bc

Evolution of Love

book_age18+
1.4K
FOLLOW
9.9K
READ
possessive
family
love after marriage
doctor
sweet
no-couple
highschool
like
intro-logo
Blurb

Lova tak tahu, ternyata niat papanya mendekatkannya dengan Mirza adalah untuk menjodohkan. Ya, awal biasa jadi rasa. Itulah yang terjadi. Apalagi di saat yang bersamaan, status Mirza adalah gurunya di sekolah.

Hubungan keduanya berlanjut, hingga saat rasa itu tak diakui Lova, membuat papanya malah memaksa Mirza untuk menjauh.

Hadirnya sosok lain pengganti Mirza, bukan membuatnya bahagia, tapi mah sebaliknya. Ia disiksa dan dianiaya.

chap-preview
Free preview
BAB : 1
Pulang sekolah, saat menapaki kaki di ruang keluarga, ia mendapati papanya sedang ada tamu. Dan tak lain orangnya adalah Gilbert dan istrinya Diana. Ya ... setidaknya ia mengenal sepasang suami istri itu karena pernah beberapa kali bertamu di kediamannya. Toh, mereka berdua merupakan sahabat papanya. "Sini, Nak," panggil Arnel meminta putrinya mendekat dan duduk di sebelahnya. "Haii Om, Tante," sapa Lova pada  sepasang suami istri itu sambil mencium punggung tangan keduanya secara bergantian. "Baru pulang sekolah, Va?" tanya Diana. "Iya, Tante," jawabnya duduk di sebelah papanya. Arnel, Gilbert dan juga Diana saling lirik satu sama lain. Mereka seolah sedang bernegosiasi dalam diam. Tentu saja tingkah para orang tua itu membuat Lova semakin bingung sekaligus curiga. Apa yang sedang mereka pikirkan? "Ada apa? Kenapa Om, Tante, sama Papa jadi aneh gitu?" tanya Lova langsung. "Ehem ..." Arnel berdehem saat akan buka suara, membuat pandangan Lova mengarah padanya. ''Papa mau bicara sesuatu yang penting sama kamu." "Apa?" Semoga saja papanya tak mengeluarkan ancaman akan menyita semua fasilitas ternyamannya karena tingkah lakunya yang akhir-akhir ini kelewat batas. "Papa mau untuk sementara waktu kamu tinggal bareng sama mereka," ujar Arnel. "Tapi, kenapa?" "Papa ada urusan bisnis yang sangat penting di Jerman. Sangat tidak mungkin Papa ngajak kamu, apalagi ninggalin kamu sendirian di rumah." "Aku udah dewasa, Pa. Lagian, di sini ada Bibik, ada Mang Juned. Kurang apalagi coba. Kalau perlu, Papa sewa bodyguard juga nggak apa-apa," oceh Lova Semoga saja papanya mau mendengarkan sarannya. Ya ... setidaknya ia masih punya peluang besar untuk kabur kalau berhadapan dengan orang-orang itu. Beda cerita kalau ia tinggal bersama Gilbert dan Diana. Namanya akan langsung di cap buruk. "Tidak bisa. Kamu pikir Papa bisa kamu bodohi lagi. Kamu itu seorang gadis, Va. Nggak mungkin Papa ninggalin kamu begitu saja tanpa ada tanggung jawab siapapun." "Tapi, Pa ..." "Coba kamu pikir, Va. Apa mamamu di sana akan tenang saat Papa meninggalkan kamu tanpa ada yang menjaga? Papa rasa tidak." Ia terdiam mendengar penuturan papanya. Entah kenapa setiap apapun yang dikatakan papanya, dan itu berhubungan dengan mendiang mamanya, pasti ia merasa sedih. Ya saat itu, tapi sayangnya next ia ulangi lagi kesalahannya. "Harus gitu, aku tinggal sama Om dan Tante?" tanya Lova. "Wajib," jawab keduanya serentak. Sementara Arnel hanya tersenyum menanggapinya. Ia yakin sekali kalau dirinya tak salah jika menitipkan putrinya pada sahabatnya itu. "Nanti kamu nggak akan sendirian, Sayang. Kami punya anak, dan kebetulan dia juga ngajar SMA sebagai sambilannya kalau enggak ke kantor. Jadi, kamu bisa sekalian belajar sama dia," terang Diana. Lova hanya menggaruk tengkuknya yang tadinya tak gatal, tiba-tiba saja jadi gatal. Ia bingung harus berkomentar seperti apa. "Jadi, gimana?" Giliran Gilbert yang bertanya pada Lova Ya apalagi jawabannya. Mau bilang 'tidak', tetap saja ia harus setuju. "Hmm ... baiklah. Tapi ngga lama, kan?" tanya Lova tertuju pada papanya. Arnel tak langsung menjawab pertanyaan putrinya. Ia malah mengarahkan pandangan pada Gilbert dan Diana. "Iya, Nak. Papa nggak akan lama, kok. Setelah semuanya selesai, papa pasti akan balik kesini. Kita akan bareng-bareng lagi," jelas Arnel sambil membelai rambut putrinya penuh sayang. "Yaudah, kalau gitu aku mau mandi, dulu, gerah," ujar Lova beranjak dari duduknya. "Sekalian siap-siap, ya, Sayang," timpal Diana. "Jadi, pindahnya juga sekarang!?" kagetnya. "Iya. Kan Papa kamu berangkat besok pagi," jelas Diana. Ia langsung memasang wajah malas. Keterlaluan sekali papanya, bukan, pergi kok dadakan kayak tahu bulat. Seharusnya ia bisa bersenang-senang dikala papanya pergi, tapi masalahnya sekarang dirinya malah dititipkan. "Ya ampun ... gue merasa dibuang," gumamnya sambil menepuk jidat dan segera berlalu menuju kamar. Jihan menyiapkan barang-barang bawaannya untuk dibawa ke rumah Gilbertan Diana. Sedikit, hanya lima koper besar saja. Itu juga belum semuanya ia bawa, karena wanita peruh baya itu melarangnya membawa terlalu banyak pakaian. Katanya, biar nanti dibeli saja yang baru. Hingga pada akhirnya ia pun menurut. "Tapi beneran, kan, Papa nggak akan lama?" tanya Lova. Mastiin aja, takutnya ntar saat ia berada di luaran, papanya tiba-tiba udah nongol aja di rumah. "Enggak, Sayang. Lagian, mana bisa tenang Papa ninggalin kamu," balas Arnel. "Jangan nakal, jangan suka keluyuran malam. Papa nggak mau anak gadis papa ini jadi anak yang nakal. Jangan nyusahin Om dan Tante." "Iya, Pa," jawabnya. 'Tapi nggak janji," batinnya menambahkan sambil nyengir. Setelah semua selesai, Lova menuju kediaman Gilbert dan Diana. Tahu, nggak, di mobil, Diana terus saja mengoceh. Wanita paruh baya itu bahkan sudah membuat rencana untuk shopping dan ke salon bareng. Sementara yang bisa Lova lakukan hanya mengangguk doang. Satu yang ia pikirkan saat ini, 'Kalau mamanya masih ada, mungkin ia akan melakukan aktifitas itu semua dengan wanita yang melahirkannya.' Sekitar 15 menitan, mobil yang ia tumpangi berhenti di depan sebuah rumah berpagar setinggi dua meter. Dengan satu kali klakson, penjaga di balik pagar segera membuka pagar agar mobil bisa masuk area rumah. "Ini rumah Om sama Tante?" "Hmm ..." Diana mengangguk. Dua orang laki-laki datang menghampiri. Kemudian membantu menurunkan dan membawa barang-barang bawaan miliknya ke dalam rumah. Bisa dipastikan kalau keduanya merupakan pekerja di rumah ini. "Jangan sungkan-sungkan ya, di sini. Anggap saja ini rumah kamu sendiri dan kami ini adalah orang tua kamu," ujar Gilbert saat memasuki area rumah. Lova hanya mengangguk. Ia sibuk mematut-matut setiap sudut rumah yang di d******i oleh warna putih dan silver. Tapi, matanya terhenti saat menangkap sesosok yang ada di foto berukuran besar terpampang di ruang keluarga. Dahinya berkerut. Sepertinya dia yang ada di foto itu sungguh tak asing lagi. Tapi siapa? "Sekarang kamu istirahat dulu, ya, Va," ujar Diana. Tapi sepertinya Lova tak mendengarnya. Buktinya perkataan Gilbert hanya ia abaikan. "Va." Giliran Diana memanggil sambil menyentuh bahu gadis itu. Barulah fokusnya beralih dari foto itu. "Eh, iya, Tante. Ada apa?" "Kamu kenapa?" "Eng-nggak kenapa-kenapa, kok, Tan," jawab Lova sambil tersenyum manis. "Yaudah, sekarang kamu istirahat aja dulu, ya. Barang-barang kamu tadi udah ada di kamar." "Makasih, Tan. Tapi, kamarnya dimana, ya?" "Ada di lantai atas, pintu bercat putih," jelas Diana. Lova berlalu menuju lantai dua dan menuju ke arah kamar dengan pintu bercat putih. Tapi, langkahnya terhenti saat pandangannya tiba-tiba mengarah pada pintu kamar yang ada di sebelah kamarnya. "Dilarang masuk!" Lova membaca sebuah tulisan peringatan yang terpampang jelas di pintu. "Dih, apaan dah si pemilik kamar," gumam Lova kembali melanjutkan langkah masuk kamar. Sampai di kamar, ia hempaskan tubuhnya di kasur dengan sprei berwarna peach, menatap ke setiap sudut kamar. "Ya ampun ... Tante Diana sama Om Gilbert bener-bener baik banget. Aku cuman nginep di sini beberapa hari aja sampe disiapin kamar kayak gini," gumamnya. Hingga akhirnya semua jadi gelap saat pikirannya sudah memasuki alam mimpi. Maklum saja, semalam ia kurang tidur karena pergi ke pesta ultah teman sekelasnya. Tentunya itu tanpa sepengetahuan papanya alias melarikan diri. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

I Love You Dad

read
282.9K
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

RAHIM KONTRAK

read
418.4K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.9K
bc

LAUT DALAM 21+

read
289.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook