Cawilva, kota pembajak.
Matahari mulai meredup, burung maupun hewan lainnya sudah mulai kembali ke sarang mereka masing-masing.
Samudra juga terlihat begitu tenang. Disamping itu, Hazin dan teman-teman nya terlihat tengah berdiri dan menikmati terbenam nya matahari dari sebuah tebing yang cukup tinggi, tebing itu membuat Hazin dapat melihat seluruh wilayah kota Cawilva dengan jelas. Namun, mereka kesana bukan hanya sekedar menikmati terbenam nya matahari saja.
"Timur.. dimana arah timur?" Jack berusaha mengetahui kemana arah timur.
"Lihat saja matahari," ucap Latina sambil terus menatap terbenam nya matahari di garis samudra Tembula.
"Saat ini matahari mulai terbenam, itu berarti matahari berada disebelah barat, timur hanya kebalikan dari arah terbenamnya matahari." Jelasnya.
"Wuaha! Ternyata kau pintar." Jack mengangkat jempol.
"Berhenti membuat orang terlihat bodoh! Kau yang sebenarnya bodoh dasar landak merah!" Sentak Latina.
"Hemp! Membunuh mahluk buas? Hanya itu tugasnya? Dia terlalu meremehkan aku, padahal tadi dia menyambut kita dengan ucapan t***l, melawan mahluk buas saja tidak sanggup." Latina langsung terbang setelah selesai bicara, Hazin dan yang lainnya langsung mengikutinya.
Daratan sudah terlihat gelap, mahluk yang dikatakan Meraju dibilang hanya keluar disaat malam tiba. Tapi, mereka masih belum menemukan gudang yang dibicarakan itu. Membutuhkan waktu yang cukup lama, sampai akhirnya.
Jack bergerutu kesal. "Sial, dimana gudang tua itu berada dasar kadal k*****t, seenaknya saja dia menunjukan arahnya."
"Disana!"
Latina menunjuk kesebuah cahaya yang terlihat samar ditengah hutan, mereka berempat langsung turun menghampiri cahaya itu yang ternyata merupakan sebuah lampu dari api kecil gudang yang mereka cari.
"Uhk! Bau busuk apa ini? Sepertinya kita tidak bisa masuk kedalam." Jack mencoba membuka pintu gudang. selain bau busuk yang menyengat, pada pintu gudang itu juga terpasang rantai dan tidak bisa dibuka.
"Untuk apa mahluk itu menyerang Meraju? Apa yang akan ia dapatkan?" Tanya Hazin.
"Latina.. kenapa kau bersikap seperti itu tadi? Kau seharusnya memberikan kesan yang lebih baik untuk Hazi-.. Ehk..!! Apa yang kupikirkan?! Tidak, siapa juga yang peduli soal itu." Gumam Latina diam-diam.
"Jadi, kita hanya perlu menunggu saja disini?" Tanya Jack bingung. Sambil bersandar ke pintu gudang, Minami menjawab. "Sepertinya begitu."
"Hem.. mahluk itu datang saat Meraju membawa barangnya kesini, dia bilang mahluk itu juga hanya keluar dimalam hari, apa yang membuatku heran adalah. Kenapa mahluk itu terus menyerang Meraju?" Gumam Hazin.
"Meraju selalu berhasil selamat. Itu berarti, mahluk ini tidak mendapatkan apapun setiap dia menyerang Meraju. Setahuku, Mahluk buas tidak akan menyerang orang yang sama berkali-kali jika mahluk itu tidak berhasil mendapatkan apa yang dia mau. Apakah, mahluk itu bukan mengincar nyawa Meraju?" Hazin terus bergumam, dia berpikir dalam hatinya.
"Jika mahluk itu terus menyerang Meraju, itu berarti mahluk itu sudah mendapatkan apa yang dia inginkan, tapi apa?" Hazin masih melamun.
Latina hanya terdiam didekat gudang. Minaki asik memainkan kunang-kunang ditangannya sambil jongkok disebelah Latina. Sedangkan Jack, ia terus mengamati sekelilingnya.
"Apa yang kau pikirkan orang aneh? Dari tadi kau melamun, apa kau sudah tidak kuat lagi dan ingin kembali ke ibumu?" Jack sedikit mengejek Hazin, sedangkan orang yang ia ledek masih saja terus melamun.
"Apa yang di dapatkan mahluk itu?" Hazin terus bertanya-tanya. Lalu, ia sedikit mengingat perkataan Meraju sebelum nya.
"Ya.. walaupun tidak selalu berhasil, tapi setidaknya aku telah meletaklan Harta karunku disana."
"Oh ya! Aku hampir lupa, jangan sampai kau membuka gudangnya, seluruh Hartaku akan lenyap jika kalian membukanya. Jadi, kumohon."
Setelah mengingatnya, Hazin kembali berpikir.
"Apa yang ada dibalik pintu ini? Mungkinkah apa yang dikatakan Meraju tentang mahluk buas yang menyerangnya itu hanya sebuah kebohongan?" Gumam Hazin sambil melirik gudang di depannya.
"Oi.. aku sedang bicara pada-.."
"Kita harus memasang umpan." Hazin menyela perkataan Jack.
"Hah?! Umpan?" Minaki heran.
"Meraju bilang bahwa mahluk buas ini selalu menyerangnya disaat dia sedang membawa barangnya kan? Kalau begitu, kita harus berpura-pura datang kesini sambil membawa barang yang berat." Jelas Hazin.
"Apa hubungannya dengan membawa barang? Mahluk buas ini pasti sudah melihat disaat kita datang, jika dia tetap tidak keluar setelah kita diam disini, itu berarti dia sudah takut." Ucap Jack menyangkalnya.
"Bau."
Jack terlihat sedikit penasaran setelah mendengarnya. "Mahluk buas pasti menggunakan bau." Ucap Hazin.
"Dia benar, Meraju membawa banyak barang bersama anak buahnya kesini, perjalanan dari kota Cawilva cukup jauh, mereka pasti mengeluarkan cukup banyak keringat, hal itulah yang memancing mahluk buasnya keluar." Jelas Latina menyela permbicaraan.
"Wah.. ternyata si putri tidak berguna bisa berpikir sejauh itu." Hazin bicara dengan wajah meledek.
"Tapi, bagaimana cara kita melakukan hal yang hanya akan membuat kita pusing? Bagaimana jika kita buru saja mahluk menyebalkan ini dan langsung membunuhnya? Haha.. tidak buruk kan?" Tanya Jack, ia sedikit tertawa.
"Jack bego." Singkat Hazin.
"A-apa yang kau katakan k*****t?!" Sentak Jack.
"Ha-Hazin memujiku?! Dia bilang bahwa aku ini bisa berpikir jauh, ya.. walaupun dia masih saja menyebutku dengan sebutan puteri tidak berguna. Tapi, dia barusan bilang aku bisa-.. Tidak-tidak! Dia tetap saja meledek ku!" gumam Latina, ia melamun sambil menepuk-nepuk pipinya sendiri.
"Minaki, Jack. Ini akan menjadi tugas kalian." Hazin melirik kearah Jack dan Minaki secara bergantian.
"Apa yang harus ku lakukan?" Minaki langsung menerima permintaan Hazin.
Tidak menunggu lama sampai Hazin memberikan rencananya, Latina dan Hazin segera bersembunyi diatap gudang milik Meraju. Sedangkan Minaki dan Jack, mereka melakukan apa yang Hazin minta.
"Ke.. kenapa kita melakukan ini?" Tanya Minaki, ia menggunakan pakaian lusuh sambil membawa karung berisi batu dipundaknya, hal itu juga dilakukan oleh Jack.
"k*****t kau Hazin! Apa kau mencoba untuk mentertawaiku?!" Teriak Jack dari kejauhan.
"Sudah lakukan saja bodoh! Dan juga, jangan berteriak seolah kami ada diatas sini! Mahluk itu akan tahu jika kau terus saja berbicara!" Latina ikut teriak dari atas gudang.
"Kau juga sedang berteriak!" Balas Jack.
"Sialan si cewek bar-bar itu..! Jika bukan karena kita membutuhkan kapal, aku tidak akan sudi melakukan hal bodoh seperti ini." Jack menggerutu.
"Cepat-cepat! Lakukan apa yang sudah Hazin katakan tadi."
Latina sedikit berbisik, Hazin yang diam disebelahnya kembali mengingat apa yang mereka bicarakan sebelum melakukan rencananya.
"Kalian bawalah batu-batu itu, dengan cara membawa sesuatu yang berat, maka kau akan sedikit lebih cepat untuk bisa mengeluarkan keringat dan memancing mahluk buat itu keluar." Ucap Hazin.
"Dasar bodoh, itu adalah pemikiran anak kecil, hal seperti itu tidak akan berhasil. Kenapa kau tidak coba saja membuat suara yang aneh untuk memancingnya? Itu hal yang dilakukan seseorang ketika mereka sedang berburu hewan kan?" Jack menyangkal pendapat Hazin.
"Mungkin itu tidak berhasil. Tapi, Ucapanmu tadi ada benarnya." Ucap Hazin sambil menatap Jack dengan serius.
Setelah sedikit berdiskusi, mereka akhirnya sepakat memilih Minaki dan Jack sebagai orang yang berpura-pura sebagai anak buak Meraju yang sedang membawa barang. Hal yang di katakan Jack mengenai suara untuk memancing binatang buruan, telah membuatnya terpaksa menjadi umpan bersama Minaki.
Jack mengepalkan tangan nya sambil menatap Hazin kesal, "Sial! Aku menyesal mengatakan hal itu, mana mungkin trik bodoh seperti ini bisa mmbuat mahluk buas itu keluar! Lihat saja kau Hazin k*****t, aku akan membuatmu menyesal jika ini gagal." Gumam nya.
"Huah..! Capek sekali ya membawa barang seperti ini, untung saja tidak ada yang menyerang kita sekarang!" Jack teriak sambil sedikit berlari memutari daerah sekitar gudang.
"Em.. i-iya! Rasa dagingku ini manis dan kenyal." Minaki mengikuti Jack.
"Bodoh! Apa maksudmu daging manis?!" Sentak Jack.
"Aku tidak tahu harus mengatakan apa manusia purba! Lagian, membawa barang seperti ini? Seorang gadis? Seorang bangsawan?!" Sentak Minaki membalas Jack.
"Jangan mengeluh kucing comberan!"
Mereka berdua justru berdebat, tanpa disadari setelah berlari dan berbicara dengan suara yang lantang, mereka akhirnya sedikit berkeringat.
Bress...
Terdengar suara semak yang terinjak.
Putri tertinggi langsung menengok ke arah datang nya suara itu, "Kau mendengarnya Hazin?" Tanya Latina.
"Tentu saja." Balas Hazin. Ia langsung mengamati sumber suara itu, Jack dan Minaki tidak menyadarinya karena mereka terus melanjutkan perdebatan mereka.
Dug.. dag..
Suara benturan yang berat terdengar dari arah suara sebelumnya, Hazin dan Latina terus mengamatinya.
"Hem.. susah sekali untuk membuatmu keluar." Hazin sedikit tersenyum.
Tidak menunggu waktu lama, akhirnya mahluk buas yang dikatakan Meraju keluar dari pepohonan sekitar gudang, mahluk itu berupa cacing besar berwarna biru dengan mata merah menyala. Namun, cacing itu bukan berupa cacing raksasa biasa, melainkan mahluk lembek yang sering disebut Slime.
"Ehh?" Jack sedikit terkejut, ia berhenti berdebat dengan Minaki dan menengok kearah cacing itu muncul.
"Mahluk apa itu? Cacing? Slime?" Tanya Jack heran.
"HUAA..!! Cacing..!! Jangan mendekati-.."
Minaki teriak ketakutan dan berusaha lari menjau. Namun, cacing itu justru langsung menelan Minaki.
"Blurp.. blurp.."
Minaki tertelan oleh cacing slime tadi, Jack masih diam dan menahan tawanya karena ia pikir mahluk buas yang akan datang bukanlah seekor cacing slime raksasa.
"Huahaha..!! Para kadal takut kepada mahluk seperti ini?! Jangan bercanda! Huahaha... Mahluk seperti ini tidak bisa dibilang buas-.." Jack ikut termakan cacing tadi karena ia asyik mentertawakan Minaki.
"Ehemhem...!!" Latina menahan tawanya setelah melihat Jack dan Minaki tertelan oleh seekor slime.
"Oi... Bertahanlah! Kami segera datang menolong kalian!" Ucap Hazin dari atap gudang. Ia juga ikut meledek Jack dan Minaki yang terus tertelan. Cacing itu diam saat berusaha mencerna mereka berdua, Hazin dan Latina masih saja diam diatap gudang, Latina guling-guling tidak kuat menahan tawanya.
"Sialan, mana mungkin aku akan kalah dari mahluk menyebalkan ini..!!"
Cratt!!
Jack menarik dan mengayunkan pedangnya untuk membelah cacing itu, ia berhasil keluar dari perut cacing raksasa cacing. Namun, Minaki masih terjebak di dalam, ia masih berusaha keluar karena Minaki sepertinya merasa jijik dengan cacing.
"k*****t! Beraninya kau menelanku juga!" Teriak Jack.
Setelah badan cacing terbelah dua, bagian yang terpisah itu justru membuat cacing tadi berubah menjadi dua ekor cacing.
"Hei landak merah! Cepat selamatkan-.. haha!! Minaki!" Teriak Latina, ia masih mentertawai Minaki dari atap.
"Diam kau! Seharusnya kalian yang melakukan itu!" Jack membentaknya.
"Kau sebaiknya cepat Jack, Minaki mulai tenggelam." Hazin juga masih diam diatap.
"Berengsek mereka berdua! Cacing itu akan membentuk tubuhnya yang baru setiap bagian badannya terbelah, itu berarti cacing itu hanya akan bertambah banyak setiap aku memotongnya, kalau begitu." Gumam Jack, ia mengamati cacing besar didepannya.
"Bagaimana jika kupotong sampai habis!"
Jack langsung melompat maju dan mundur untuk memotong cacing tadi dengan pedangnya. Jack melakukan hal itu dengan kecepatan yang cukup tinggi, Minaki yang tadi berada di dalam salah satu perut cacing berhasil keluar.
Cacing itupun terpotong menjadi bagian yang sangat kecil, bisa dibilang tubuh mereka hancur.
"Rasakan itu cacing aneh! Kau tidak bisa lagi menyatukan tubuhmu! Haha.." Jack berhenti setelah berhasil menghancurkan cacing slime di depan nya.
"Wuahh.. ternyata kau bisa melakukannya." Latina meledek Jack.
"Kubunuh kau!" Sentak Jack dalam hati.
Minaki masih tergeletak setelah berhasil keluar dengan badan yang penuh dengan lendir. Namun, bagian cacing yang tadi hancur telah kembali menjadi satu ekor cacing slime raksasa seperti awal mereka melihatnya.
"Heh.. membuat jengkel saja, bagaimana dengan-.." Jack mengeluarkan api ditangan kanannya, pedang besar yang ia gunakan kembali ia letak kan di pundaknya.
"Dark Fire."
Blarr..!!
Seketika keluar api hitam yang melahap habis cacing tadi, api itu cukup besar. Namun, bukan Jack yang mengeluarkan api itu, melainkan Minaki.
"Jangan seenaknya mengambil buruan orang oi!" Bukannya berterima kasih, Jack justru membentak Minaki.
"Huah... Aku benci cacing, huah..." Minaki menangis setelah membakar habis cacing didepannya.
Setelah melihat situasi sudah aman, Latina dan Hazin segera turun dan menghampiri dua teman nya.
"Cup- cup, nanti kakak belikan permen manis untukmu." Latina menepuk halus kepala Minaki.
"Hazin! Aku takut, huah.." Minaki langsung berlari dan memeluk Hazin.
"Lepaskan tubuh berlendir baumu kucing cengeng!" Hazin menendang Minaki saat ia berusaha mendekati Hazin.
"Jahat! Kau jahat Hazin, setelah apa yang telah kau laku-.."
"Tutup mulutmu! Kau terlalu bodoh untuk dibilang b**o, kenapa kau menghancurkan cacing itu?!" Sentak Hazin, ia menyela perkataan Minaki.
"Eh?!" Latina, Minaki dan Jack terkejut.
Mereka bertiga kembali mengingat apa yang diucapkan Meraju sebelumnya. "Bawa dan perlihatkan padaku mahluk buas itu."
Itulah ucapan Meraju yang bilang bahwa mereka harus membawa sedikit bagian tubuh dari mahluk buas yang dicarinya. Biasanya itu bisa berupa kulit, taring, ataupun tanduk seekor mahluk buas.
"Dasar marmut bodoh! Sekarang, bagaimana cara kita agar bisa mendapatkan kapalnya?" Ucap Latina.
"Kau juga pasti lupa kan?! Kau seharusnya mengingatkanku." Balas Minaki.
"Sial, kenapa kita tidak pulang dulu untuk mengambil uangmu Hazin?" Tanya Jack, Latina dan Minaki balik melirik kearahnya.
Sebelum mereka meninggalkan Volhem tempat Hidrus tinggal, mereka berempat bertaruh dan berjaji untuk tidak kembali kerumah mereka masing-masing setelah mereka melakukan perjalanan mencari Death Stone. Jika salah satu dari mereka menggunakan Teleport dan melanggar janji itu, maka orang itu harus melanjutkan perjalanan tanpa menggunakan busana.
"Hoho, jangan bilang kau mau pulang Jack." Minaki perlahan mendekati Jack.
"Bukan begitu maksudku!" Dengan tegas Jack menyangkalnya.
"Sudahlah, kita hanya perlu kembali ketoko Meraju dan memberitahunya bahwa kita sudah membunuh mahluk buas itu, kenapa kalian membuat hal ini sulit?" Tanya Latina.
"Tunggu, ada hal yang harus kupastikan sebelum meninggalkan tempat ini." Ucap Hazin, Latina dan yang lainnya tidak tahu apa yang dimaksud Hazin.
Hal itu tidak berlangsung lama. Setelah Hazin memastikannya, mereka berempat kembali ke toko milik Meraju untuk memberitahunya bahwa mahluk buas yang ia takuti sudah di kalahkan.
Namun, mereka kembali ke kota Cawilva di tengah malam. Tidak terlihat seorang pun di dalam toko, pintunya terkunci rapat. hanya ada beberapa orang saja yang terlihat masih berjalan di kota itu.
"Jadi, apa yang kita lakukan sekarang?" Tanya Latina, mereka berempat diam berdiri didepan pintu toko Meraju yang terkunci.
"Huah... Aku ngantuk sekali." Minaki sudah menguap karena ngantuk.
"k*****t! Bagaimana kita tidur hari ini? Pintunya terkunci, kita tidak tahu dimana si Meraju sialan itu berada, semua ini salahmu Hazin! Kenapa kau melakukan hal yang tidak berguna setelah kita berhasil membunuh cacing tadi!" Sentak Jack.
"Emm.. benarkah?" Hazin hanya membalasnya dengan tatapan dingin.
"Tentu saja!" Jack kembali menyentak Hazin.
Mereka berempat merasa sangat mengantuk. Dengan berat hati, akhirnya mereka memutuskan untuk tidur didepan toko Meraju.
Malam berlalu dikota Cawilva, Hazin baru tidur setelah yang lainnya tertidur. Dan, disaat pagi mentari kembali menyinari daratan.
"Halo para pejuang!" Meraju membangunkan mereka di pagi hari.
Mereka berempat terlihat sangat lelah karena kurang tidur.
Setelah Meraju menyapa mereka didepa toko, akhirnya Meraju membuka pintu toko dan mempersilahkan mereka berempat untuk masuk kedalam dan mendengar apa yang telah mereka lakukan kemarin malam.
"Hem.. jadi kalian berhasil membunuh mahluk itu. Tapi, mana barang buktinya?" Tanya Meraju.
"Sudah kubilang tidak ada! Jika kau tidak percaya, lihat saja sana ke gudangmu! Kau masih bertanya hal yang membuatku jengkel setelah membuat ku tidur di jalan seperti pengemis hah?!" Latina menyentaknya kesal.
"Tapi, aku membutuhkan barang buktinya, lendir dari slime itu bisa membuat peluru meriamku lebih mematikan lagi." Meraju terlihat kecewa.
"Aku tidak peduli! Sekarang, berikan kapal yang kau janjikan kemarin." Ucap Latina.
"Tidak bisa."
"Egk! Sial kau..!" Latina mengepalkan tangannya, Lalu.
"Meraju! Kau bilang gudangmu itu adalah tempat kau menyimpan harta terbesarmu kan? Dan, kemarin aku tidak sengaja menghancurkan pintu gudang itu. Aku awalnya terkejut, tapi apa-apaan itu?" Hazin mengancam Meraju, ia terlihat berkeringat saat Hazin akan mengatakannya.
"Kau menyimpan tumpukan ikan busuk disana!" Ucap Hazin.
"A-apa masalahnya?" Tanya Meraju gugup.
"Kau pikir aku bodoh? Dengan sengaja kau menyimpan ikan-ikan busuk itu disana untuk memancing dan membuat slime itu tetap berada di dekatnya, mahluk buas tidak akan kembali menyerang seseorang jika mereka tidak mendapatkan apa yang mereka mau kan?"
"Dengan cara menyimpan ikan busuk yang ber-aroma tajam, kau bisa membuatnya tetap disana untuk menjadikan slime itu ramuan untuk meriam bodohmu. Dan juga, kau bilang kau selalu diserang saat kau membawa barangmu dimalam hari. Lalu, brang yang kau bawa itu adalah ikan yang menjadi makanan mahluk itu!" Jelas Hazin.
"Dengan begitu, slime tadi akan terus menyerang dan berusaha mendapatkan makanan nya. Dan tentu saja, mahluk itu mendapatkannya karena kau sendiri yang memberikannya! Setelah slime itu menyerang dan pergi, kau bisa mengumpulkan lendirnya yang berceceran dengan mudah, bukankah itu kenyataannya? Meraju."
Hazin menatap Meraju dengan serius, Meraju terlihat kaget karena Hazin bisa mengetahui kebenarannya.
"Haha.. huahaha... Kau pintar sekali bocah! Tapi, untuk apa kau mengetahuinya? Aku tetap tidak akan memberikan kapal ku padamu." Meraju tertawa setelah terkejut.
"Jadi untuk apa aku sampai tertelan oleh seekor cacing?" Minaki cemberut.
"k*****t! b*****h kau kadal tua! Kau sengaja melakukan itu kan? Kau hanya mengambil keuntunganmu sendiri!" Jack menggenggam baju dan mengangkat Meraju.
"Maaf, tapi memang itu yang kuinginkan." Meraju memberi kode dengan tangannya, anak buah Meraju langsung keluar dari belakangnya dengan membawa senjata lengkap.
"Hehe, kalian berani menampakan taring kalian di hadapanku yah? Sayang sekali." Latina sudah tidak tahan dengan apa yang dikatakan Meraju, itu juga karena Meraju sampai berani mengancamnya yang merupakan seorang putri tertinggi bangsa manusia.
"Kita datang kesini bukan untuk bertarung." Ucap Hazin dengan wajah santai.
"Jangan takut puding berry! Orang seperti ini harus diberi pelajaran keras." Jack mengeluarkan pedang besar dari punggungnya.
"Meraju, bagaimana jika kita membeli kapalmu saja?" Tanya Hazin sambil menahan Jack yang mengeluarkan pedangnya dan menghampiri Meraju.
"Apa yang kau katakan Hazin? Untuk menyewa penginapan saja kita tidak bisa, apalagi membeli sebuah kapal." Ucap Minaki.
"Heh.. siapa yang bilang begitu?" Hazin menyangkalnya.
"Padahal hanya bocah, memangnya kau punya uang berapa sampai ingin membeli sebuah kapal?" Tanya Meraju dengan wajah sombongnya.
"Cepat katakan." Singkat Hazin.
"Tiga ribu koin emas untuk kapal sedang yang kalian inginkan." Balas Meraju.
"Baik, aku beli." Hazin mengambil sebuah kantong kecil disakunya dan langsung mengeluarkan tiga ribu koin emas.
"APA..?!"
Meraju, semua anak buahnya dan juga teman-temannya Hazin langsung terkejut.
"Ka-kau memiliki uang sebanyak ini?!" Meraju masih terkejut.
"Oi Hazin! Kenapa kau tidak mengeluarkan uang itu dari awal hah?!" Jack mencengkram dan menggoyang-goyangkan tubuh Hazin.
"Tidak ada yang memintanya." Balas Hazin dengan wajah dingin nya.
"Ini kan, koin emas bangsawan! Si-siapa kau?!" Meraju melirik Hazin.
"Cepat tunjukan yang mana kapalnya." Hazin menaruh kantong itu kembali ke sakunya.
Setelah Meraju menerima semua uang yang Hazin berikan, mereka berempat langsung pergi kekapal yang Meraju tunjukan pada mereka.
"Kenapa orang itu terkejut saat Hazin bilang-..." Gumam Latina, ia mengingat hal yang terjadi saat Hazin bilang.
"Aku adalah Hazin Triton, putra sulung dari raja Vondest Triton."
Hazin mengucapkan kalimat itu sebelum meninggalkan Meraju.
"Kenapa dia sampai begitu terkejut?" Ucap Latina dalam hatinya, ia terus berpikir-pikir.
"Wah.. jadi ini kapal yang akan kita naiki? Ternyata lebih megah dari yang kuduga!" Minaki langsung berlari dan menaiki kapal yang telah Hazin beli.
"Apa ini tidak salah?" Tanya Jack heran.
"Meraju yang menunjukannya padaku, tiga ribu koin emas yang kuberikan lebih berharga dari kapal ini, setidaknya itu yang ia katakan sebelum menjadi gila." Jawab Hazin, ia perlahan menaiki kapal itu.
"Wuaha... Terdapat kamar mandi juga!" Dengan cepat Minaki mengelilingi seluruh ruangan yang ada didalam kapal, walau masih terbuat dari kayu, kapal itu terlihat sangat bersih dan berkilau.
"Ini kan kapal bangsawan, bagaimana Meraju bisa mendapatkannya?" Latina ikut terlihat bingung.
"Entahlah, mungkin saja ini kapal dari hasil membajak, aku tidak peduli dari mana asal kapal ini. Yang penting, sekarang kita bisa pergi ke samudra Tembula." Ucap Hazin sambil menatap luasnya lautan.
Jack yang tidak terlihat begitu antusias sedikit berpikir. lalu, ia bertanya.
"Satu pertanyaanku, bagaimana cara mengendarai perahu?" Tanya Jack dengan wajah serius.