2 Best Friends

1153 Words
Esok Harinya "Bagaimana tuan? apakah kita akan manunda Turnament nya sampai purti LATINA datang? " ucap komandan militer kerajaan Triton, Evanhell Pantonir. "Maaf tuan Evanhell, tapi sepertinya itu akan membuat para pengunjung dari berbagai negeri kecewa jika kita tidak melaksanakannya sesuai jadwal yang telah ditetapkan." balas penasihat raja, Artegius Dekral. "Bagaimana pendapat anda tuan?" tanya petinggi pertahanan Triton, Demand Tony. "Tidak!.. kita tidak bisa melupakan Latina atas apa yang telah ia berikan pada kita, kita harus menunggu kedatangan nya.. jadi untuk itu, kita harus sedikit menunda turnament nya, ia akan merasa kecewa jika turnament nya dilakukan saat ia belum sampai, ia sendiri yang bilang kalau ia sangat ingin menyaksikan turnament nya." jawab raja Vondest dengan tegas. "Baiklah jika itu pendapat tuan.. dengan ini diskusinya kita cukupi sampai disini!" Ucap Evanhell sambil berdiri tegak. Para petinggi kerajaan meninggal kan ruang diskusi setelah mendengar perkataan raja Vondest. "Hah... melelahkan walau hanya duduk dan mendengarkan seperti itu yah." Vondest meregangkan tangannya keatas. Tep-tep... Vondest berjalan keluar. ia menuju ujung halaman dan melihat keadaan arena turnament. "Putri Latina yah? Mm..." Vondest sedikit melamun. "Raja yang sering melamun? Haduh.. kamu itu, kenapa belakangan ini sering memikirkan hal yang aneh Vondest?" ratu Viole datang menghampirinya. "Ahaha.. tidak, aku hanya khawatir dengan bangsawan yang telah datang jauh kesini dan jika mereka tau turnament nya akan diundur.. aku tak tau mereka akan berfikir aku ini seperti apa? Em..." Vondest kembali melihat arena. "Yah.. paling tidak mereka takan berani membicarakan apa yang mereka pikirkan pada mu kan? kau itu terlalu berfikir negatif." Viole pun diam disapingnya sambil ikut melihat kearah arena. "Oh ya, bagaimana Hazin? apakah ia sudah mendapatkan wujudnya?" tanya Vondest. "Aku rasa dia masih belum berhasil.. apakah guru yang kita tugaskan tidak bisa mengajarinya?" Balas Viole sambil sedikit kecewa. "Aku tak tahu, mungkin dia sudah cukup-.." ucap Vondest sambil sedikit tersenyum. "Cukup apa Vondest?" tanya Viole menyela. "aku yang akan langsung mengajarinya, yah... Walaupun akan ada seseorang yang akan sangat membantunya." Vondest jadi lebih semangat. "Benarkah?! Hazin akan senang mendengarnya" Viole ikut senang. "Namun, siapa orang yang kau maksud tadi?" tanyanya sambil memasang wajah curiga. "Tidak usah cemburu seperti itu! hehe.. yang penting dia itu... pria! Ya! Pria yang sudah cukup tua menurutku, hehe.." ucap Vondest sambil menggaruk kepalanya. "Mmm... benarkah..?" Viole masih tetap mencurigai nya. "Maaf aku tak menceritakan nya padamu, sebenarnya pak tua itu selalu datang hampir setiap harinya, tak peduli berada dimana aku, dia selalu memaksaku untuk membiarkannya menjadi guru Hazin, yah.. walaupun aku sedikit curiga dengan tujuannya itu. Namun, jika aku bersama Hazin, mungkin aku akan tahu dia orang yang baik atau tidak." jelas Vondest. "Pantas saja aku terkadang memperegokimu sering berbicara pada orang yang tak ku kenal, aku kira kau sedang membicarakan wanita lain, huh!" Wajah Viole terlihat cemburu setelah mendengar perkataan nya. "Ha....! HATT...!!" Hazin memukul, menendang dan mengeluarkan sedikit aliran energi pada guru Pola. "Hazin, gerakan mu terlalu mudah untuk di baca, cobalah lakukan gerakan yang akan membuat musuh terkecoh!" guru Pola terus menghindari serangan Hazin. "Huff.. huf.... menyebalkan, bagaimana kau bisa bergerak secepat itu?!" Hazin berhenti menyerangnya. "Itu dinamakan Vanishing, kemampuan untuk menghindar serangan dengan cara memusatkan energi pada otak dan memindahkannya pada seluruh anggota tubuh, respon otak itu sangatlah cepat, jadi. Pergerakan mu akan bisa secepat otak mu merespon serangan musuh, seperti kau melihat pukulan tadi, kau akan melihatnya melambat jika kau berhasil mentrasfer energi mu dengan benar." jelas guru Pola. "Apa apaan itu? Aku sama sekali tidak mengerti." gumamnya dalam hati. "Sekarang, coba apa yang saya katakan tadi. Alirkan energimu ke otak, dan coba hindari serangan saya." guru Pola langsung menyerang Hazin dengan kakinya. "Sialan! Aku tak bisa menghindari yang satu ini.....!!" Hazin terkejut. "Hentikan!" tiba-tiba raja Vondest datang dan menghalangi tendangan tadi. "Tuan..!!" Guru Pola terkejut melihat kedatangan Vondest. "Apa yang coba ayah lakukan? aku tadi hampir bisa menghindarinya." Hazin terlihat sedikit cemberut setelah ia dihalangi oleh ayahnya. "Ayah tau kau tak bisa menghidari itu Hazin." Vondest berbalik badan dan mengusap kepala Hazin. "Maaf mengganggu latihannya, tapi ayah memiliki pertanyaan untuk mu." wajahnya drastis menjadi serius. "Mulai sekarang ayah sendiri yang akan menjadi pelatih mu." wajahnya berubah drastis lagi menjadi tersenyum. "Apa?! Kenapa ini mendadak? lagipula ayah sudah cukup sibuk mengurus turnament nya kan?." Hazin terkejut setelah mendengar perkataan Vondest, karna selama ini ayah nya itu tak pernah berlatih bersamanya. "Tidak juga, sudah banyak orang yang mengurus turnament nya, lagi pula ayah pikir ini adalah salah satu hal yang dapat ayah lakukan untuk membantu mu." Hazin hanya terdiam setelah mendengarnya. "Maaf tuan Pola, tapi sepertinya anda tidak usah menjadi pembimbing nya lagi." ucap Vondest. "Baik tuan Vondest, saya akan kembali ke sekolah militer setelah saya membereskan barang saya." balas guru Pola. "Baiklah, terima kasih atas bantuan mu selama ini." guru pola langsung pergi meninggalkan lapangan itu. "Apakah ayah benar benar akan mengajari ku?" tanya Hazin sambil menuju tempat duduk di sisi lapangan. "Ya.. tidak sepenuhnya, ayah hanya akan menjadi lawan mu selama latihan, kau akan bertemu orang yang akan melatih mu sesaat lagi." Balas Vondest. Vondest ikut duduk di sebelahnya. Tak lama kemudian datang seseorang berbadan sedikit pendek menghampiri mereka. "Perkenalkan kau bisa memanggil ku Hi-.." "Orang tua pendek ini yang akan mengajari ku?" Hazin menyela nya. "HEYY...!! Kau anak muda, jangan pernah menyela perkataan orang tua..!!"Sentak pria tua tadi, "Oh... Baik lah." dengan wajah tampa dosanya itu Hazin menjawab. "huff... kau bisa memanggil ku Hidrus, mungkin kau bertanya kenapa aku sangat ingin membantu mu tapi, aku hanya bisa menjawab, aku mengenal mu." Vondest dan Hazin sama sama terdiam, bahkan setelah datang berkali kali pada Vondest, tapi ia tak pernah bilang bahwa dia telah mengenal Hazin, Hazin terlihat cukup terkejut, namun Vondest lah yang terlihat begitu terkejut mendengar nya. Walaupun mereka berdua tak begitu percaya akan perkataan nya itu. "Ha.. ahaha... ya.. Tentu saja kau mengenal anak ku, karna dia anak dari raja Triton hahaha..!!" entah kenapa tapi Vondest merasa sangat terkejut. "Baiklah, aku tak suka membuang waktu. Kita akan mulai berlatih besok, jangan lupa untuk selalu makan sebelum berlatih denganku oke Hazin." Hidrus pun pergi menjauh setelah memperkenalkan dirinya. "Woww... Itu cukup cepat." Hazin mengangkat sebelah alisnya. tanpa disadari, ada seseorang bertudung hitam mengamati mereka. "Halo anaku.... selamat pagiii...!!" Seperti hari hari biasa, Hazin selalu dibangunkan dengan suara ibunya, Viole. mereka sarapan bersama sebelum melakukan apapun tapi.. Hazin selalu tak menghabiskan sarapannya. "Kau tak dengar perkataan Hidrus? Kau harus sarapan terlebih dahulu, atau mungkin kau melupakan latihan mu Hazin?" Tanya Vondest. "Tentu saja tidak, aku hanya sudah kenyang saja, dan kenapa ayah begitu semangat akan latihan ini?" Hazin pun bertanya kembali. "Itu karena ayah ingin-.." Drak-dak! "Maaf mengganggu tuan Vondest, tapi tuan Ensberg dan anak nya ingin menemui anda!!" penjaga gerbang tiba tiba masuk ke ruang makan. "Lama tak jumpa, teman." "Kau juga Vons." Balas Ensberg, mereka berdua saling berpelukan. "Hey bagaimana jika kita makan bersama? Bukankah ide yang bagus?" Tanya Viole. Mereka pun mulai menduduki bangku yang ada diruang makan. Lalu, mereka mulai berbincang tentang masa lalu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD