Setelah mengetahui keadaan dan letak Death Stone pertamanya, Hazin beserta teman-teman nya telah meninggalkan kerajaan Blue Heart dan langsung pergi mencarinya. Namun, ditengah perjalanan.
"Sebelah sini..."
"Aku disini..."
Bisikan anak perempuan terdengar dikuping Hazin, ia berhenti sejenak.
"Ada apa Hazin?" Tanya Jack, ia dan teman-teman nya berhenti.
"Aku mendengar bisikan itu lagi, ia bilang, sebelah sini." Hazin menunjuk kesuatu arah, terdapat sebuah gua yang cukup besar. Mereka berempat langsung pergi kearah yang Hazin tunjukan itu.
"Apa kau yakin dengan ini Hazin? Mungkin saja bisikan itu akan menyesatkan kita, jelas-jelas Archon bilang kita harus pergi kegunung laut Deep Volcano." Tanya Minaki, ia terus mengikuti Hazin.
"Kenapa mereka bereaksi?" Gumam Latina dalam hatinya, ikat kepala yang ia gunakan bersinar untuk sesaat, itu terjadi ketika ia memasuki gua yang ditunjuk Hazin.
"Ayahku bilang seseorang dari keluarga Triton bisa merasakan kehadiran Death Stone jika orang itu berada dekat dengan nya. Lalu, aku mendengar bisikan itu saat kita mendekati kerajaan Blue Heart. Itu berarti, bisikan itu berasal dari Death Stone kan?" Hazin balik bertanya.
"Baiklah." Mereka terus mengikuti Hazin masuk kedalam gua. Karena di dalam gelap, Jack menggunakan apinya untuk menerangi jalan.
"Hey, mau seberapa dalam kita terus masuk? Aku butuh tenaga untuk menjaga apiku tetap menyala." Ucap Jack sambil terus berjalan, wajahnya terlihat lesu.
"Cerewet sekali, kau sebagai lelaki seharusnya tidak mengeluh hanya karena hal kecil seperti ini, aku sudah bosan mendengar keluhanmu." Balas Latina.
"Enak saja! Kau tidak merasakan apa yang kurasakan! Kusumpal mulutmu!" Jack berbalik badan sambil mengepalkan tangannya kearah Latina.
"Hei, jalan mana yang akan kita pilih?" Saat Jack dan Latina berdebat, Hazin bertanya. Mereka dipertemukan dengan tiga buah gua didepan mereka.
"Hazin, apa kau bisa mendengar bisikan itu lagi ditelingamu?" Tanya Minaki, ia menghampiri Hazin.
Hazin menjawab, "Tidak, semenjak kita memasuki gua ini. Aku sama sekali tidak mendengar bisikan itu, dan juga, apakah kalian tidak menyadarinya? Saat ini kita tidak bisa merasakan energi siapapun yang berada di luar gua ini." Ucap Hazin.
Latina dan yang lainnya berusaha untuk mencari energi sekecil apapun dari luar gua. Namun, usaha mereka tidak membuahkan hasil, mereka tidak bisa mencari energi dari luar. Sedangkan, untuk bisa berkomunikasi jarak jauh menggunakan Telephaty, mereka perlu menggabungkan kedua energi milik seseorang itu.
"Oi serigala bau, apa kau tidak bisa membatu kami mencari solusi dari ini? Aku merasakan kita hanya semakin tertelan oleh gua yang kita masuki." Tanya Hazin, ia memulai komunikasinya dengan Varka.
"Mengganggu saja! Kau tidak tahu? Sebentar lagi aku bisa membentuk sesuatu yang keren dari rantai sialan ini. Lagi pula, enak saja meminta bantuan seseorang sambil meledeknya, tubuhmu lebih bau!" Balas Varka.
"Memangnya kau manusia?" Tanya Hazin. "Memangnya kau juga manusia?!" Varka balik bertanya dengan nada beratnya.
"Dengar ya, aku tidak mau di ganggu hanya untuk masalah membosankan seperti ini, gunakan akalmu."
Perlahan, suara Varka menghilang. Ia memutuskan kominikasinya dengan Hazin.
"Dasar serigala tidak berguna." Hazin bergerutu.
"Hazin, bagaimana kita coba saja salah satu dari gua ini? Jika jalannya buntu, kita bisa memutar arah balik lagi kesini dan mencoba gua lainnya. Bukan ide yang buruk kan?" Tanya Latina, ia mengusulkan untuk tetap bersama dan memasuki salah satu gua yang ada di depannya.
Hazin, Jack dan Minaki menyetujui usul Latina, mereka memasuki gua yang terletak paling kiri. Namun, setelah berjalan cukup lama. Hazin dan yang lainnya menyadari sesuatu yang janggal.
"Sial, kita hanya memutari gua ini." Wajah Jack kecewa.
"Kau benar, dari tadi kita selalu bertemu batu ini kan? Ini berarti.. kita tersesat!" Minaki menghampiri batu yang selalu mereka temui, mereka seakan mengulangi perjalanan mereka.
Mengetahui hal itu, Hazin beserta teman-teman nya memutuskan untuk memutar arah, mereka berbalik untuk tujuan kembali ketempat mereka bertemu dengan tiga buah gua. Namun, hal itu juga tidak membuahkan hasil, mereka selalu kembali lagi ketempat yang sudah mereka lewati.
"Ahk..!! Sial! Membuat emosiku naik saja! Kuhancurkan gua ini!" Jack mengeluarkan segumpalan api di kedua tangannya.
"Jangan bodoh! Itu hanya akan memperburuk keadaan, kita harus berpikir jernih dan mencari jalan keluarnya." Latina menghentikan Jack.
"Jangan bodoh kau bilang?! Karena ulah kau kita jadi terjebak disini, padahal.. perutku sudah lapar." Suara perut Jack terdengar sampai menggema kesepanjang gua, ia mengusap perutnya.
"Pikiranmu makan saja, m-memang benar ini usulku. Tapi, aku tidak berpikir bahwa kita akan tersesat seperti ini, hehe.." ucap Latina, ia terlihat malu karena telah membuat mereka berempat terjebak didalam gua.
"Tidak, jika tadi kita berpisah. Kita justru akan lebih kesulitan untuk mencari jalan keluarnya, ide bersatu yang Latina berikan lebih baik dari pada berpencar." Balas Hazin, ia menyangkal perkataan Jack yang menyalahkan Latina.
"Eh? Hazin membelaku?" Gumam Latina, ia sedikit merasa senang karena Hazin tadi membelanya.
"Aku tidak mengira dia akan berpikir sebodoh itu." Hazin melanjutkan ucapannya. Latina yang baru saja mau berterima kasih pada Hazin langsung tersedak.
"Egkk!"
"Memangnya kau sudah memberikan rencana lebih baik, orang kutub!" Sentak Latina. Disamping itu, "Bisakah kalian berhenti berdebat?" Tanya Minaki cemberut.
"Hemp!" Latina memalingkan badannya dari Hazin.
"Padahal aku baru saja mengiranya baik. Ternyata, ucapannya itu sama saja seperti ular beracun!" Gumam Latina, ia menahan emosinya sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Hazin, mungkin disini tertanam semacam teknik yang terus membuat kita kembali lagi ketempat tertentu. Itu hanya dugaanku saja. Itu karena, aku sama sekali tidak menemukan dan merasakan sedikitpun tanda yang menyimpan teknik ini." Ucap Minaki, ia terus berpikir.
"Mungkin Minaki benar, tidak mungkin kita memutari gua ini tanpa menemukan pintu masuk gua sebelumnya. Pasti, ada hal lain di balik ini." Latina juga mulai berpikir lebih jauh, sedangkan Hazin hanya terlihat memejamkan matanya.
"Itu benar. Tapi, jika memang ada seseorang yang menggunakan teknik licik yang membuat kita terjebak disini, pasti ada petunjuk yang menandakan teknik itu. Sedangkan, aku sama sekali tidak menemukan-.."
"Tunggu sebentar my master..."
Terdengar suara bisikan gadis kecil itu lagi dikuping Hazin, suara itu menyela bicaranya dalam hati.
"Apa? Tunggu sebentar?" Hazin membuka matanya, ia kembali bertanya dalam hati.
Bisikan itu membalas pertanyaan Hazin, "Benar master! Sebentar lagi aku akan datang membantumu." Setelah mengetahui bahwa bisikan itu dapat diajak bicara, Hazin memutuskan untuk bertanya kembali pada Varka.
"Oi Varka! Suara siapa itu... Sebenarnya." Suara Hazin bertambah pelan dan mukanya perlahan cemberut. Tenyata, saat Hazin kembali menghubungkan komunikasinya dengan Varka, Hazin mendengar suara dengkuran yang menandakan Varka sedang tertidur.
"Memuakkan." Hazin masih cemberut.
Disaat Latina, Jack dan Hazin berpikir keras untuk mencari jalan keluar. Minaki secara tidak sengaja melihat batu yang mereka selalu temui itu melayang dan langsung menempel di dinding gua dekatnya.
"Emm... Teman-teman, kalian sepertinya harus melihat ini." Ucap Minaki, ia menunjuk kearah batu itu menempel, sontak Hazin, Jack dan Latina menengok kearah yang di tunjukan Minaki itu.
Ditempat batu itu menempel, muncul cahaya kuning yang perlahan semakin bertambah terang. Lalu, secara mendadak, dinding tembok bercahaya itu berubah menjadi sebuah gua baru.
"Ikuti aku, master!" Ucap seseorang didalam kuping Hazin.
"Apa, yang barusan terjadi?" Tanya Jack, ia melamun sambil terus melihat kearah gua yang baru terbentuk itu.
"Barusan bisikan ditelingaku bilang bahwa kita harus mengikuti gua itu, mungkin ulahnya juga yang membuat gua itu." Balas Hazin, ia terlihat biasa saja.
"Apa kau yakin Hazin? Sebelumnya kita mengikuti apa yang dikatakan suara aneh yang kau dengar. Lalu, kita terjebak disini cukup lama, apakah jalan ini tidak akan membuat kita terjebak lebih dalam lagi?" Latina menghampiri gua yang lebih kecil itu.
"Kita tidak punya pilihan lain kan? Untuk saat ini, kita ikuti saja apa yang aku dengar." Ucap Hazin, mereka memutuskan untuk tetap mengikuti Hazin masuk kedalam gua baru itu.
Mereka masuk kedalam cukup jauh, semakin gelap dan sunyi seiring mereka terus memasuki gua tersebut. Sampai, mereka berhenti diujung jalan, terdapat pintu yang sangat besar dihadapan mereka, terdapat tulisan kuno dipintu besar itu yang Hazin ataupun teman-temannya tidak bisa membacanya.
"Sial, ini pasti jebakan. Walau pintu ini terlihat besar, Kraken tidak akan mampu masuk kesini melalui gua sebelumnya, waktunya menghancurkan sesuatu." Jack langsung mendekati pintu besar itu sambil mengeluarkan pedang besarnya.
"Woi orang purba, bisakah kau diam dan membatu?" Ucapan Hazin itu membuat Jack berhenti melangkah.
"Seenaknya saja kau bicara dasar berry berjalan!" Sentak Jack, ia mengacungkan jari tengahnya kearah Hazin.
"Masuklah..."
"Aku sudah menunggu didalam..."
Suara bisikan itu memberi tahu Hazin agar segera masuk kedalam pintu.
"Masuk kesana ya, apakah benar Death Stone pertama kita ada didalam sana? Kita harus masuk perlahan tanpa menimbulkan masalah sedikitpun. Bagaimana jika Kraken sedang tertidur didalam? Bagaimana jika terdapat perangkap? Kalau begitu." Hazin bergumam sambil menatap serius pintu besar didepannya.
"Naguru."
BLAR!!
Hazin langsung menghancurkan pintu besar itu menggunakan teknik penghancurnya, Latina dan yang lainnya kaget karena tanpa pikir panjang, Hazin langsung menghancurkan pintu itu.
"Oi... Hazin b**o! Kenapa kau menghancurkan pintunya?!" Jack menggenggam kerah Hazin dan menggoyang-goyangkan tubuhnya.
"Kau sendiri ingin menghancurkannya kan?" Jawab Hazin dengan wajah dinginnya.
"Tidak seperti itu juga, BODOH!!" Jack teriak didepan wajah Hazin.
Nging...
Pita di kepala Latina kembali bersinar, kali ini sinar yang dipancarkan lebih terang dari sebelumnya.
"Bereaksi lagi?! Kenapa disaat seperti ini?" Latina melirik ikat kepalanya dan kembali menatap kearah asap yang muncul akibat Hazin menghancurkan pintunya. Walau sedikit, terlihat cahaya kuning yang mengalir dan terhubung dengan ikat kepala milik Latina.
"Latina, kenapa pita di kepalamu bersinar?" Tanya Minaki, ia menunjuk kearah ikat kepala yang Latina kenakan, Jack dan Hazin langsung melirik.
"Baiklah, kita harus masuk kedalam." Hazin melepaskan genggaman Jack, ia langsung berjalan masuk kedalam asap dimana itu adalah tempat pintu besar tadi berada.
Teman-temannya mengikuti Hazin. Dan, saat mereka melewati asap yang menyelimuti pintu masuknya, terdapat sebuah pedang yang di sinari oleh cahaya matahari.
Di puncak gundukan tengkorak dalam ruangan besar yang mereka berempat masuki, terdapat sebuah pedang berwarna kuning keemasan dengan bentuk aneh yang menyerupai bentuk pedang Zulfikar.
Namun, pedang itu memiliki cekungan tajam lebih banyak dari pedang Zulfikar seperti biasanya, terdapat ukiran dan tulisan kuno dibilah tajamnya. Mereka berempat manatapi pedang itu untuk sesaat, pedang yang memancarkan begitu banyak energi.
Latina melamun saat melihatnya, "Apa itu?"