka ia akan menolak untuk ikut dan memilih untuk berdiam diri saja di rumah. Seharian menonton banyak film ataupun membaca novel.   Sekarang semuanya sudah terjadi, tak mungkin juga ia tiba-tiba menolak untuk ikut. Pasti Anita akan tetap memaksanya untuk ikut, terlebih ia sudah berjanji kalau ia akan ikut dalam acara arisan kali ini.   "Kenapa senyum-senyum?" Nesya bertanya ketus ketika melihat Reno yang kini tersenyum dengan sangat lebar padanya.   "Loh memangnya kenapa? Abang enggak boleh senyum?" Bukannya pudar, senyum Reno malah semakin lebar.   Alasannya sebenarnya Reno tersenyum adalah karena ia merasa gemas tat kala melihat mimik wajah Nesya yang terkejut ketika melihatnya. Ah, sekarang Reno menyesal karena tidak sempat mengabadikan momen tersebut dengan kamera ponsel miliknya.   "Iya, enggak boleh." Lagi-lagi Nesya menjawab dengan ketus..   Mimik wajah Nesya sangat masam, terlihat sekali kesal sekaligus marah, membuat Reno ingin sekali tertawa dengan begitu kencangnya. "Kenapa enggak boleh?" Reno menatap Nesya dengan kening berkerut dalam.   "Pokoknya enggak boleh!" seru Nesya, kekeh melarang Reno untuk tersenyum. Nesya tahu kalau alasan Reno tersenyum pasti karena dirinya dan itulah yang membuatnya kesal.   Rinda dan Anita hanya menggeleng tat kala melihat Reno dan Nesya yang mulai terlibat dalam sebuah perdebatan. Jika tidak segera di hentikan, pasti keduanya akan terus berdebat.   "Sudah-sudah jangan berdebat, nanti kita bisa terlambat." Rinda akhirnya melerai perdebatan antara Reno dan Nesya.   Reno dan Nesya pun bungkam, tidak lagi berdebat. Reno kembali melajukan mobil sesaat setelah memastikan kalau Anita dan Nesya duduk dengan baik, dengan sabuk pengaman yang terpasang dengan sempurna.   Tak sampai 20 menit kemudian, mereka semua sampai di rumah tempat di mana acara arisan di adakan. Selama perjalanan menuju tempat arisan, Reno dan Nesya lebih banyak diam, lain halnya dengan Rinda dan Anita yang terus saja mengobrol, membicarakan banyak sekali hal.   Sudah banyak sekali mobil yang terparkir dan banyak juga yang baru datang, membuat Reno dan Nesya berpikir kalau acara arisan tersebut sangatlah besar.   Keduanya jadi bertanya-tanya, semewah apa sih acara arisan tersebut? Dan berapa banyak ibu-ibu yang hadir?   "Kalian berdua mau tetap di mobil? Atau mau ikut turun dan masuk ke dalam?" Anita menatap Reno dan Nesya secara bergantian.   "Memang boleh kalau Nesya enggak ikut turun?" Nesya menatap sang Ibunda dengan mata berbinar.   Jika memang boleh untuk tidak turun, maka Nesya akan memilih untuk tetap diam dalam mobil, membiarkan kedua bundanya masuk dan ia menunggu dalam mobil bersama Reno sampai acaranya selesai.   "Ya sebaiknya, akan jauh lebih baik kalau kamu sama Abang turun, bertemu sama teman-teman Bunda." Anita menyahut dengan antusiasme tinggi.   Anita berharap kalau Nesya dan Reno akan ikut turun, tapi jika keduanya tak mau ikut turun, maka ia juga tidak akan memaksa.   Nesya sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi ketika ia ikut masuk ke dalam lalu bertemu dengan teman dari kedua Bunda-bundanya. Hanya membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduknya merinding.   Pasti akan banyak sekali ibu-ibu yang bertanya. Sudah punya pacar atau belum? Kapan menikah? Mau tidak kalau sama anak Ibu? Dan banyak lagi pertanyaan lainnya yang tentu saja akan membuatnya merasa tak nyaman.   "Enggak ah, Nesya mau di mobil aja!" Akhirnya Nesya memilih untuk menolak ikut masuk ke dalam.   "Yakin enggak mau ikut?" Anita kembali menatap Reno dan Nesya, keduanya pun dengan kompak mengangguk.   "Iya Bunda, Nesya di mobil saja."   "Reno juga, di mobil saja."   "Baiklah, Bunda turun ya." Setelah mendapat jawaban dari Reno dan Nesya, Anita lantas keluar dari mobil.   "Bunda, acaranya berapa lama?" Sebelum Rinda menyusul keluar dari mobil, Reno bertanya tentang berapa lama waktu yang akan Bundanya tersebut habiskan.   "Mungkin sekitar 1 atau 2 jam. Sudah ya, Bunda masuk dulu. Bye." Rinda keluar dari mobil, lalu menggandeng Anita yang sudah menunggunya.   Keduanya memasuki rumah yang di jadikan sebagai tempat acara arisan, meninggalkan Reno dan Nesya.   "Bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan?" 1 jam adalah waktu yang cukup lama, dan Reno pikir, akan jauh lebih baik kalau ia mengajak Nesya untuk pergi jalan-jalan.   Nesya segera menolehkan kepalanya pada Reno, menatap pria itu dengan kening berkerut. "Jalan-jalan?"   "Iya jalan-jalan. Mau atau enggak?"   "Jalan-jalan ke mana?"   "Ya terserah kamu, kamu maunya jalan-jalan ke mana? Abang mah ikut aja." Reno akan mengantar Nesya kemanapun Nesya mau pergi, bahkan jika Nesya ingin pergi ke KUA sekalipun, maka Reno siap untuk mengantarnya.   "Memangnya boleh?" Nesya membalas pertanyaan Reno dengan sebuah pertanyaan lagi.   "Sepertinya boleh, tapi kalau kamu kurang yakin, biar Abang hubungi Bunda dulu untuk meminta ijin."   Nesya mengangguk, dan Reno pun segera menghubungi Rinda untuk meminta ijin pergi keluar. Rinda dan Anita memberi Reno dan Nesya ijin untuk pergi jalan-jalan.   Nesya tentu saja senang, dan langsung memberi tahu Reno tempat mana yang ingin ia kunjungi.   Seperti yang sebelumnya sudah Reno katakan, Reno akan mengantar kemanapun Nesya ingin pergi. Maka, begitu Nesya memberi tahu Reno tentang tempat yang ingin di kunjunginya, Renopun langsung mengendarai mobilnya menuju tempat tersebut.   Nesya meminta untuk mengunjungi mall, katanya ingin makanan korea. Tanpa pikir panjang, Reno pun menyetujui permintaan Nesya, lalu mengantar Nesya ke mall yang di  maksud.   Begitu sampai di mall, Reno dan Nesya segera pergi menuju restoran yang di maksud. Reno tidak begitu menyukai makanan Korea, jadi ia hanya menemani Nesya untuk makan. Setelah Nesya makan, barulah giliran Nesya yang mengantar Reno untuk pergi makan, tapi Reno malah menolak dengan alasan kalau pria itu masih kenyang dan belum ingin makan.   Nesya pun tak ambil pusing, dan memilih untuk pergi berbelanja, tentu saja bersama dengan Reno yang selalu setia mendampinginya. Reno bukan hanya mendampingi Nesya untuk berbelanja, tapi juga membayar belanjaan Nesya karena Nesya yang lupa untuk membawa dompetnya.   Awalnya Nesya menolak dan ingin membatalkan niatnya berbelanja, tapi Reno memaksa, sampai akhirnya Nesya pun memutuskan untuk memakai uang Reno dan berjani akan mengembalikannya nanti ketika sampai di rumah.   Selesai berbelanja, mereka berdua pun memutuskan untuk pergi menonton, lebih tepatnya Reno yang memaksa Nesya agar mau pergi menonton dengannya. Sebelum pergi menonton, Reno terlebih dahulu menyimpan semua barang belanjaan Nesya di mobil, agar mereka tidak terlalu kerepotan.   Sebelum pergi menonton, Reno sudah meminta ijin pada kedua Bundanya dan dua-duanya memberi ijin. Ternyata Rinda dan Anita sudah pulang, keduanya di jemput oleh supir, jadi Reno dan Nesya bisa jalan-jalan dengan lega tanpa harus memikirkan keduanya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD