Chapter 3

1300 Words
Tiffany kembali melakukan aktivitasnya, wanita itu tengah menyembunyikan rasa sakit yang didapat dari perlakuan Alexis. "Tubuhku rasanya seperti tertindih satu rumah," gumam Tiffany. Ia sedang membersihkan rumah, terutama pada bagian kamarnya. Aroma dari cairan yang dikeluarkan oleh kejantanan Alexis sungguh menyengat. Membuat indera penciumannya sedikit terganggu. "Dasar lelaki m***m! Bisa-bisanya ia melakukan itu pada saudara tirinya!" omel Tiffany. Sembari mencuci seprai dan selimut miliknya. Wanita itu terus menggerutu merutuki nasibnya semalam. Ia bahkan belum memakan apapun pagi ini, karena tidak tahan dengan aroma yang ada di kamarnya. Wanita itu juga sudah menyemprot pengharum ruangan agar baunya menghilang. "Akh, perutku terasa sangat lapar ... aku ingin sekali memakan sesuai yang berkuah," gerutunya. Setelah selama satu jam mencuci, ia kini menuju dapur untuk memasak mie instan. Kegiatan Tiffany di pagi hingga sore hari, memang hanya di rumah. Ia tidak banyak melakukan aktivitas, karena tinggal seorang diri di sana.  Setelah kegiatan membersihkan rumahnya selesai, Tiffany membaringkan diri di atas ranjang. Wanita itu terlihat menahan perutnya karena terasa lapar, Allani tidak mempedulikan anak kandungnya semenjak menikah dengan Maynard.  "Aku harus mencari pekerjaan lain," gumam Tiffany. Ia mengambil ponsel yang berada di atas nakas, lalu mencoba menghubungi seseorang.  "Halo, Bianca?" tanya Tiffany pada seseorang yang tengah ia hubungi. "Tiffany?" "Apa kau memiliki informasi tentang pekerjaan di pagi hari?" tanya Tiffany. "Hmm, kau membutuhkannya?" "Iya, keuangan saat ini sungguh membuatku tidak bisa membeli makanan sedikit pun," terang Tiffany. "Kau dimana sekarang?" tanya Bianca. "Di rumah," jawab Tiffany. "Datanglah ke toko kue ibuku, sekarang! Cepat!" "Baiklah, tunggu sebentar." Sambungan telepon itu terputus, Tiffany mengganti pakaiannya lalu bergegas menuju tempat Bianca berada. Bianca adalah teman Tiffany sejak masih duduk di bangku sekolah. Mereka menjadi sahabat sejak pertama bertemu. Hingga kini, Bianca selalu membantu sahabatnya itu jika dalam kesulitan. Seperti saat ini, ia akan membantu Tiffany untuk mendapatkan pekerjaan. Tiffany berjalan dengan sedikit aneh, bagaimana tidak, ia tengah menahan rasa sakit pada bagian intimnya. karena perbuatan Alexis, ia harus merasakan nyeri dan kesulitan untuk berjalan. Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya Tiffany sampai di tempat Bianca. Ia segera masuk kedalam toko kue milik ibu sahabatnya itu. Tiffany menyapa ibu dari Bianca yang sedang melayani pelanggan, ia langsung menuju dapur untuk menemui Bianca. Ya, sahabatnya itu adalah seorang pembuat makanan manis yang sudah sangat mahir. "Bianca," panggil Tiffany. "Duduk di sana, ada makanan untukmu. Cepat habiskan lalu bantu aku!" ujar Bianca. "Baiklah." Tiffany akhirnya duduk di sebuah kursi dengan makanan yang sudah tersedia di atas meja untuk dirinya. Wanita itu berusaha secepat mungkin untuk menghabiskan makanannya, agar bisa membantu sahabatnya membuat kue. "Kau berjalan kaki?" tanya Bianca. "Iya, kau kira aku menggunakan apa kemari?" "Dasar kau ini!" celetuk Bianca. Tiffany memperhatikan sahabatnya itu sedang membuat pesanan kue tart. Seperti biasa, Bianca akan menyuruh Tiffany untuk membantu menghias. Karena Tiffany cukup mahir dalam hal menghias kue, dan cake.  "Baiklah, aku sudah selesai. Sini ,biar aku yang memberikan kehidupan pada pesanan itu," ujar Tiffany dengan penuh percaya diri. "Tenanglah, bagianmu ada di meja sebelah sana," ujar Bianca sembari menunjuk pada meja besar berisi sepuluh cake di atasnya. "Kau akan membayar mahal untuk semua ini," ujar Tiffany. "Tentu saja, maka dari itu kau ku panggil kemari!" ujar Bianca. Kini Tiffany mengenakan apron,dan mulai mencuci tangan terlebih dahulu agar higienis. ia mengikat rambutnya tinggi-tinggi ,dan mulai untuk menghias cake yang sudah dipesan orang itu. "Akan ku beritahu, yang ini dan tiga lainnya bisa kau hiasi dengan bunga, lalu lima lainnya karakter Marvel, dan yang disana untuk ulang tahun pernikahan," jelas Bianca. "Oke, copy that!" Tiffany kini menunjukkan keahlian didalam dirinya, ia menghias dengan fokus yang tidak bisa terpecah. Membutuhkan waktu selama tiga jam untuk menghiasi pesanan itu sesuai dengan apa yang Bianca ucapkan.  "Apa kau membutuhkan sesuatu?" tanya Bianca. "Ya, apa kau tahu? Ehm ... aku tidak tahu karakter Marvel seperti apa?" Plak ... Bianca memukul kepala Tiffany dengan keras, ia begitu gemas dengan sahabatnya itu. Bagaimana tidak, karakter Marvel sangatlah terkenal di Amerika, tetapi ia benar-benar tidak tahu. Akhirnya Bianca mengambil ponsel lalu menunjukkan beberapa karakter yang ada di Marvel, seperti Iron Man, Thor, Captain Amerika, dan lainnya. Setelah melihat video dan gambar dari ponsel Bianca, Tiffany memulai menghias kembali.  *** "Terima Kasih ya?" ucap Bianca. "Seharusnya aku yang berterima kasih padamu, kau selalu saja membantu diriku," ujar Tiffany. "Ini untukmu," ucap Bianca sembari memberikan uang pada Tiffany. "Hei, aku serius untuk mencari pekerjaan di pagi hari, jika kau memiliki informasi, jangan lupa untuk memberitahukannya padaku!" ujar Tiffany. "Ada, kau lihat restoran didepan toko itu? Disana sedang membutuhkan seorang wanita untuk menjaga drive thru. Jika kau mau, akan ku antarkan kesana sekarang juga, dan kau bisa memuai bekerja esok," ujar Bianca. "Benarkah? Antarkan aku kesana sekarang juga," ujar Tiffany bersemangat. Kedua wanita itu akhirnya berjalan menuju restoran yang berada di seberang toko kue milik ibu dari Bianca. Bianca memperkenalkan sahabatnya pada seorang pria paruh baya yang sedang duduk di meja kerjanya. Pria itu adalah pemilik restoran, beruntungnya Tiffany dapat bertemu dengan pria itu, karena tidak biasanya ia berada di sana jika sudah menjelang sore hari. "Tuan Harry, perkenalkan ia adalah Tiffany, aku dengar kau membutuhkan seorang karyawan," jelas Bianca. "Ya, kau benar. Baiklah, temanmu bisa memulainya esok, karena hari ini aku akan tutup lebih awal. Jika kau menyetujui, esok kau bisa datang tepat pukul tujuh pagi," terang Harry. Harry adalah seorang duda , pria yang memiliki tiga restoran itu memiliki dua anak yang memegang masing-masing restoran milik Harry. Tinggi badannya hanya sekitar 165 cm, dengan perut yang terlihat membuncit, dan memiliki rambut putih dengan di kuncir kebelakang. "Terima kasih , Tuan Harry. Aku akan datang esok," ujar Tiffany. "Baiklah, terima kasih Bianca. Kau membuat pekerjaanku sedikit mudah," ujar Harry. Setelah perbincangan singkat itu, Bianca dan Tiffany pergi dari sana dan kembali ke toko kue. Sampai didepan pintu masuk toko, Tiffany berpamitan pada Bianca untuk segera pulang, karena ia harus bersiap untuk bekerja di klub malam milik ayah tirinya. "Kau masih mau kembali kesana?" tanya Bianca. "Hanya untuk mengundurkan diri, bagaimanapun aku harus memberitahu kedua orang itu," ujar Tiffany. "Baiklah kalau begitu, berhati-hatilah ... aku dengan anak dari Tuan Maynard sekarang sedang berada di klub untuk menggantikan Tuan Maynard, apa itu benar?" tanya Bianca memastikan. "Jangan menyebut pria itu lagi, aku sungguh sial bertemu dengan keluarga aneh seperti mereka!" cercah Tiffany. "Kau kenapa? Apa mereka melakukan sesuatu padamu?" tanya Bianca memastikan. "Ti-tidak, aku baik-baik saja. Baiklah, aku harus segera pulang, rumahku tidak mungkin bisa membersihkan dirinya sendiri," ujar Tiffany sembari memamerkan deretan giginya. Bianca hanya tersenyum membalas ucapan Tiffany, di dalam hati ,ia sungguh ingin membantu temannya itu. Tetapi ,Tiffany selalu tertutup padanya. Hingga membuat Bianca sedikit bingung jika tiba-tiba saja Tiffany mendapatkan masalah ,lalu datang kehadapannya. Tiffany memang tidak akan meminta Bianca untuk membantunya, tetapi ia hanya membutuhkan bahu sahabatnya itu untuk bersandar. "Senangnya dapat uang untuk makan, aku akan membeli beberapa bahan makanan," gumam Tiffany sembari berjalan menuju rumahnya. Tiffany pergi ke minimarket terlebih dahulu, ia akan membeli beberapa bahan makanan disana. Wanita itu mengambil beberapa bungkus mie instan, dan juga bahan makanan yang bisa di simpan di dalam lemari pendingin. "Akhirnya, selesai ... pulang, mandi, berangkat ke klub," gumam Tiffany lagi. Akhirnya ia berjalan lagi menuju rumahnya. Dengan membawa belanjaan yang ia beli baru saja di minimarket. Sampai didepan rumah, ia segera membuka pintu lalu masuk ke dalam. Tiffany meletakkan belanjaan di dapur, lalu ia menuju kamar mandi untuk segera membersihkan diri. Tiffany tidak mengetahui jika ponselnya sudah berdering berkali-kali selama ia berada di dalam kamar mandi. Dan setelah selesai dari kegiatannya di dalam sana, Tiffany melihat ada banyak sekali panggilan tak terjawab dari ibunya. "Mama kenapa telepon berkali-kali?" gumam Tiffany. Akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi ibunya itu. "Mama," panggil Tiffany. "Cepat kemari! Aku ingin memberitahukan sesuatu padamu," ujar Allani. Wanita itu menutup teleponnya sebelum Tiffany menjawab ucapannya. Kini Tiffany mengenakan pakaiannya lalu segera berangkat menuju klub malam milik ayah tirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD