Happy Reading.
*
Aliya merasakan geli yang sangat luar biasa pada pusat tubuhnya. Basah dan nikmat, ia baru bangun dari tidurnya tapi matanya masih terpejam menikmati hal yang ia sendiri tidak tahu apa itu.
"Ah!" Aliya membuka matanya dan saat ia melihat kebawah ternyata Jimin sedang bermain dengan pusat tubuhnya. Kakinya mengangkang lebar dan ia tidak menggunakan apapun.
"Oppah!" Jimin menghentikan aktifitasnya saat mendengar panggilan Aliya.
"Morning!" Sapa Jimin riang dan menuju atas mengecup bibir Aliya sekilas.
"Apa yang Oppa lakukan?" Tanya Aliya.
"Bermain!" Kata Jimin sambil menuju bawah lagi untuk melanjutkan pekerjaanya.
"Tapi ah!" Aliya hanya bisa mendesah saat Jimin kembali bermain dengan pusat tubuhnya. Lidah Jimin bergerak ahli di klitorisnya, mencium, menghisap dan mengulum cepat klitorisnya dan itu membuat Aliya melayang.
"Oppah!" Aliya menjambak pelan rambut Jimin. Ini sangat nikmat dan memabukkan.
"Oppah akuh mauh pipishs..ahk" tubuh Aliya bergetar saat berhasil mengeluarkan cairanya dan saat Aliya tersadar Aliya langsung melihat bawah lebih tepatnya melihat Jimin.
"Oppa kupipisi?" Tanyanya panik. Jimin yang mendengar pertanyaan Aliya sontak tertawa keras, Aliya yang tidak mengerti kenapa Jimin tertawa hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Aigoo, itu bukan pipis sayang tapi orgasme" kata Jimin setelah menghentikan tawanya.
"Apa itu orgasme?" Tanya Aliya lagi.
"Orgasme itu seperti kau mau pipis tapi itu bukan pipis" jelas Jimin yang bisa dibilang aneh.
"Aku tidak mengerti!" Rengek Aliya.
"Aish jika kau mau mengerti cari saja Google, Oppa tidak bisa menjelaskanya" kata Jimin.
"Ish Oppa" Aliya berteriak dan menutup selangkanganya.
"Kenapa Oppa buka-buka pahaku?" Tanyanya kesal.
"Aku butuh sarapan!" Kata Jimin.
"Sarapan itu nasi bukan itu ku" ketus Aliya.
"Sarapan s*x Sayang" Aliya mendengus mendengar jawaban Jimin.
"Mana pakaianku?" Tanya Aliya.
"Itu!" Tunjuk Jimin dibawah.
"Aish" baru saja Aliya mau turun tanganya sudah lebih dulu dicekal Jimin.
"Mwo?"
"Mau kemana?" Tanya Jimin.
"Mengambil pakaianku" Jimin menggeleng dan mendorong Aliya keranjang.
"Yakh Oppa" Jimin menindih tubuh kecil Aliya.
"Kita selesaikan ini dulu. Oppa sudah tidak tahan" kata Jimin.
"Tidak tahan apa?" Tanya Aliya bingung.
"Memasukimu" Jimin kembali meraub bibir merah Aliya dalam ciuman panas dan bergairah. Mengekspos penuh bibir manis Aliya, memasukkan lidahnya dalam mulut Aliya dan mengajaknya berperang.
"Oppah!" Jimin mengusap pipi Aliya lembut mengarahkan tanganya untuk mengelus rahang Aliya.
"Hah!" Jimin melepaskan ciumanya saat mereka kehabisan pasokan oksigen.
"Kau mau melanjutkan ini?" Tanya Jimin.
"Apa aku punya pilihan lain selain berkata iya?" Jimin menggeleng pelan saat mendengar suara manja Aliya.
"Tidak Sayang. Pilihanmu hanya iya dan kau tidak punya pilihan lain lagi" Aliya menganguk dan tersenyum tipis.
"I Say Yes" Jimin tersenyum dan kembali mencium Aliya.
"Oppah"
*
Akhir pekan ini Jimin mengajaknya berkencan dan karena Aliya tidak pernah berkencan sebelumnya maka dari itu Aliya datang ke Butik Lisa untuk meminta saran plus pakaian apa yang harus ia kenakan agar terlihat cocok dengan Jimin. Aliya ingin terlihat pantas dengan Jimin jadi ia harus meminta saran dari pakarnya.
"Ck kuno" ketus Aliya saat melihat pakaian yang ditunjukkan Lisa.
"Kuno? Hei ini sexy" pekik Lisa.
"Ini terlalu terbuka Nona Kim. Dan aku tidak suka itu" ketus Aliya.
"Ayolah Aliya. Ini sedang Boming dan kau malah memilih memakai celana kulot panjang dengan jaket sampai paha pula. Itu malah kuno" kesal Lisa pada calon adik iparnya.
"Wae? Aku nyaman begini! Pakaian sexy bukan gayaku" kata Aliya.
"Tapi kau mau berkencan dengan Jimin Oppa, dan pakaian ini cocok untukmu" ujar Lisa.
"Aku akan memakai pakaian biasa dan Eonni tidak perlu merecokiku dengan berbagai staylise Eonni yang kurang bahan itu. Percayalah aku tidak akan berminat sama sekali dan aku juga tidak akan memakaianya meskipun Eonni kirim itu kerumahku" Lisa menghela nafas panjang mendengar ucapan Aliya.
"Terserahlah!" Kata Lisa sambil melempar Dres pendek yang ia pegang ke sofa.
"Ada Long Dres?" Tanya Aliya.
"Ada tapi warna Kuning" kata Lisa.
"Yang lain?" Lisa tampak berfikir.
"Ada juga sih tapi aku lupa menaruhnya. Mungkin masih disimpan Tzuyu. Sebentar" Lisa berjalan keluar dari ruanganya untuk memanggil Tzuyu.
Aliya menilai ruang kerja Lisa, banyak foto Taehyung dan Lisa yang terpajang didinding dan Aliya simpulkan jika mereka sering berkencan. Aliya juga melihat berbagai baju yang sepertinya hasil karya Lisa yang menggantung rapi dihanger depannya.
Baju-baju itu terlihat sangat bagus dan mahal. Aliya mengambil satu mini dres warna Pink. Senyum diwajahnya mengembang saat merasakan kecocokan pada dres Pink ini. Panjanganya juga lumayan, sampai bawah lutut dan ini juga simple.
"Aku minta ini saja kali ya?"
*
Jimin tersenyum saat melihat penampilan Aliya sederhana tapi cantik. Celana jeans panjang warna hitam, kaos merah yang dibalut jaket bomber kebesaran dan sepatu warna putih dengan rambut dikuncir kuda tanpa poni.
Jimin sudah mengira jika Aliya akan tampil begini dan Jimin sama sekali tidak merasa keberatan. "Wae Oppa? Jelek?" Tanya Aliya pelan.
"Ania kau cantik" pipi Aliya bersemu merah saat mendengar pujian Jimin. Ia tidak terbiasa mendengar pujian dari orang lain.
"Lihat pipimu" pipi Aliya semakin merah saat Jimin mengecupnya pelan.
"Kajja kita berangkat" ajak Jimin sambil merangkul Aliya.
"Kita akan kemana?" Tanya Aliya.
"Jalan-jalan"
*
"Aku tidak mau!" Rengek Aliya saat Jimin mengajaknya naik Roller Coaster, mereka ada di Lotte Word sekarang.
"Ayolah sayang pasti seru" kata Jimin.
"Aku takut Oppa" lirih Aliya.
"Tidak perlu takut ada Oppa disampingmu, kajja" Jimin menarik Aliya menuju loket wahana itu.
"Bagaimana jika kau berteriak dan muntah" kata Aliya takut.
"Tidak akan kau kan kuat. Dua tiket" kata Jimin pada penjaga loket.
"Kajja" Aliya hanya pasrah saat Jimin menariknya.
"Kau pasti bisa" Kata Jimin menyemangati.
"Oppa" Jimin menggengam erat tangan Aliya.
"Ada Oppa, kau tenang saja" Aliya menghela nafas pelan matanya terpejam erat ia sangat takut.
"Kita mulai"
"Argggg" Aliya berteriak saat Roller Coaster itu bergerak sangat cepat. Ia sangat takut dan yang bisa ia lakukan adalah memeluk erat tubuh Jimin yang ada disampingnya.
"Haha nikmati ini Aliya, sangat seru" Aliya tetap memejamkan matanya erat. Ia tidak mau membuka matanya walaupun sudah memeluk Jimin, Aliya masih takut.
"Buka matamu" Aliya menggeleng tidak mau.
"Buka saja" dengan pelan Aliya membuka matanya dan ia kembali memejamkan matanya saat melihat ketingian Roller Coaster yang ia naiki dan ia juga semakin mengertakan pelukanya pada Jimin.
"Buka matamu. Oppa ada disampingmu"Aliya menuruti ucapan Jimin untuk membuka matanya.
"Jangan lihat yang lain. Lihat Oppa" Aliya menurut dan hanya melihat Jimin.
"Aku takut" Jimin menggeleng dan mengertakan pelukanya.
"Ada Oppa" Jimin menunduk untuk memanggut bibir merah Aliya dan saat Aliya mengerti ia langsung memejamkan matanya. Mereka berciuman di Roller Coaster yang sedang bergerak dengan kecepatan penuh. Saling memanggut dan menyesap, Jimin melumat habis bibir merah Aliya. Dan mereka tidak menghentikan ciumanya setelah Roller Coaster yang mereka naiki berhenti, tidak peduli keadaan dan tempat Jimin semakin dalam mencium Aliya.
*
"Tidak mau!" Rengek Aliya saat Jimin mengajaknya masuk kerumah hantu.
"Wae?"
"Takut" jawab Aliya.
"Ada Oppa, Kajja" sebelum Aliya protes Jimin lebih dulu menariknya.
"Oppaaa!" Aliya berteriak saat baru memasuki rumah hantu. Ia langsung menerjang tubuh Jimin dan mengeratkan pelukanya.
"Lihat dulu" Aliya menggeleng dan semakin mengeratkan peluknya.
"Kita keluar" rengek Aliya. Jimin menggeleng tidak mau dan meneruskan perjalananya menyisuri rumah hantu.
Aliya tidak melepaskan pelukanya sama sekali. Ia terus memeluk Jimin erat, kadang ia berteriak karena ada benda atau apa yang menyentuhnya dan mendengar teriakan Aliya, Jimin hanya tertawa keras. Bahkan Jimin sengaja menyuruh hantu gadungan yang ada disana untuk menggoda Aliya.
"Opppaaaa"
*
Tubuh Aliya lemas setelah keluar dari rumah hantu, wajahnya pucat pasi dan ia sangat lemas bahkan untuk berjalan ia harus dibantu Jimin. Melihat Aliya yang berjalan sempoyongan Jimin langsung menggedong Aliya.
"Oppa!"
"Shut! Kita makan dulu" banyak pasang mata yang melirik iri kearah Aliya yang digendong Jimin. Mereka iri bagaimana Jimin memperlakukan Aliya, terlihat sangat romantis dan manly.
*
Sepanjang hari mereka menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. Jimin selalu setia menggandeng tangan Aliya dan merangkul pudak Aliya. Mereka terlihat sangat romantis dan sempurna. Dan saat Aliya kelelahan berjalan Jimin dengan senang hati menggendongnya.
"Wae?" Tanya Jimin saat Aliya menatapnya.
"Ani, aku hanya merasa aneh pada diriku" kata Aliya.
"Aneh kenapa?" Tanya Jimin bingung.
"Pernikahan kita baru berjalan 1 minggu dan kita sudah seakrab ini. Sebelum ini kita juga tidak pernah bertemu dan bagaimana bisa aku senyaman ini dengan Oppa? Padahal biasanya aku butuh waktu 2 bulan untuk membiasakan diri dengan orang lain" Jimin tersenyum saat mendengar pengakuan jujur Aliya.
"Kau jujur sekali" puji Jimin.
"Aku tidak terbiasa berbohong" jawab Aliya.
"Jinja?" Aliya mengangguk.
"Wah aku beruntung berarti" kata Jimin.
"Beruntung apa?" Jimin tersenyum dan memeluk Aliya.
"Beruntung karena memiliki istri polos, baik dan lucu" Pipi Aliya bersemu merah saat mendengar jawaban Jimin.
"Oppa aku malu" Jimin tertawa renyah melihat Aliya yang menelusupkan kepalanya diceruk lehernya.
"Malu em?" Aliya mengangguk.
"Dasar" Jimin mengeratkan pelukanya dan menikmati angin yang menerpa mereka sambil memandang bulan.
"Oppa membuatku takut" kata Aliya.
"Takut jatuh cinta" Jimin tersenyum dan semakin mengeratkan pelukanya.
"Tidak perlu takutkan apapun. Jalani apa yang ada saja" kata Jimin.
"Arasho"
"Bukan kau saja yang takut, aku juga takut. Takut jatuh kepesonamu dan kembali mengulang masa lalu yang kelam dan aku tidak siap untuk terluka untuk kedua kalinya. Aku tidak yakin bisa melewati ini. Bahkan untuk berkata jujur aku tidak sanggup, kau sangat jujur dan polos. Sangat berbeda denganya liar dan pandai menyakiti hatiku. Wajah kalian mirip tapi sifat kalian tidak. Dan aku tidak bisa membayangkan jika aku menyamakanmu denganya. Aliya apa yang harus kulakukan?" monolog Jimin sambil mengeratkan pelukanya pada tubuh kecil Aliya.
T.b.c