Chapter 2

1275 Words
Alexis mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jas miliknya. Sebuah obat berbentuk kapsul, ia memberikan obat itu dengan kasar pada Tiffany hingga membuat wanita itu tersedak. Alexis memang terkenal dengan cara kasarnya terhadap wanita, setelah memberikan obat pada Tiffany, Alexis melepaskannya.  "Apa yang kau berikan padaku?" tanya Tiffany. "Hanya multivitamin agar kau tidak mudah lelah," ujar Alexis dengan tersenyum miring. "Kau gila! Apa ini? Kenapa tubuhku terasa panas?" gerutu Tiffany. Alexis terkekeh, kini ia mendekati Tiffany lalu kembali menciumnya dengan kasar. Merasa ciumannya tidak terbalas, Alexis menggigit bibir bawah Tiffany hingga terluka. Wanita itu kini menyeimbangkan dirinya dengan permainan yang dilakukan pria itu. "Ehm," desah Tiffany tertahan. Alexis tidak hanya mencium Tiffany, tangannya kini bermain diatas gundukan kenyal milik wanita itu. Ia meremas dan memijatnya dengan lembut, agar tubuh Tiffany terangsang oleh sentuhannya. Pria itu kembali membuat tubuh Tiffany bersandar pada permukaan dinding. Bahkan kini Tiffany sudah tidak mengenakan apapun, karena handuk yang ia kenakan entah dimana keberadaannya. Tiffany mencoba memberontak, beberapa kali ia mendorong tubuh Alexis. tetapi hal itu sia-sia saja. Karena tubuh lelaki itu lebih besar dan kuat darinya. Serangan bertubi-tubi dilakukan oleh Alexis. Bahkan kini ia tengah mengunci tubuh Tiffany ,dan membuat wanita itu tidak dapat bergerak bebas. Alexis menggendong Tiffany dan membawanya kedalam kamar. Ia membaringkan tubuh Tiffany diatas ranjang, lalu mengikat tangannya pada setiap sudut ranjang dengan kain yang ia dapat dari kamar itu. Tak hanya itu, kedua kaki wanita itu kini terbuka lebar dan terikat sama seperti tangannya. "Alexis ... kumohon! Jangan lakukan itu," rintih Tiffany. "Nikmati saja, bukankah kau juga pasti sudah pernah melakukannya," ujar Alexis dengan santai. Tiffany hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan keras, ia mengutuk Alexis didalam hatinya.  Pria itu melepaskan seluruh pakaiannya, lalu menindih tubuh Tiffany. Alexis memainkan dua gundukan kenyal yang begitu menggodanya. Pria itu mengulum dan sedikit menggigit puncaknya yang terasa mengeras karena terangsang. "Ehm, Alexis ... aahhh, jangan ... kumohon," rintih Tiffany. Alexis tidak mempedulikan ucapan Tiffany ,ia terus menyerang tubuh wanita itu ,dan menikmatinya seperti sebuah hidangan.  "Ahhh ... hentikan ... Alexis," ucapnya sekali lagi. Pria itu menghentikan kegiatan yang ia lakukan pada bagian d**a Tiffany. Ia berpindah pada bagian bawah wanita itu, dengan sedikit menaikkan kakinya. Lalu wajah Alexis mendekat pada bagian intim milik Tiffany, ia menjulurkan lidahnya dan menikmati pusat gairah itu.  Rasa nikmat dan sedikit nyeri tengah Tiffany rasakan saat ini. Sensasi itu sangat membuatnya kebingungan. Wanita itu ... baru kali ini ia disentuh oleh seorang pria. Dan sialnya, pria itu adalah saudara tirinya.  Kini lidah Alexis masuk kedalam liang senggama milik Tiffany, dengan gerakan mengaduk dan mengulum. Tentu saja membuat bibir wanita itu mendesah dan menyebut nama Alexis berkali-kali. Tubuhnya menegang , ia merasa sesuatu akan keliar dari bagian intimnya. "Alexis ... aku ingin ke kamar mandi, cukup ... hentikan!" ujar Tiffany. "Keluarkan saja, sayang ... aku akan menelan cairan itu hingga tak tersisa," jawab Alexis. Tiffany sedikit bingung dengn apa yang Alexis katakan. Bahkan ia merasa seperti orang bodoh yang mendapatkan bullyan. Dan akhirnya ia mendapatkan pelepasan pertamanya, dengan desahan panjang, tubuh Tiffany melenguh. "Milikmu sudah terpuaskan, kini giliran juniorku yang harus puas didalam sana," ujar Alexis. Pria itu mengambil posisi untuk memasukkan miliknya kedalam liang senggama Tiffany. Hal itu membuat tubuh Tiffany memberontak, beberapa kali kakinya tertutup agar Alexis tidak dapat memasukinya lebih jauh. Namun, tidak semudah itu membuat Alexis menyerah.  Alexis yang kesal kini sedikit berbuat kasar pada Tiffany. Ia menahan kaki Tiffany agar tidak bergerak. Lalu beberapa kali Alexis mencoba memasukkan miliknya tetapi begitu sulit. Dan akhirnya ,Alexis melakukannya dengan perlahan. Hingga terdengar suara seperti sesuatu yang robek. Alexis tidak peduli dengan hal itu, ia kini mulai menggerakkan pinggulnya dengan perlahan.  "Apa kau masih perawan?" tanya Alexis sembari bergerak memompa tubuh Tiffany. "b******n kau!" umpat Tiffany. Alexis terkekeh, sungguh suatu keberuntungan untuknya bisa mendapatkan keperawanan saudara tirinya itu. Pria itu tidak peduli, ia terus membuat tubuh Tiffany merasakan surga dunia.  "Aahh, apa ini ... apa yang kau lakukan? Ahhh ... Alexis," tanya Tiffany sembari menahan desahan. "Bagaimana? Nikmat bukan?" Tiffany ingin menolakl semua ini jika saja ia bisa melakukannya. Tetapi entah kenapa tubuhnya menikmati apa yang Alexis lakukan. "Oh ... enak sekali, aahhh," desah Alexis. "Ahhh, cukup ... aaahhh, ssttt ... Alexis," desah Tiffany. "Begitu ,terus panggil namaku ,sayang," ucap Alexis. Setelah melakukannya selama lima belas menit, Alexis akhirnya mengeluarkan kejantanannya ,lalu mengeluarkan cairan putih kentalnya tepat diatas tubuh Tiffany. Tubuh wanita itu terasa begitu lengket dengan cairan kental yang ada diatas tubuhnya. "Kau sungguh nikmat, Tiffany. Aku ingin lagi!" ujar Alexis dengan santai. "Pergi kau!" usir Tiffany. Pria itu terkekeh mendengar Tiffany mengusirnya. Ia keluar dari dalam kamar menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ia tetap mengikat Tiffany diatas ranjang agar dapat menikmati tubuh itu sekali lagi. Saat kembali, Alexis membawa handuk untuk membersihkan tubuh Tiffany. Tentu saja tangannya tidak hanya membersihkan, tetapi juga bermain kembali memberikan rangsangan pada tubuh wanita itu. "Cukup! Kumohon!" teriak Tiffany disisa tenaga yang ia miliki. "Kedua kalinya akan terasa lebih nikmat ,sayang," ujar Alexis. "Tidak! Cepat pergi sari sini!" usir Tiffany sekali lagi. Alexis kini membungkam bibir Tiffany dengan dasi dari kemeja yang ia lepaskan.  "Ehm ... ehm." Suara Tiffany tidak terdengar jelas, karena ikatan dasi yang membuat mulutnya kesulitan mengeluarkan suara. "Tunggu sebentar ,sayang. Aku akan membangunkan juniorku kembali," uajr Alexis sembari mengocok miliknya dengan cepat. Tak membutuhkan waktu lama, kejantanan milik Alexis kembali menegang, dan siap masuk kedalam sarangnya. Alexis kembali mengambil posisi seperti awal. Kali ini ia memasukkan miliknya tanpa melakukan rangsangan pada tubuh Tiffany. Tentu saja rasa nyeri kini menyerang wanita itu ,karena miliknya terasa terluka akibat kejantanan yang masuk begitu saja kedalam sana. "Oh s**t! Nikmat sekali, sayang!" Alexis kembali menggerakkan pinggulnya dan memompa tubuh Tiffany dengan brutal. Serangannya kali ini akan lebih lama dari awal. Air mata keluar dari ujung mata Tiffany, didalam hatinya, ia merutuki semua yang terjadi pada tubuhnya. 'Tuhan, sebaiknya aku menyerahkan diriku padaMu. Sebentar lagi akan menjadi akhir dari hidupku,' batin Tiffany. "Ahh, sssttt ... sayang ... aaahhh," desah Alexis. Pria itu sungguh menikmati liang senggama milik Tiffany. Bahkan ia tidak merasa lelah setelah melakukannya dalam dua puluh menit. Mata Tiffany terpejam, ia hanya bisa pasrah dan menyerah. Tubuhnya sudah terasa sangat lemah karena serangan yang bertubi-tubi ia dapatkan. Cukup lama, Alexis akhirnya mendapatkan puncaknya. Tubuhnya kembali menegang, lagi-lagi ia mengeluarkan cairan kental itu diatas tubuh Tiffany. "Aaahhh ... baiklah, cukup untuk malam ini," ujar Alexis yang kembali masuk ke dalam kamar mandi. Setelah tubuhnya bersih dari sisa-sisa persetubuhan panas itu, Alexis kembali mengenakan pakaiannya. Ia juga melepaskan ikatan pada tangan ,dan kaki Tiffany. Tubuh Tiffany tidak bergerak setelah Alexis melepaskan ikatan itu. "Kau terlihat begitu puas, sayang. Lain kali ayo kita lakukan lagi," ujar Alexis. Pria itu mendekati Tiffany lalu mengecup keningnya. Ia berjalan keluar dari rumah Tiffany ,pergi meninggalkan Tiffany yang kini lemas tak berdaya. Wanita itu hanya bisa menangis tanpa mengeluarkan suara. Cairan yang lengket itu mengeluarkan aroma yang membuat Tiffany merasa mual ,dan ingin mengeluarkan isi perutnya. Dengan sisa tenaga yang ia miliki, Tiffany berjalan menuju kamat mandi. "Untuk apa aku hidup?" gumam Tiffany. Ia terduduk didalam kamar mandi dengan tubuh yang diguyur air dari shower. Perlahan wanita itu menyeka tubuhnya ,mencoba membersihkan cairan yang membuatnya mual. Setelah selesai, Tiffany keluar dengan langkah yang terseret. Bagian bawahnya terasa sangat nyeri, dan hal itu membuatnya sangat tidak nyaman saat berjalan. Dering ponsel Tiffany terdengar nyaring, membuat wanita itu kesal. "Halo, siapa ini?" tanya Tiffany. "Sayang, jangan coba-coba untuk mengakhiri hidupmu! Pikiran rendah seperti itu pasti muncul di kepalamu, benarkan? Hahaha ... kau sungguh nikmat, kita harus melakukannya lagi, tetapi ... " Ucapan Alexis tertahan karena Tiffany menyela. "Tidak, cukup! Aku tidak ingin melihat dirimu lagi!" ujar Tiffany ,dan akhirnya ia memutuskan sambungan telepon itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD