#10 Bertengkar

936 Words
Hari minggu Tasya menghabiskan harinya bersama Tedy, mungkin karena efek beberapa hari tidak bertemu membuat Tedy bersikap manis hari ini. Selain makan, mereka memutuskan untuk nonton di bioskop yang kebetulan memutar film yang sudah lama mereka tunggu tunggu. "Tasya, kita sudah pacaran lama juga yah..." tiba tiba Tedy mengakat topik tersebut padahal sebelumnya mereka sedang membahas film yang baru mereka tonton. "Ya" "Kamu enggak bosen kan dengan aku?" dalam pikiran Tasya ingin sekali menjawab "a little bit " tapi diurungkan. Dia menggelengkan kepalanya saja. "Kamu mau tidak suatu hari nanti nikah denganku?" "Ah..lihat saja nanti, masih lama tidak usah bicarain sekarang" elak Tasya "Kenapa? Kamu enggak mau yah?" desak Tedy "Kita gak tahu apa yang akan terjadi nanti, jalani saja " Tedy terdiam, dia mencerna maksud dan tujuan dari kalimat Tasya barusan. Penolakan? "Baiklah, kita jalani saja dulu. Toh secara financial aku juga belum terlalu mapan untuk membangun sebuah keluarga" mendengar perkataan Tedy hati Tasya menjadi lega. "Benar, cari uang dulu yang banyak." jawabnya. "Pulang yuk, sudah malam. Besok aku harus berangkat pagi pagi karena ada meeting jam sembilan." ajak Tasya. "Ehh..kamu tuh gak pernah cerita mengenai kerjaan kamu yah...beda dengan sebelumnya.?" "Gak ada yang menarik untuk diceritakan" "Gimana atasan kamu? siapa namanya? hmm...." "Pak Andreas.." "Ya....Andreas. Gimana dia? cerita dong biar aku enggak penasaran." "Apanya yang kamu mau tahu? Aku juga baru kenal sama dia sebulan lebih." "Dia sudah menikah?" Tasya geleng kepala "Sudah punya pacar?" kembali Tasya gelengkan kepalanya "Genit?" tanya Tedy menyelidik "Enggak, biasa aja." "Gantengan mana dia sama aku?" Tasya kebingungan jawabnya. "relatif" "Maksudnya?" "Yahh tergantung siapa yang menilai. Kalau kata orang tua Pak Andres yah dia yang paling ganteng, tapi kalau dari orang tua kamu yah kamulah yang paling ganteng." "Trus kalau menurut kamu?" Tasya sudah menduga Tedy akan menanyakan hal itu. "Dah ah..narsis banget sih sekarang? Aku cape tau, mau pulang" Tedy kembali terdiam. Hati kecilnya bertanya tanya sepertinya ada perubahan kecil pada sikap Tasya padanya. "Awas yah kalau aku tahu kamu selingkuh di belakang!" sahut Tedy dengan ketus dan dengan kasar menarik tangan Tasya. "Hei...sakit tahu!" pekik Tasya hingga pengunjung mall di sekitar mereka memperhatikan. "Berisik! Katanya mau pulang, buruan jalannya!" Tedy menepis tangan Tasya dan berjalan dengan cepat menuju parkiran mobil diikut Tasya yang sedikit berlariagar dapat mengejar pria itu. Sesampainya di dalam mobil emosi Tedy masih tinggi. dia masih kesal dengan jawaban Tasya tadi. Awalnya dia berharap kencan mereka hari ini dapat berjalan dengan baik tanpa adanya percekcokan seperti ini. Tedy belum menjalankan mobilnya, dia masih menunggu Tasya yang tertinggal. Mulutnya sudah mau mengumpat tapi masih ditahan. Setelah melihat Tasya sudah duduk sempurna di dalam mobil, Tedy menggeser duduknya sehingga berhadapan dengan Tasya. "Kamu cinta enggak sama aku?" tanya Tedy. Tasya terkejut mendengarnya dan menjawab "Tentu saja" Lalu tak disangka Tedy mendekatkan tubuhnya dan merapatkan wajahnya dengan wajah Tasya. Sebegitu dekatnya hingga hembusan napas Tedy dapat dirasakan oleh Tasya "Tasya...aku..." Tedy tidak meneruskan kalimatnya. Dia mencium bibir ranum Tasya dan disambut olehnya. Beberapa saat Tasya terlena namun kesadarannya mulai kembali ketika dirasakan tangan Tedy pada pangkal pahanya . Tasya menepis dan berusaha mendorong Tedy untuk menjauhinya. "Kenapa Tasya? Aku sudah lama bersabar, aku bisa rasakan kalau kamu juga menginginkannya." ujar Tedy kesal. "Jangan lewat batas Ted." Tasya mengingatkan "Ahh..persetan dengan batas itu." teriak Tedy dan memukul setir dengan keras. "Jika kamu cinta dan sayang aku, maka penuhilah keinginanku!" Tangan Tasya mulai gemetar...takut dengan emosi Tedy yang meledak. Tangannya sudah bersiap di handle pintu dan sewaktu waktu dapat membuka pintu mobil dan melarikan diri. Air matanya sudah mulai menggenang di pelupuk mata. "Maaf Ted, aku..." belum selesai Tasya melengkapi kalimatnya sudah dipotong Tedy "f**k! Terserah kamu saja, tapi jangan salahkan aku jika melampiaskannya pada wanita lain." Lalu dengan kasar dia mengendarai mobilnya. Hening mencekam, itulah yang dirasakan Tasya selama perjalanan. Dia trauma dan khawatir dengan cara Tedy membawa mobilnya. Tasya bernapas lega ketika mobil berhenti di depan pintu utama kos dan tanpa pamit Tasya buru buru keluar dari mobil. Kakinya lemas, lidahnya kelu. "Ya Tuhan, lindungi aku" doanya dalam hati. Semenjak kejadian malam itu Tedy belum menghubunginya lagi. Tasya pun tidak berusaha untuk menelepon Tedy. Menurut Tasya, Tedy lah yang harus meminta maaf padanya. Bukan sebaliknya. Sudah tiga hari berlalu, tiba tiba ketika Tasya sedang meeting dengan Andreas di kantor, ponselnya berdering. "Maaf An, saya angkat telepon dulu ya" ijin Tasya . "Halo, aku lagi meeting. Nanti kutelepon kembali" bisik Tasya "Aku mau ingatkan kamu besok temani aku ke pesta pernikahan teman kantor. Kujemput jam enam, dandan yang cantik." Tasya tertegun mendengar ajakan Tedy. "Sinting...orang lagi ribut kok tiba tiba sekarang ngajak ke pesta" batinnya. "Sya...Sya..." panggil Andreas "Eh..sorry...yuk lanjut. Tadi sampai mana ya? Oh ya...persiapan projek Malang sudah hampri seratus persen, dan sepertinya minggu depan kamu sudah bisa visit ke sana untuk final checking" "Cepat juga ya..baiklah. Kapan jadwal kosong aku? "Hm..kayanya Kamis atau Jumat baru kosong." sahut Tasya sambil membuka notebooknya "Kita berangkat Kamis siang dan pulang Sabtu pagi saja gimana? sekalian mau refresing di Malang." "Aku? ikut?" tanya Tasya tidak percaya "Ya, masa aku sendirian? Enggak enak travel sendirian..sudah kosongkan jadwal kamu dan aku Kamis sampai Sabtu." Tasya tidak bisa menolak, sudah tugasnya untuk mendampingi si bos jika dia merasa membutuhkan tenaganya. Dia hanya takut Tedy tidak mengijinkannya. "Ok, apakah meeting sudah selesai?" tanya Tasya dan melihat jam di pergelangan tangannya "Sudah, kamu bisa kembali ke tempatmu. Oh ya..Sabtu ini kamu ada acara? Bisa temani aku?" tanya Andreas "Maaf, sudah ada janji dengan Tedy..baru saja dia kasih kabar." "Oh ok..no problem," jawab Andreas dengan santai. Padahal dia sudah berencana mengajak Tasya sebagai partnernya di acara persta pernikahan salah satu teman sekolahnya di Amerika dulu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD