Happy Reading.
*
Aliya membongkar habis koper Jimin yang ada diatas lemari. Aliya ingat jika koper ini tidak pernah dibuka Jimin setelah kepindahan mereka kerumah ini. Nida bilang jika koper ini dibawa Jimin dari Amerika dan Aliya juga sudah memaksa Jimin untuk membukanya tapi Jimin selalu bilang nanti-nanti saja. Aliya yang kesal langsung membongkarnya sendiri mumpung Jimin tidak ada.
"Ish apa sebenarnya isinya?" Kesal Aliya.
"Ck hanya album" Aliya mulai melihat-lihat album foto yang sangat banyak itu. Dan Aliya menjatuhkan pilihanya pada album berwarna Dark Brown.
"Ini seperti album pribadi" kata Aliya saat melihat hanya ada foto Jimin yang tertempel disana.
"Dia narsis juga" kata Aliya saat melihat banyak gaya yang Jimin abadikan.
"Huh Jimin Oppa Sexy" puji Aliya saat melihat foto Jimin yang hanya menggunakan kaos singlet. Aliya masih terus melihat foto-foto Jimin, sesekali ia berkomentar melihat gaya Jimin yang lucu difoto ini.
"Aku pu....Aliyaaaa" Aliya tersentak saat mendengar teriakan Jimin.
"Opp..."
"Apa yang kau lakukan hah?" Tubuh Aliya bergetar saat mendengar teriakan Jimin. Apalagi dengan Jimin yang meraih album yang ia pegang dengan kasar dan memasukkan album yang ia bongkar tadi kedalam koper secara kasar dan tergesa-gesa.
"Opp..."
"Diamm!" Mata Aliya terpejam takut saat mendengar teriakan Jimin lagi.
"Apa hak mu membongkar barang-barang pribadiku hah? Ijin dari mana kau mau membuka koper ini? Lancang sekali kau! Kapan aku menyuruhmu membukanya? Jaga sikapmu Aliya! Kau tidak berhak membongkar privacy-ku, kau hanya istriku dan bukan berarti kau bisa seenaknya sendiri. Lain kali jika kau sampai membuka ini lagi kau akan tahu akibatnya" Tubuh Aliya bergetar ketakutan mendengar umpatan Jimin. Seumur hidupnya baru kali ini ia dibentak dan dimaki.
"Kau mau menangis? Menangis saja, aku tidak peduli" Jimin keluar dari kamar dengan menyerat kopernya. Meninggalkan Aliya yang siap menumpahkan air matanya karena umpatan kasar Jimin.
"Hiks! Eomma!"
*
Jimin memandang datar pada makanan yang tersedia didepanya ini. Ada Aliya yang sedang menata makanan dimeja makan dan Jimin hanya diam tidak berniat menyapa Aliya atau berbicara pada Aliya seperti biasanya.
Aliya mengambil piring Jimin dan mulai mengisi piring Jimin dengan makanan kesukaan Jimin. Setelah penuh Aliya kembali menarunya didepan Jimin dan mengisi gelas Jimin dengan air putih.
Drett...drett. Aliya merogoh ponselnya saat dirasa benda persegi itu bergetar.
"Yeobseo" Jimin memandangi Aliya yang sedang menjawab panggilan disampingnya.
"~~~"
"Ani!"
"~~~"
"Aku tidak bercanda!"
"~~~"
"KAU GILAA" Jimin terkejut mendengar teriakan Aliya.
"~~~"
"Tidak akan!" Aliya mematikan sambungan poselnya dan berlari keluar tanpa pamit pada Jimin dulu.
"Dia mau kemana?"
*
Seumur hidup baru kali ini Aliya mengeluarkan kemarahanya. Mata Aliya masih menajam dan menatap wanita yang ada didepanya ini dengan muak. Sementara Tzuyu mencoba memisahkan Aliya dan wanita yang ada didepan Aliya.
"Dimana otakmu hah? Pekerjaanku jadi berantakan karena ulahmu" serang Aliya pada wanita itu.
"Seharusnya aku yang bertanya padamu Nona Kim. Gara-gara ide sialmu, pekerjaanku jadi berantakan" Aliya mengepalkan tanganya kuat. Kemarahnya sudah tidak bisa dikontrol lagi.
"Aku tidak yakin kau pernah ke Oxport. Kau lebih seperti turis bodoh yang kesasar. Ide yang kau bilang bodoh ini mendapatkan nilai A+ sedangkan idemu? C kau hanya dapat C" geram Aliya pada wanita itu.
"Ck jangan sombong kau!" Maki wanita itu.
"Aku tidak sombong tapi berbicara kenyataan Nona Lee" desis Aliya tajam.
"Dasar parasit!"
"Kau lah yang parasit! Jadi jaga ucapanmu!" Teriak Aliya emosi.
"Nenek lampir" balas wanita itu.
"Wanita jalang!" Semua menutup mulutnya tidak percaya mendengar teriakan Aliya. Baru kali ini Aliya mengumpat orang, Aliya adalah orang yang sabar. Aliya tidak akan membalas hinaan atau ejekan dari orang tapi kali ini? Sepertinya kemarahan Aliya sudah mencapai batasnya.
"Jaga ucapanmu" maki wanita itu.
"Untuk apa Nona Lee Yumi. Kau fikir aku tidak tahu jika sering menjajalkan tubuhmu kepada para Dosen agar mendapat nilai sempurna dan karena akses dari Jung Saem kau juga dikirim ke Oxport selama 3 tahun berturut-turu. Kau fikir aku tidak tahu cara busukmu Lee Yumi? Ck aku tahu semuanya. Dan jangan anggap ini selesai dengan mudah. Kekacauan yang kau buat harus beres dan waktu 1 minggu dan jika sampai batas waktu yang kutentukan masalah ini belum teratasi kupastikan jika hanya akan ada kenangan dalam namamu. Aku bisa dengan mudah menyingkirkanmu. Jadi berhati-hatilah!" Aliya menepis tangan Tzuyu yang memegangnya dan berjalan menjauh. Tzuyu dan Yerim langsung menyusul Aliya.
"Brengsekkkk!"
*
"Argggg" Tzuyu dan Yerim manatap takut pada Aliya yang masih marah tidak jelas dijalan. Seumur hidup mereka berteman dengan Aliya baru kali ini Aliya semarah ini. Tentu saja Aliya marah, kerja kerasnya selama bermingu-minggu jadi berantakan karena ulah orang yang bernama Lee Yumi.
"Kita hubungi Taehyung Oppa, Tzu!" Kata Yerim pelan.
"Tidak bisa! Aliya bukan menjadi tanggung jawab Taehyung Oppa lagi" kata Tzuyu.
"Wae?" Tanya Yerim.
"Kau lupa jika Aliya sudah menikah?" Yerim menepuk pundaknya lupa.
"Kita hubungi Jimin Oppa" kata Yerim.
"Dengan apa? Kau punya nomornya?" Tanya Tzuyu.
"Tidak!" Tzuyu mendengus kesal.
"Lalu?" Tanya Yerim.
"Hubungi Lisa Eonni dan minta nomor Jimin Oppa padanya" Yerim menganguk.
*
Jimin menyeringit saat mendapatkan panggilan dari nomor yang tidak ia kenali. "Siapa ini?" Gumam Jimin sambil mengangkatnya.
"Yeobseo"
"~~~"
"Ye! Nuguseyo?"
"~~~"
"APA?" Teriak Jimin kaget.
*
"Lepasss" Aliya meronta saat dipaksa masuk kekamar oleh Jimin.
"Aku bilang lepasss" Jimin semakin mencengkram kuat lengan Aliya.
"Oppa lepasss..."
"Diaaammmm" tubuh Aliya menegang mendengar teriakan Jimin. Brukkk, tubuh Aliya terpental saat Jimin mendorongnya keranjang.
"Kau gila hah?" Teriak Jimin emosi. Tadi seseorang yang mengatakan namanya Yerim mengatakan jika Aliya marah-marah tidak jelas dijalan dan berakhir bertengkar dengan pejalan kaki yang lewat. Bahkan karena pertengkaran tadi Aliya hampir dibawa kekantor polisi.
"Dimana otakmu?" Bukanya menjawab Jimin, Aliya malah menangis tersendu-sendu dan Jimin yang awalnya marah jadi kelimpungan melihat Aliya histeris.
"Hei kau kenapa?" Aliya masih histeris dan Jimin semakin bingung.
"Hisk! Semuanya sia-sia" isak Aliya.
"Sia-sia apa?" Tanya Jimin sambil mendekati Aliya.
"Kerja kerasku hiks!" Isak Aliya.
"Aku akan dapat nilai jelek" Jimin menepuk keningnya saat mendengar jawaban Aliya. Hanya karena nilai jelek kenapa Aliya sehisteris ini?
"Hanya nilai jelek Aliya" Aliya menggeleng.
"Bukan masalah itu saja. Jika nilaiku jelek aku tidak akan mendapatkan promosi untuk bekerja Han Gruop" Jimin menatap Aliya aneh. Han Group itu perusahaan yang bergerak dibidang arsitektural.
"Han Gruop?" Tanya Jimin.
"Aku ingin jadi arsitek disana dan aku harus mendapatkan nilai baik jika ingin masuk disana. Tapi semua kacau karena ulah wanita sial itu" Jimin memeluk Aliya.
"Itu hanya perusahaan biasa Aliya" kata Jimin.
"Tidak Oppa!" Jimin menghela nafas dan mengeratkan pelukanya.
"Sudahlah jangan menangis. Kau jelek jika menangis" kata Jimin.
"Tapi~~!"
"Shut diam. Oppa tidak suka melihatmu menangis mengerti?" Jimin melepaskan pelukanya dan menatap wajah Aliya dan Aliya hanya bisa menganguk singkat.
"Lihat wajahmu merah, Hidungmu, pipimu semuanya merah kau jelek tahu" Aliya mendengus kesal dan memukul dada Jimin.
"Aku tahu jika aku jelek" ketus Aliya dan melepas pelukan Jimin dan berjalan menjauh.
"Ahk..."
"Mau kemana hem?" Tanya Jimin dengan mengeratkan pelukanya pada pinggang Aliya.
"Oppa!" Jimin menggeleng dan tersenyum simpul.
"I Want You!" Aliya menggeleng tidak mau.
"Wae?" Tanya Jimin.
"Aku capek dan bad mood" kata Aliya.
"Tapi aku tidak!" Elak Jimin.
"Oppa!" Jimin membaringkan Aliya keranjang dan menindih tubuh kecil Aliya.
"Ini akan membuatmu segar dan jadi mood lagi!" Goda Jimin.
"Yang ada juga aku malah capek" kata Aliya.
"Ania! Biar Oppa yang memuaskanmu. Kau cukup menikmatinya saja!" Kata Jimin seduktif.
"Ck aku tidak yakin!" Ketus Aliya kesal.
"Kau galak sekali" goda Jimin sambil meniup mata Aliya hingga mata Aliya terpejam.
"Oppa" Aliya bergerak tidak nyaman saat Jimin sengaja menggesek-gesekan dada mereka. Akibatnya puncak dada Aliya juga mulai menegang karena godaan Jimin.
"Nikmatkan?"
"Ah!" Aliya memekik saat Jimin meraub puncak dadanya yang masih terbungkus sempurna dengan kemeja dan bra.
"Oppaha!" Aliya mendesis nikmat karena sentuhan Jimin.
"Lihatlah kau sudah kelimpungan Sayang" Aliya tidak memperdulikan ucapan Jimin. Ia hanya sibuk dengan kenikmatan yang tengah Jimin berikan padanya.
"Oopaahh!" Aliya melingkarkan kakinya pada pinggang Jimin. Hingga tubuh mereka benar-benar menempel.
"Puaskan aku! Aku ingin itu dan jangan berhenti sampai aku memintanya" Jimin mengangguk dan mencium dalam bibir Aliya dan kembali meneruskan perkerjaanya untuk memuaskan istrinya.
"Ah!"
"Hah!"
"Opaahh!"
"f**k! f**k!"
"Hem yah!"
"Ah! Arhgghhh"
T.b.c