Princess Dark Past

1210 Words
Jack dan Minaki sudah tertidur, Latina tidak terlihat dikamar tempat mereka tidur. Lalu, yang terakhir. Hazin, ia masih terbangun, menikmati keindahan dari cahaya warna warni yang ditampilkan oleh kota itu, ia duduk dan bersandar diatap kastel milik Archon. "Jadi begitu, Death Stone terdekat bukan lagi berada ditangan penjaganya. Tapi, itu bukan berarti kau gagal Hazin." Suara Vondest terdengar dikuping Hazin, mereka menggunakan teknik Telephaty. "Baiklah, aku akan segera mendapatkannya ayah." Ucap Hazin. "Ingat selalu, Kraken bukanlah mahluk buas seperti yang kau ketahui, ia merupakan raja dari monster laut, penguasa samudra Tembula. Atau para pelaut menyebutnya dengan dewa Tembula, jika terjadi sesuatu yang buruk, pastikan kau langsung menghubungi ayah, Hazin." "Jangan lupakan ibu juga ya..!" Suara Vondest dan Viole perlahan menghilang. "Huff, bagaimana mungkin aku meminta bantuan ayah dan ibu hanya untuk mengambil batu dari mulut Kraken. Tujuanku melakukan perjalanan ini adalah untuk membuatku lebih kuat, aku tidak boleh kalah!" Ucap Hazin dalam hatinya. "Kenapa kau selalu saja diam ditempat seperti ini?" Tanya seseorang dari belakang Hazin, orang itu ternyata Latina, ia segera menghampiri Hazin. "Kenapa juga kau selalu mengganggu waktu kesendirianku?" Hazin balik bertanya. "Ti-tidak! Aku hanya.. hanya ingin memastikan kau tidak pergi kerumahmu, ya! Itu saja!" Latina mulai gugup, mereka berdua duduk dan melihat kearah kota di depannya. "A-aku tidak pernah mengetahui, mengetahui bahwa ibuku ikut bersama ayahmu untuk menghentikan raja iblis. Bukan hanya cerita yang tersebar, tapi karena ibuku tidak pernah membicarakannya." Ucap Latina, Hazin meliriknya sesaat. "Ayahmu, ibumu, nyonya Lien maupun tuan Ensberg dikenal oleh seluruh penduduk bumi. Tapi, ibuku. Ia hanya dikenal sebagai ratu biasa, mungkin hanya Minaki da aku yang tahu. Untuk menjadi seorang ratu seperti ibuku adalah hal yang mudah, semua orang bisa melakukannya, tentu saja jika mereka memang ditakdirkan untuk menjadi ratu." Latina terus bicara sambil menatapi kota. "Tapi, untuk menjadi sosok seperti ayah dan ibumu, itu tidak hanya sulit. Mungkin, itu adalah hal yang mustahil di lakukan. Sebelum ayahmu melawan raja iblis, apa kau pernah terbayang untuk melakukannya sebelum ayahmu melakukan hal itu?" Tanya Latina. "Menurutku, itu tidak akan pernah terjadi. Semua orang takut untuk melawan ketamakan raja iblis, mereka hanya bisa bersembunyi di dalam cangkangnya sendiri, be-begitu pula denganku. Sebenarnya, aku merasakan rasa takut saat pertama kali berhadapan dengan iblis." Ucap Latina. Ketika Latina masih berumur delapan tahun, ia pernah pergi kesebuah hutan di dekat kerajaan The Down. Ia pergi kesana untuk bermain mengelilingi hutan, ia hanya seorang diri. Ia berlari, berenang, dan menghancurkan beberapa pohon disana. Lalu, saat ia sedang asyik bermain, secara tiba-tiba datang seseorang bertudung kearahnya. Saat itu, orang bertudung tadi mengatakan kalimat. "Ayo bermain denganku puteri kecil." Ucap orang bertudung itu sambil tersenyum, ia mengarahkan pisau kecilnya kearah Latina. Secara spontan, Latina yang ketakutan itu memukul dan membuat orang tadi terpental cukup jauh. Namun, ketika Latina berusaha untuk memastikan orang itu baik-baik saja, seketika orang dihadapannya itu berubah menjadi sosok yang mengerikan, Latina yang masih kecil itu teriak ketakutan, ia berusaha terbang menjauh dari mahluk itu. Namun, Tentakel panjang meraih kakinya dan menarik Latina kembali ketanah. Saat Latina melepaskan tentakel itu dari kakinya dan kembali berusaha kabur, ia melirik kearah mahluk itu. Tubuh manusia yang kurus hanya tulang terlihat di bagian tubuh mahluk tadi, tidak hanya tubuh manusia yang utuh. Tangan yang terpotong, mata, kaki, kepala, dan bagian lain dari tubuh manusia banyak tertanan didalam tubuh mahluk bertentakel itu. Tentu saja, Latina yang masih belum mengenal banyak tentang dunia luar langsung ketakutan melihatnya, badannya bergetar, tubuhnya tidak bisa lagi ia gerakan, matanya tidak bisa ia tutup dan terus melihat keburukan mahluk itu. Lalu secara perlahan, tentakel yang panjang meraba kaki dan tangan Latina, sampai. Cratt!! Datang wanita di hadapan nya, wanita itu memotong tentakel panjang dan perlahan mahluk mengerikan itu terbelah dua. Setelah berdiri membelakangi Latina sesaat, ia membalikan badannya dan langsung menjulurkan tangannya, Latina yang tadi sangat ketakutan sampai tidak dapat menggerakan badannya meraih tangan itu, yang ternyata. Wanita yang datang menolongnya itu adalah ibunya sendiri, ratu Patricya. Sampai saat ini, Latina tidak bisa melupakan hal yang membuatnya trauma itu. Walaupun ia terlihat pemarah dan dikatakan sebagai gadis tomboy. Tetap saja, memendam rasa takunya pada ras Iblis. Memang, sebagai anak dan ibu. Latina dan Patricya sering berdebat sampai bertengkar, bukan pertengkaran sungguhan, melaikan candaan mereka berdua sejak kecil. Terkadang, Latina merasa marah pada ibunya. Namun, rasa kasih sayang untuk ibunya jauh melebihi rasa marah yang Latina miliki. Setelah mengingat sedikit masa lalunya, Latina melamun. Hazin hanya mendengarkan sambil menatapnya dengan tatapan dingin. "Apa yang kau ucapkan barusan itu salah total." Hazin kembali menatap kota. "Apanya yang salah?!" Latina sedikit menyentak. "Kau bilang, apa yang ayah dan ibuku lakukan adalah hal yang mustahil. Pemikiran macam apa itu?" Ucap Hazin, Latina meliriknya saat Hazin bilang apa yang dipikirkannya itu aneh. "Apa kau masih tidak mengerti? Tidak ada hal mustahil di dunia ini. Itu berarti, apa yang dilakukan orang tuaku bukanlah sesuatu yang akan mustahil untuk kita raih, mereka bukanlah seorang dewa, mereka hanya mahluk bernyawa, sama seperti kita, apa kau tahu? cerita tentang kedua orang tuaku itu tidak sepenuhnya benar." "Semua orang menganggap ayahku adalah satu-satunya orang yang berhasil mengalahkan raja iblis. Memang, ayahku Vondest memiliki kekuatan yang luar biasa. Namun, ia tidak akan pernah berhasil tanpa bantuan teman-temannya." Jelas Hazin. "Sebagai contoh, Ensberg ayah Jack. Ia mengorbankan tangannya untuk menyelamatkan ayahku, apakah hal seperti itu patut dibanggakan oleh raja terkuat ras Fadelta?" Tanya Hazin. Ia melirik Latina serius, Latina yang mendengar hal itu sedikit kaget dan terdiam. "Kau bisa kagum padanya. Tapi, kau tidak bisa melupakan orang tuamu sendiri." Hazin melanjutkan ucapannya. Setelah mendengar itu, Latina teringat wajah ibunya yang sedang tersenyum. "Satu hal lagi, bukan hanya kau yang memiliki trauma semacam itu. Banyak orang diluar sana yang merasakan hal sama. Termasuk, Aku sendiri." Hazin mulai berdiri, Latina terus menatapnya. "Tapi, bukan berarti semua ucapanku tadi bermaksud untuk memberikan pencerahan untukmu." Hazin melayang masuk kedalam kastel melewati jendela di dekatnya. "Si-siapa juga yang mendengarkanmu orang aneh!!" Sentak Latina. "Hazin benar, aku ini Latina! Mana mungkin aku merasa takut oleh hal semacam itu, ini kan hal yang selalu kuinginkan dari kecil, petualangan untuk sebuah tujuan. Aku juga pasti bisa melakukan apa yang kau lakukan, ibu!" Gumam Latina. "Oh.. begitu menyentuh, ceritamu itu membuat air mataku mengalir." Ucap Hazin dengan wajah dinginnya, ia kembali muncul dan mengintip Latina dari jendela. "Pergi sana anemon laut!!" Tanpa diketahui, Archon mengamati mereka berdua dari atas. "Seperti kembali kemasa lalu saja." Archon tersenyum. Matahari sudah mulai menyentuh dasar kerajaan Blue Heart, mereka berempat bangun dan mempersiapkan diri mereka untuk pergi dan mengambil Death Stone dari mulut raja moster laut. "Hei Latina, jika kau masih tak-.." "Diam Hazin!!" Latina menyela dan menyentaknya. "Apa kau yakin bahwa si Kraken itu berada digunung laut Deep Volcano yang berada diarah utara dari kerajaan ini?" Tanya Minaki. "Tentu saja, para pengintai melihat mahluk itu tertidur di atas Deep Volcano, panas yang keluar dari puncak gunung itu merupakan salah satu sumber kekuatan Kraken, kalian harus ingat itu." Jawab Archon. "Bukan hanya karena ia di juluki sebagai raja monster laut jadi ia hanya dapat menggunakan kekuatan air, di dalam lautan juga terdapat kekuatan panas yang luar biasa, kalian harus lebih berhati-hati." Lanjutnya bicara. Setelah mendengarkan apa yang Archon sampaikan, mereka berempat mulai meninggalkan kerajaan Blue Heart dan pergi kearah utara dari kerajaan itu untuk menemukan sang raja moster laut, Kraken.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD