Al-Sarem Kingdom, ibukota kerajaan
Hazin sedikit mengingat kalimat yang di ucapkan ayahnya, kalimat yang membuatnya kembali megenggam teguh tekad nya. Hazin yang sebelumnya mulai merasa kewalahan kembali bangkit, luapan energi mulai terlihat di sekitar tubuh nya.
"Iblis, aku takan membiarkan kalian bertindak seenaknya!" Mata Hazin perlahan berubah menjadi Kuning, Minaki terlepas dari racun setelah melihat energi kuning Milik Hazin.
Minaki terus menatapnya, "Hazin... Kau, kau berhasil!" Ia tersenyum, Latina berhenti mengayunkan pedangnya karena Pelmond berhenti dan Melihat Hazin, "Itu, Hazin? Energinya, Matanya... Itu... Bentuk kedua Ikari Yasei!" Gumam Latina terkejut.
Energi Hazin terus membesar, petir-petir kecil disekeliling Hazin membuat Pelmond Khawatir, ia menggigit bibirnya. Mata Hazin masih belum sepenuhnya berubah menjadi kuning.
"Hidrus, sebagai pak tua kau boleh juga. Sudah bertahun-tahun aku dibenci, diledek, serta dijauhi oleh sesama Fadelta. Namun, berkat kau, aku mungkin bisa... Memenuhi harapan kedua orang tuaku!"
Energi yang tadi meluap dari tubuh Hazin menghilang secara mendadak, mata Hazin sudah sepenuhnya berwarna kuning membara, Hazin sudah dalam bentuk Ikari Yasei tahap kedua.
Pelmond terlihat cemberut, "Kau.. Fadelta, kau memang pintar dalam membuat orang takut akan energi yang kau miliki ya? Tapi, setelah bertarung dengannya. Aku sadar, itu bukanlah sesuatu yang patut aku takuti!" Tubuh Pelmond terangkat tinggi berkat akarnya.
Dari kejauhan, Jack melancarkan serangannya. Enam buah pedang melayang dengan kecepatan tinggi, namun kali ini gerakan akar Pelmond lebih cepat dari sebelumnya, akar yang baru keluar dari tanah langsung menangkap pedang-pedang Jack.
"KAMPRET..!! Jangan lari kau!" Jack langsung terbang menyusul Pelmond.
Latina melihat kearah Jack dan mencoba membuatnya berhenti, "Hei tunggu! Jangan asal bertindak!" Ia berusaha menyusul Jack. Namun, akar Pelmond kembali menghalanginya.
Jack mencoba menggapai Pelmond, namun ia masih terlalu jauh untuk ditebas. Dan juga, ia disibukan oleh akar yang dikendalikannya. Berkali-kali Jack menghindar dan menebas akar itu, namun jumlahnya tidak kunjung habis. "Sial..!! Memuakan sekali!!"
Disisi lain, Hazin menghampiri Minaki, "Kau bisa bergerak?" Tanya Hazin, "Ya! Aku sudah bisa bergerak bebas." Balas Minaki, ia merapihkan pakaiannya.
"Hazin... Kau tadi terlihat keren sekali, warna matamu, energimu." Ucap Minaki kagum. Lalu, Hazin dengan cepat menggenggam tangan Minaki dengan lembut. Tentu saja, Minaki merasa senang karena Hazin mengggenggam tangannya.
Namun ternyata, Hazin menyeretnya keudara. "Kau masih bisa membuat jarum hitammu kan?" Tanya Hazin. "Tentu saja, memangnya apa yang harus aku lakukan? Serangan itu takan mempan untuk akar sebesar itu." Jawab Minaki, ia menunjuk ke belakang Hazin.
Akar Pelmond yang tadinya berukurang sedang, sekarang akar-akar itu berubah menjadi sangat besar, sedikit gerakannya saja sudah dapat menghancurkan beberapa rumah sekaligus. "Sejak kapan akar itu membesar?!" Hazin terkejut.
Minaki memeluk tangan Hazin. Lalu, ia menutup matanya sambil tersenyum manis, "Sejak kau menggenggamku." Hazin langsung memukul kepala Minaki dengan wajah dingin.
Tubuh Pelmond terlihat berdiri menggunakan beberapa akar sebagai kakinya, ukuran tubuhnya membesar, jauh lebih besar dibandingkan dengan orang biasa, rambutnya berubah menjadi akar yang terus bertambah panjang, wajahnya mengeletek dan kulitnya berubah menjadi kulit pohon.
Pelmond tertawa jahat, "Berbahagialah! Kalian bisa melihat wujudku ini! Ini semua berkat anak berambut merah itu dan juga putra dari rajanya para raja bangsa Fadelta!" Akar raksasa miliknya terus menjalar dan merusak rumah-rumah serta tembok besar Al-Sarem.
Latina melirik kearah ibukota dibawahnya, "Gawat, mereka semua bisa mati!" Gumamnya, Hazin dan Minaki menghampiri Latina saat itu, "Aku ganti pertanyaanku, kau.. apa kau masih bisa menggunakan teknik ilusimu itu?" Tanya Hazin.
"Tentu saja." Balas Minaki, Hazin langsung kembali berpikir.
"Hei, apa yang kau coba lakukan? Lihatlah! Masyarakat Al-Sarem sedang dalam bahaya besar! Dan juga, kapan pengawal pribadimu itu akan berhenti?" Tanya Latina, Jack masih saja mengayunkan pedang-pedangnya kearah akar Pelmond.
Hazin selesai berpikir, "Baiklah. Jadi begini, Minaki! Kau gunakan teknik jarum bayanganmu itu. Namun, kau harus merubah bentuknya menjadi kereta kuda... Perahu... Atau apapun terserah kau."
"Kita bisa memindahkan seluruh rakyat Al-Sarem jika kau menggunakan teknik ilusi atau kutukan milikmu untuk memberikan informasi kepada seluruh rakyat disini agar mereka segera pergi dari sini. Lihat lah! Tidak semua dari mereka bisa terbang dan kabur." Jelas Hazin.
Latina melihat ada beberapa pedagang yang masih berlari, "Aku tidak menyangka dia akan berpikir sejauh itu... Hazin... Eh! Kenapa aku-.."
"Hei putri tidak berguna!" Hazin menyela Latina yang sedang bergumam. Ia sempat terkejut karena takut Hazin mengetahui isi pikiran nya tadi.
"Kita harus segera mengalahkan iblis ini, kecepatan dari wujud kedua Ikari Yasei mungkin akan cukup untuk membuat Pelmond Sibuk. Dan disaat yang tepat, gunakan teknik serang yang kau gunakan sebelumnya." Hazin bersiap-siap lalu mengarah kearah Pelmond berada.
"Red Gamma? Apa kau yakin iblis itu bisa kita kalahkan dengan teknik ku? Lihat ukuran tubuhnya sekarang." Latina merasa ragu akan kekuatannya sendiri.
"Hazin, meski mengendalikan banyak bayangan sekaligus itu sulit. Tapi, akan kucoba!" Minaki bergegas turun kearah orang-orang.
Latina sedikit cemberut sambil sekilas melihat kepergian Minaki, "Apa maksud dari ucapan nya tadi coba?" Gumam nya.
"Kita harus segera bergegas!" Dengan cepat Hazin terbang kearah Pelmond, Latina mau tidak mau mengikutinya dari belakang, "Meski ukuran tubuhnya jauh berbeda. Namun, gerakannya masih saja cepat, Sial." Hazin dihadapi dengan banyak akar yang siap menerjangnya.
"Serahkan padaku!"
Latina menggunakan teknik dari pedang Masamune miliknya yaitu Sayat. Ia berhasil membelah akar raksasa Pelmond.
"Kurang ajar..!! Berani sekali kau kecoa!" Pelmond mengirimkan beberapa duri besar yang berasal dari akar miliknya kearah Latina. Dengan sigap, Latina menangkin duri-duri itu menggunakan pedangnya diiringin lompatan, salto, dan gerakan indah lainnya.
Hazin hanya melihat Latina dari belakang, setelah Latina berhasil menangkis semua duri besar tadi, Hazin sedikit menghampirinya, "Kalau kau mau tahu, tadi itu.... Kau..."
Latina yang sedikit lelah itu berpikiran, "Ehh..? Apa Hazin mau memujiku?" Gumamnya.
Tapi, yang Hazin ingin katakan sebenarnya adalah, "Tadi itu... Pakaian dalammu terlihat." wajah Latina langsung memerah, ia sangat tidak mengira hal itu.
Malu yang luar biasa ia rasakan, "Em... Jika tidak salah... Biru, itu warna yang kau gunakan kan?" Hazin membuat wajah Latina menyala.
Latina berusaha menyangkalnya, "T-ti-Ti-ti-..Tidak..!!!! Ja-jangan a...a-asal bicara Hazin!!" Ia berkatap super gagap karena merasa sangat malu. Terlebih, yang mengatakan hal itu adalah Hazin.
Hazin tidak merasakan hal aneh, ia masih memasang wajah dinginnya, "Tapi aku tidak mungkin salah lihat." Ucap Hazin, Latina menarik rok pendeknya kebawah, "D-dasar bodoh! Me-me.. melihat hal itu.. t-tidak sopan!!" Wajahnya masih merah.
"Hah..? Tidak sopan? Tapi kan salahmu sendiri, mengapa kau hanya memakai rok pendek dan benda ketat yang terpasang hanya sampai pahamu saja?"
"Tentu saja, tadi aku bisa melihat pakaian dalammu dengan jelas. Dan juga, sebenarnya aku ingin bertanya, mengapa kau memakai kemeja? Kau itu perempuan kan?" Tanya Hazin.
Latina tidak mampu lagi menahan rasa malunya, "Diam!! Ke-kenapa kau melantur?!" Hazin justru lebih penasaran lagi karena Latina tidak menjawab pertanyaanya tadi, ia sedikit menghampiri Latina, "Jadi, kenapa kau-.."
DUAKK..!!!!
Tepat dihadapan Hazin, Latina terhempas dengan sangat keras. Ia menjerit kesakitan karena gerakan akar raksasa jauh lebih bertenaga dibandingkan sebelumnya, "Sial! Aku Lupa saat ini kita sedang-.."
Akar raksasa Lainnya tengah bergerak dan menghampiri Hazin dengan kecepatan yang Hazin tidak dapat hindari. Namun, itu saat ia berada dalam bentuk pertama Ikari Yasei. Sekarang, kecepatan Hazin sedikit lebih cepat dibandingkan gerakan lawannya, Hazin terbang sambil menghindari beberapa akar raksasa milik Pelmond.
Hazin berhenti ketika semua akar Pelmond sedang menghantam tembok Al-Sarem, "Putri tidak berguna itu..." Gumam Hazin, dari kejauhan ia melihat Latina yang terkapar tidak berdaya.
Saat sedang terkejut dengan kondisi Latina, akar Pelmond lainnya sudah bergerak kearah Hazin lagi. Dengan cepat, Jack mendorong akar itu menggunakan pedang yang ia buat melayang.
"Oi k*****t! Kenapa kau diam seperti itu? Aku sudah menggunakan semua teknik yang kupunya. Namun sepertinya, serangan apiku tidak berpengaruh padanya." Ucap Jack ia terus berusaha menahan akar Pelmond.
"Jack! Cepat ikuti aku!" Hazin langsung terbang kearah Latina, sambil merasa kesal Jack mengikutinya. Dari arah yang berbeda, Minaki ikut bersama Hazin dan juga Jack, "Bagaimana dengan Iblis itu?" Tanya Minaki.
Hazin mendadak berhenti, "Aku akan segera menyusul kalian, cepatlah! Mungkin si putri tidak berguna itu memerlukan bantuan." Minaki kaget saat melihat Latina yang tergeletak tidak bergerak, ia dan Jack bergegas menghampirinya.
Hazin mengepalkan tangannya, "Saatnya membuatmu menyesal!" Wajah Hazin terlihat kesal, ia melihat kearah Pelmond.
Hazin langsung terbang dengan kecepatan tingginya, disetiap kali ia menghindar, Hazin terus berpikir,
"Gerakan dan kekuatan akar ini hebat, jika aku sampai terkena salah satunya. Nasibku akan sama sepertinya," Gumam Hazin sambil sedikit melirik Latina, "Aku memang bisa dengan mudah menghindari semua akar ini. Tapi, si Pelmond itu, dia sengaja membuatku menjauh dari tubuhnya." Ia terus menghindari serangan Pelmond.
"Akar ini kebal terhadap api, pada umumnya akar seperti ini justru dapat dibakar dengan mudah kan? Kalau begitu, ia pasti memiliki kelemahan. Yang ia sembunyikan..." Hazin melihat kearah akar yang menyangga tubuh besar Pelmond.
Hazin beralih pandangan sambil kembali menghindar. "Akar ini terlihat basah walaupun daerah ini tidak memiliki daerah yang subur. Kalau begitu, dia pasti mengambil air dari laut! Ya, Al-Sarem, kerajaan ini bersampingan dengan Laut, akar Pelmond yang menjulur kebawah itu sengaja ia buat seolah kaki untuk menutupi hal itu."
Ia mendarat diatas bongkahan puing lalu kembali terbang menghindar, "Pelmond menggunakan air yang akan membuatnya terlihat kebal akan api. Tapi, nyatanya tidak, Jack langsung berhenti dan mundur setelah mengetahui hal itu. Namun, tidak untukku iblis!!" Hazin terbang kearah kaki Pelmond.
Pelmond melihat Hazin yang berusaha menggapai kakinya itu, "Kurang ajar! Apa dia sudah menyadarinya? Tidak bisa kubiarkan!" Pelmond menggerakan seluruh akar yang ia miliki untuk menggagalkan rencana Hazin. Melihat Hal itu, tentu saja Hazin tidak bisa tinggal diam, ia berkali-kali menghindar.
"Celah! Ayo cari celahnya Hazin..!!" Hazin terus menghindari serangan Pelmond sambil mencari celah untuk menyerang, ia berencana memutuskan akar yang menyerap air laut, dengan begitu, Jack bisa menggunakan apinya untuk membakar seluruh akar yang ia miliki, "Diasana! Celah yang cukup besar!" Hazin menjulurkan kedua tangannya.
Waktu seolah diperlambat, Jack dan Minaki mencoba untuk menyembuhkan Latina. Sedangkan Hazin, ia masih berambisi untuk melawan iblis didepannya, lawan Kuroi Akuma pertamanya. Dengan rencana yang ia buat, ia terus maju dan berusaha untuk menggapai kemenangan dengan tangannya serta tangan teman-temannya.
"Dai-.."
"Sialan! Kenapa harus disana?!" Pelmond kekusahan untuk menghalangi serangan yang akan Hazin lakukan.
"DAGEKI...!!!"
Hazin menggunakan teknik terkuat miliknya, cahaya terang keluar dari kedua tangannya, "Berakhir sudah!" Gelombang energi besar keluar menuju akar Pelmond dari tangan Hazin.
Namun, wajah Hazin seketika berubah, "Bagaimana bisa? Benda itu menyerap energiku?!" Secara misterius, muncul bola hitam yang langsung menyerap gelombang Dai Dageki dengan mudah.
Melihat Hazin yang tengah terkejut, Pelmond memanfaatkan hal itu untuk menyerangnya dari samping Hazin.
DUAKK!!
Hazin terhempas jauh, sedangkan Pelmond tertawa terbahak-bahak, "Huahaha... Kalian terlalu bodoh! Mau energi apapun, sebesar apapun, benda pemberian tuanku itu akan terus melahapnya! Tidak ada lagi harapan untuk kalian!" Ucapnya.
Setelah melihat Hazin terhempas jauh, Pelmond sedikit bergumam. "Tapi, tadi itu hampir saja, akan sulit jika aku kehilangan bagian tubuh ku yang satu itu."
Hazin tergeletak ditembok besar Al-Sarem, darah yang keluar dari mulutnya kali ini cukup banyak. Namun, ia tetap bisa bangkit, "Uhuk! Apa-apaan benda itu? Gelombang Dae Dageki milikku bahkan diserap dengan mudahnya." Hazin memegang perutnya karena sakit.
Disaat itu, Jack yang sedang menggendong Latina datang bersama dengan Minaki, "Hazin! Kau baik-baik saja?!" Tanya Minaki, ia terlihat begitu cemas karena Hazin mengeluarkan cukup banyak darah.
"Tidak apa-apa." Balasnya.
Jack meyenderkan Latina ditembok, "Apa yang akan kita lakukan sekarang? Dia terlalu kuat untuk kita." Tanya Jack. Mendengar hal itu, Hazin mencoba untuk kembali berpikir.
"Sial, aku tidak ingin mengakuinya. Tapi, kami tidak bisa melawan iblis itu. Kota ini sudah hancur lebur, aku tidak ada pilihan lain selain meminta bantuan ayah dan ibu." Gumam Hazin.
Mereka bersembunyi diantara reruntuhan, Minaki terus menggunakan indra pendengarannya yang tajam untuk mengawasi pergerakan Pelmond, "Ngomong-ngomong, dimana raja Mehmed? Para petinggi lainnya juga tidak ada sejak kita datang kesini." Tanya Minaki.
"Kau benar, untuk menyambungkan Telephaty dengannya saja aku tidak bisa, dan yang gawat. Sepertinya kita tidak bisa berkomunikasi dengan kerajaan Triton." Ucap Jack, Hazin dan Minaki sangat terkejut.
"Aku sudah mencoba menghubungi raja Vondest dan yang lainnya saat Zaheed meninggal. Tapi, tetap tidak bisa, begitu juga dengan orang-orang disekitar Al-Sarem." Jelas Jack.
"Mau sembunyi dimana kalian?" Tanpa disadari, akar besar Pelmond sudah berada diatas mereka, "Bahaya!" Minaki memperingati temanya, Hazin langsung menarik Latina dan segera pergi menghindar.
Mereka kembali bersembunyi, "Kita tidak bisa seperti ini terus, Jack! Panggil Aqualya." Ucap Hazin, Jack tidak memiliki rencana lain. Jadi, ia langsung memanggilnya. Tidak menunggu lama, Aqualya datang dihadapan Jack, ia keluar dari cahaya kuning bulat.
"Hem... energi ini. Tidak kusangka, ada dua lawanku yang merupakan seorang Agnar, padahal sebelumnya anak berambut merah itu tidak menggunakan pedangnya dikota bawah tanah, mendapatkan dua senjata Tyrel sekaligus, menarik sekali!" Gumam Pelmond, ia merasakan energi yang terpancar dari pedang Exe milik Jack.
Aqualya mengusap kedua matanya, "Hah..? Ada apa? Tidak biasanya kau memanggilku." Ia terlihat mengantuk, Hazin langsung memegangnya, "Hei peri bau, kau bilang kau adalah penguasa samudra kan?" Tanya Hazin.
Aqualya langsung bersemangat setelah melihat bahwa Hazin lah yang bertanya padanya, "Tentu saja tuan! Aku adalah penguasa seluruh samudra, aku dapat dengan mudah mengendalikan-.."
Hazin menutup mulut Aqualya yang kecil menggunakan telunjuknya, "cukup sampai disitu," Hazin melepaskannya, "Jack, gunakan pedang Exe milikmu. Dan juga, kau harus menggunakan kekuatan apimu disaat yang bersamaan." Jelas Hazin.
Jack tidak mengerti apa yang Hazin maksud. Saat Minaki ingin menebaknya, Aqualya langsung menjawab, "Kabut! Tuan ingin membuat kabut yang tebal, benar kan tuan?" Ia menebak, lalu Hazin mengangguk.
Minaki sedikit cemberut sambil memalingkan pandangannya dari Aqualya, "Hemp!" Ia kembali biasa saat melihat Hazin, "Jadi, intinya kita memerlukan waktu, jika tidak... Kita akan kabur dari sini Hazin?" Tanya Minaki.
"Tentu saja tidak, aku akan memanggil ayah dan ibuku." Balas Hazin, Jack dan Minaki terkejut.
"Oi! Sudah kubilang, aku tidak bisa menghubungi kerajaan diluar sana!" Jack mengangkat jari tengahnya, Minaki terus menatap Hazin sambil berpikir.
"Sebelum aku berniat melawan orang itu, aku sudah memiliki kesepakatan dengan orang tuaku, kesepakatan itu adalah. Aku harus segera menghubungi mereka jika situasi disini sudah kacau, seperti ini. Namun, tidak menggunakan kemampuan Telephaty, melainkan Energy Trasfering." Jelas Hazin, ia melihat gerakan Pelmond yang mendekat.
"Jack, Aqualya! Cepat Lakukan!" Sentak Hazin, Jack menggaruk kepalanya lalu berhenti, "Baiklah!" Tubuh Aqualya langsung berubah menjadi pedang Exe, Jack segera menancapkan pedang itu ketanah.
Setelah itu, Jack merasa kebingungan, "Sial! Bagaimana cara membuat kabut itu!" Sentak Jack, Aqualya kembali keluar dari pedang Exe, "Hemp! Kau memang tidak bisa diandalkan." Ia cemberut, Jack mengacungkan jari tengahnya kembali.
"Semua teknik itu memerlukan sebuah bayangan kan? Kau hanya tinggal membayangkan sebuah air mendidih, bayangkan bahwa api milikmu lah yang membuat air itu memdidih dan mengeluarkan uap, mudah kan?" Jelas Aqualya, ia kembali kedalam pedang Exe.
Jack kembali fokus dan menggenggam pedangnya dengan erat, "Yosh! Ayo kita lakukan!"
JESHH...
Saat Pelmond berhasil menemukan Hazin dan teman-temannya, ia langsung dihalangi oleh kabut putih yang tebal, kabut itu keluar dari pedang Exe yang dipegang oleh Jack, pedang itu seolah menggolak dan terus mengeluarkan kabut.
"Huaha! Mudah sekali." Jack terlihat gembira setelah berhasil membuat kabut tebal tadi.
Disamping itu, Hazin bergegas menggendong Latina. "Kita harus segera mencari tempat lain." Minaki dan yang lainnya menggangguk.
Pelmond mereasa kesal akan kabut yang dibuat Jack, "Sialan kalian semua! Keluar dasar pengecut!" Ia menggunakan akar raksasanya untuk menghancurkan rumah-rumah.
Hazin menepatkan Latina disalah satu reruntuhan yang berbeda, Jack dan Aqualya mengikutinya, "Baiklah, aku akan segera memanggil mereka." Hazin memejamkan matanya.
Tapi, ia kembali berpikir, "Jika aku memanggil mereka, apa gunanya aku? Aku keluar dari kampung halamanku untuk mencari pengalaman yang dikatakan ayah kan? Jika aku memanggil ayahku kesini, aku sama saja seperti kembali kedalam kamar lamaku, tapi... Tapi aku, tidak cukup kuat untuk melawannya, bahkan setelah berlatih bersama Hidrus." Gumam Hazin.
Jack melihat Hazin yang sedang berpikir itu, "Oi apa yang kau lakukan?! Kau harus cepat! Kabut-kabut ini, si b******k Pelmond mulai membuatnya hilang!" Jack terus menggenggam pedang Exe, ia sudah mulai kelelahan.
"Sial, si bawang merah itu berisik sekali! Hazin... Jangan pikirkan, ingat kata ayahmu, aku... Harus menepatinya. Lagi pula, aku akan memiliki kesempatan lain!" Hazin mulai mengeluarkan energinya yang langsung merambat kearah kerajaan Triton dengan cepat.
"Ayah... Ibu, maafkan anak kalian yang lemah ini, tapi berikan. Berikan aku sedikit waktu untuk berlatih lagi, waktu untuk bertambah kuat lagi." Hazin terus bergumam sambil mengingat wajah Vondest dan Viole.
"Oi k*****t! Cepat lakukan! Energiku sudah mulai habis!" Sentak Jack.
Hazin membuka matanya, ia melihat wajah Latina yang putih. Wajah yang tadinya terlihat galak dan juga mudah malu. Namun sekarang, Hazin melihatnya, "Manisnya..." Ia menatap wajah Latina yang tengah pinsan.
Minaki menggunakan jarum-jarumnya untuk menahan gerakan Pelmond, akar miliknya sudah menemukan mereka sejak Jack mulai kehabisan tenaga, "Hazin...! Cepat!" Minaki ikut merasa kelelahan.
Hazin kembali menutup matanya lalu berkonsentrasi, "Sial."
Ditengah rasa ingin membunuh milik Pelmond, Hazin sedang berusaha untuk memanggil ayah dan ibunya, raja dan ratu terkuat bangsa Fadelta, kabut masih menyelimuti ibukota Al-Sarem, ditengah matahari masih menyinari daratan.
"Datanglah, ayah! Ibu!"
Hazin sedikit berteriak, tidak terjadi hal spesial saat Hazin mengatakan kalimat itu, kabut masih menutupi pandangan mereka. Namun Pelmond, gerakan akarnya telah berhenti.