Gua gelap Tembula
Hazin dan yang lain nya menemukan sebuah gua yang begitu dalam. Bisikan yang Hazin dengar terus menuntun nya masuk. Sampai, mereka menemukan sebuah ruangan yang cukup besar. Namun, bukan rungan besar yang membuat mereka terhenti.
Mereka terhenti karena adanya sebuah pedang aneh yang menancap ditengan ruangan tersebut, sebuah senjata yang terlihat begitu berbeda.
"Pedang apa itu? Kenapa disini juga banyak tengkorak?" Tanya Minaki, ia melihat kesekeliling ruangan itu. Dindingnya yang terdiri dari karang itu dipenuhi oleh tulisan kuno yang belum pernah ia baca.
"Salah tempat, kita cari pintu lain." Ketika melihat pedang itu, Hazin langsung membalikan badannya dan berencana meninggalkan ruangan itu.
"Tu-tu, tunggu!"
Tiba-tiba keluar gadis kecil dari belakang pedang aneh tadi, ia langsung melesat dan menahan Hazin agar tidak meninggalkan ruangan itu, gadil kecil tadi bertubuh kerdil, ia mengenakan pakaian aneh berwarna biru.
Kuping nya panjang seperti bangsa iblis atau elf, matanya merah, jauh berbeda dengan bajunya ia kenakan. Rambutnya panjang berwarna pirang, ia terlihat cemberut sambil terus menahan Hazin.
"Wuehh!! Siapa iblis itu?!" Minaki kaget dan sedikit teriak, ia menunjuk gadis kecil yang memeluk kaki Hazin.
"Hazin, menjauh dari iblis itu. Biarkan aku memotong lehernya!" Latina mengeluarkan dua pedang ditangannya, Hazin hanya melirik dan menatap gadis kecil itu dengan tatapan dinginnya.
"Oi Bodoh! Cepat menyingkir!" Jack teriak, ia juga sudah mengarahkan pedangnya pada gadis kecil itu.
"Ja-jangan! Aku hanya tidak ingin master meninggalkanku begitu saja!" Gadis itu langsung melepaskan pelukannya dan langsung berbalik kearah Latina, gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan melambaikan tangannya seolah memberi tanda tidak.
"Hoh... Jadi kau yang membuat kita tersesat digua bodoh ini, kuhancurkan kau!" Hazin menghampiri gadis itu sambil mengepalkan tangannya.
"Tidak! Bukan begitu master, m-maafkan, tolong maafkan aku!" Gadis itu berbalik dan berkali-kali menundukan badannya didepan Hazin.
"Tunggu, jadi bisikan yang selama ini kau dengar berasal dari gadis itu?" Tanya Latina.
"Begitulah, ia terus memanggilku master." Jawab Hazin, ia menggenggam kepala kecil gadis tadi dan mengangkatnya sampai seimbang dengan wajah Hazin.
"Lalu, bagaimana dengan Death Stone nya?" Minaki ikut bertanya.
"Hah? Death Stone? Benda payah apa itu? Kalian beruntung karena menemukanku, bukan begitu maste-.." gadis itu mengangkat sebelah alisnya.
"Jangan seenaknya bicara cebol!" Hazin menyela dan mengeraskan genggamannya.
"Auw!! Sa-sakit master!"
Wush..
Gadis itu menghilang dari genggaman Hazin dan kembali muncul disebelah pedang aneh tadi. "Biarkan aku memperkenalkan diri terlebih dahulu." Ucap gadis itu, ia berdiri diatas pedang yang ada di tengah ruangan itu.
"Namaku adalah Aqualya, aku adalah roh penguasa samudra sekaligus menjadi salah satu dari tiga belas senjata kebijakan dewa, atau kalian biasa sebut dengan Tyrel. Oh ya, pedang ini bernama Exe." Aqualya tersenyum.
"Exe?! Pedang itu?" Minaki terkejut ketika mendengar perkataan Aqualya.
"Tiga belas senjata kebijakan dewa?! Pantas saja, mereka bereaksi ketika kita memasuki gua ini. Tapi, tadi dia bilang Exe kan?!" Latina ikut kaget, ia bertanya-tanya dalam hatinya.
"Mustahil! Bagaimana kita bisa sampai kesini tanpa pengujian terlebih dahulu?! Yang dia ucapkan tadi bohong kan?" Gumam Jack.
"Apa itu senjata kebijakan dewa?" Tanya Hazin dengan wajah dingin, ia tidak terkejut seperti yang lainnya.
"Eh?"
"EH..!!" Semua orang didalam ruangan itu serentak terkejut.
"Bagaimana kau bisa tidak mengetahui hal itu Hazin?!" Tanya Minaki, ia masih memasang wajah terkejut.
"Sutt.. kau diam, aku ingin mendengar penjelasannya dari orang lain yang ada disini, kau hanya akan membuatku tambah berbelit saja." Hazin menutup mulut Minaki.
"Mungkin disini ada seseorang yang bisa menjelaskannya lebih baik." Aqualya melirik Latina.
"Eh?! Kenapa kau melirikku?" Latina nampak bingung karena Aqualya memilihnya untuk menjelaskan tentang apa itu tiga belas senjata kebijakan dewa.
"Jika tidak mau, kita pergi saja dari sini." Hazin kembali membalikan badannya.
"J-jangan master..!" Aqualya kembali muncul dikaki Hazin sambil merengek dan menahannya agar tidak keluar dari sana.
"B-baiklah." Latina menyetujui permintaan Aqualya.
"Ini karena Hazin yang memintanya. Ehh..!! Kenapa aku berpikir seperti itu?!" Gumam Latina, wajahnya memerah ketika memikirkan Hazin.
"Ayo cepat, sebelum aku berubah pikiran." Hazin melangkahkan kakinya.
"S-sabar! Rasanya aneh menjelaskan hal yang seharusnya semua orang tahu."
Sentak Latina, ia menghela napas sebelum menjelaskan hal pokok tentang senjata Tyrel.
"Tiga belas senjata kebijakan dewa, seperti julukannya. Senjata yang menyandang gelar itu hanya terdapat tiga belas senjata didunia ini. Tyrel, sebenarnya itu memiliki arti berbeda dengan senjata, ya... Walaupun mendekati. Tyrel memiliki arti dewa perang, mungkin dewa menurunkan senjata Tyrel melewati sang dewa perang." Jelas Latina.
"Para dewa menamai senjata itu sebagai kebijakan dewa karena mereka menganggap tingkatan mahluk ciptaan dewa seperti kita terlalu jauh jika dibandingkan dengan para dewa. Maka dari itu, Dewa menciptakan dan menurunkan tiga belas senjata yang menguasai hal tertentu kebumi. Sebagai contoh, Exe. Pedang itu memiliki kemampuan khusus yang dapat mengendalikan samudra."
"Tidak hanya Exe, tiga belas senjata kebijakan dewa atau Tyrel, memiliki dua belas senjata lainnya yang memiliki kemampuan jauh melebihi kemampuan senjata biasa. Kau ingat Hazin? Saat pertarungan finalmu melawan Dough, aku memanggil salah satu dari senjata Tyrel yang bernama Eater Spear. Senjata itu memiliki kemampuan untuk melahap apapun yang tuannya perintahkan, yang berarti. Aku adalah seorang Agnar." Latina menatap Hazin serius.
"Agnar? Nama lelucon apa itu?" Hazin memalingkan pandangannya sambil memasang wajah meledeknya.
"Egk! Bukan aku yang membuat nama itu! Agnar adalah sebutan untuk orang yang menggunakan senjata Tyrel, didunia ini pastinya bukan hanya aku yang memiliki sebutan Agnar. Dua belas dari senjata Tyrel sudah ditemukan oleh orang yang berbeda-beda, namun. Sebelum kita sampai kesini, senjata ketiga belas masih belum ditemukan." Latina melirik pedang Exe.
"Nama dari senjata ketiga belas itu adalah Exe, kan?"
Minaki ikut bicara sambil sama-sama menatap pedang Exe, Jack hanya mendengarkan pembicaraan itu dari tadi, yang sebenarnya. Ia juga tidak terlalu mengerti apa itu senjata Tyrel.
"Senjata ketiga belas, Exe. Pedang itu memiliki kekuatan setara dengan dua senjata Tyrel. Atau, orang biasa menganggap senjata ketiga belas itu dengan sebutan, senjata tingkat bencana. Tapi, itu tergantung oleh siapa tuan dari senjata tersebut. Karena, sebelum dapat menggunakan senjata Tyrel, seseorang harus menjalin kontrak dengan sentaja itu sendiri, karena. Setiap senjata Tyrel memiliki roh yang berbeda." Latina memalingkan pandangannya dan menatap Aqualya.
"Apa-apaan itu? Senjata tingkat bencana?" Tanya Hazin dalam hatinya. Tapi, ia tidak terlalu memikirkan hal itu.
"Itu berarti, si cebol ini adalah roh dari senjata itu?" Tanya Hazin, ia menunjuk Aqualya. "Tepat sekali." Balas Latina, ia beralih dan menatap Hazin dengan wajah serius.
"Sekarang master sudah mengerti kan? Aku sengaja membimbing master agar bisa masuk kesini tanpa ada sedikitpun gangguan!" Aqualya tersenyum lebar dihadapan Hazin.
"Oi k*****t! Kau bilang tanpa sedikitpun gangguan? Lalu, apa maksud dari gua tidak berujung barusan?! Perutku sudah mulai lapar kau tahu!" Jack menyentaknya, sedangkan Aqualya hanya menjulurkan lidahnya dan meledek Jack.
"Jadi, ayo kita lakukan my master! Kita buat kontrak yang akan mengikat kita selamanya..! Dengan begitu, kita bisa mengalahkan siapapun musuhmu! Ya! Siapapun itu, ehe.. ehehe.." Aqualya terlihat mengalirkan air liurnya diakhir kalimat, ia terlihat seperti sedang memikirkan hal yang aneh.
"Jadi begitu, kekuatan dari pedang Exe memang luar biasa, aku tidak bisa membayangkan bagaimana kekuatannya. Aku... Aku memang lemah, sebagai keluarga Triton, aku tidak bisa melakukan apa-apa, apalagi sampai dibandingkan dengan ayah. Tapi, jika aku menggunakan sentaja Tyrel, ceritanya akan berbeda." Gumam Hazin, ia kembali terbayang tentang dirinya yang jauh lebih lemah dari Vondest ayahnya.
"Tunggu! Tadi Latina bilang kekuatan dari senjata Tyrel tergantung dari penggunanya, jika aku yang menggunakannya, itu sama sekali tidak akan merubah apapun, tapi.. tapi! Aku tidak punya pilihan lain!" Hazin masih bicara dan berpikir didalam hatinya, lalu. Ia melirik Aqualya dengan penuh keyakinan.
"Jadi, kapan kita mulai master?" Aqualya menjulurkan tangannya kearah Hazin.
Tanpa berpikir lagi, Hazin meraih tangan itu. Setelah menyatukan kedua tangan, Aqualya mengucapkan sedikit kalimat yang akan membuat kontraknya bersama Hazin, kalimat yang Aqualya ucapkan adalah.
"Wahai dewa agung, aku sebagai penjaga dan pembimbing seorang Agnar menyerahkan salah satu dari senjata yang engkau turunkan kebumi, dengan kebijakanmu. Aku Aqualya, roh yang melekat didalam senjata Tyrel yang bernama Exe, telah menyerahkan seluruh jiwaku pada seseorang yang bernama-.."
Seiring Aqualya melafalkan kalimat itu, muncul lingkaran yang berisi tulisan kuno diatas tubuh Hazin dan pedang Exe, pedang yang tadinya tertancap kuat dikarang itu perlahan melayang dan menghampiri Hazin, namun.
Tep.
"Jack!"
Hazin melepaskan genggaman tangan Aqualya lalu menghilang menggunakan Vanishing dan muncul disebelah Jack, lingkaran yang bertuliskan kalimat kuno diatas Hazin berpindah ketubuh Jack.
"Eh?" Jack kebingungan.
"Master!"
Aqualya dan yang lainnya terkejut dengan apa yang dilakukan Hazin.
"Maaf, tapi bukan aku yang akan menjadi mastermu." Hazin tersenyum sambil melirik Aqualya.
"Apa?" Tubuh Jack dan pedang Exe bersinar terang, seluruh gua menjadi terang akibat cahaya itu. Lalu, setelah cahaya terang itu lenyap, pedang bernama Exe tadi menghilang.
"EH..!!!" Serentak Latina, Minaki, Jack dan Aqualya terkejut.
"Hazin..!! Apa kau tahu apa yang barusan kau lakukan itu! Kenapa kau membatalkan kontraknya?!" Latina menyentak Hazin, ia menggoyang-goyangkan tubuh Hazin.
"Aku tidak membatalkan nya, ya.. namun itu separuhnya benar karena aku, membatalkan kontrak dengan Aqualya dan memindahkan kontrak itu pada Jack." Hazin menjawab dengan wajah santai.
"T-tapi apa kau tahu Hazin? Exe adalah senjata Tyrel yang berbeda dengan senjata lainnya, apa kau yakin memberikannya pada Jack?" Minaki ikut menggenggam pundak Hazin sambil memasang wajah cemas.
"Emm.. iya." Hazin ragu menjawabnya.
"Oi, Hazin."
Jack perlahan menghampiri Hazin dengan wajah suram, Latina dan Minaki melepaskan genggaman nya lalu digantikan oleh Jack yang menggenggam pundak Hazin sedikit lebih keras.
"DASAR ORANG BEGO..!! Apa yang kau lakukan? Apa yang baru saja kau lakukan dasar otak udang tukang melamun..!! Kau pikir semudah itu untuk memberikan sentaja Tyrel pada seseorang hah?! Kucabut rambutmu nanti! Dan juga, dengar!! Aku tidak peduli jika senjata itu dijaga oleh mahluk keren seperti naga. Tapi, aku tidak mau terikat selamanya dengan si cebol dari gua hantu itu..!!"
Jack berkali-kali menyentak Hazin didepan wajahnya dengan nada naik turun, ia juga menunjuk Aqualya dengan penuh rasa geli. Aqualya secara drama merangkak kearah pojokan lalu jongkok dipojok ruangan itu sambil menunduk dan memainkan jarinya kelantai gua.
"Aqualya, tenang lah.. jangan terbawa emosi.. tenang.." Minaki berusaha menenangkan Aqualya yang tampak sangat kecewa itu.
"Oi, apa yang dilakukan orang tidak jelas itu?" Tanya Jack sambil memasang wajah jengkel saat melihat Aqualya.
"Jahat, kau jahat master! Kenapa kau memberikan jiwaku pada orang biadab itu master..!! Aku tidak mau bersama si bulu babi merah.. huaa..." Aqualya melirik Hazin dan menunjuk Jack sambil menangis.
"Aku juga tidak mau bersamamu kau tahu!" Hazin sedikit menyentaknya.
"Huaa..!! Pokoknya aku tidak mau! Orang itu lebih buruk daripada orang terburuk yang pernah kutemui, huwaa...!!" Aqualya menangis lebih kencang.
"Hei ikan nemo! Siapa yang kau maksud bulu babi?! Lagipula, memangnya aku mau bersama gadis cengeng sepertimu? Aku lebih baik berteman dengan kura-kura tahu! Tapi, jika tidak ada pilihan lain." Jack menunjuk Aqualya dengan penuh rasa kesal, lalu. Ia menarik tangannya yang menunjuk tadi dan berpikir.
"Ya, tidak ada pilihan lain." Jack masih terus berpikir, Latina dan Minaki melirik Jack penasaran.
"Karena sekarang kau adalah pelayanku, dan aku adalah mastermu. Maka, kau harus melakukan apapun perintah dariku! Ya! Haha..!! Kau harus mau untuk memijatku, menemaniku dimalam hari, menyuapiku dengan anggur yang manis, lalu.. lalu.. haha..!! Kau harus melakukan semuanya!" Ucap Jack, ia tertawa sambil membayangkan hal-hal yang aneh dalam pikirannya.
"Tidak, tidak mau..!! Master.. selamatkan aku.." Aqualya melirik Jack dengan wajah jijik dan kembali melayang kekaki Hazin lalu memohon padanya.
"Hah..? Kau tidak mau? Lalu apa yang kau maksud dengan kontrak itu cebol!" Jack terus meledek Aqualya.
"Pokoknya tidak mau! My master, selamatkan aku.. tolong.. huaa..." Aqualya terus memohon Hazin untuk menjadi tuannya sambil menangis.
"Tapi, kenapa kau memaksa Hazin untuk menjadi tuanmu? Apa bedanya dengan Jack?" Tanya Latina.
"Itu karena, masterku Hazin terlihat lebih keren, tampan, dan juga. Master Hazin memiliki energi yang unik, roh mana yang tidak mau menjadikan master Hazin untuk menjadi tuan mereka? Lagi pula, sikap master itu.. sangat cool..!!" Balas Aqualya, ia memeluk Hazin dengan erat.
"Ehh.."
Latina merasa kecewa dengan jawaban Aqualya, ia terlihat cemberut.
"Hei! Memangnya aku tidak kalah keren dari si puding berry itu? Lihatlah tubuh kekar ku! Semua wanita yang ada dibumi ini akan-.." Jack membuka bajunya lalu memperlihatkan tubuh kekarnya pada Aqualya.
"Diam kau bulu babi! Jangan terlalu tinggi jika bermimpi, dan yang paling penting, jangan memanggil master Hazin dengan sebutan puding berry..!!" Aqualya menyela perkataan Jack, lalu. Dengan cepat ia melesat dan menarik rambut Jack.
"Auw-auw..!! Apa urusannya denganmu?! Itu memang julukannya!" Jack membalas Aqualya dengam cara menarik rambutnya, mereka sama-sama saling menjenggut rambut.
Disamping adu menarik rambut Jack dan Aqualya, Latina menghampiri Hazin. Minaki hanya menjadi wasit untuk pertengkaran antara Jack dan Aqualya, ia terus memperpanas suasana.
"Hazin, apa kau yakin memberikan pedang Exe kepada Jack?" Tanya Latina, ia terlihat cemas.
"Ya, tentu saja aku sudah yakin. Aku yakin karena energiku lebih kecil dari Jack, kau bilang sebelumnya kan? Bahwa kekuatan dari senjata Tyrel tergantung pada siapa penggunanya, lagipula. Aku belum pernah mendengar keluarga Triton ataupun ras Fadelta yang bertarung menggunakan senjata." Jawab Hazin, Latina hanya dapat terdiam setelah mendengar itu.
"Hei cebol! Apa kau bisa mengeluarkan kita tadi tempat ini dengan cepat? Kita memiliki tugas yang harus diselesaikan." Hazin menghampiri Aqualya yang sedang bertengkar, mereka berdua langsung berhenti ketika Hazin menghampiri.
"Tentu saja! Aku bilang aku adalah penguasa samudra kan, selama master ada didalam samudra, aku akan selalu bisa membantumu!"
Aqualya melayang keatap ruangan itu dan menempelkan tangan kanannya kedinding atap.
Seketika, karang yang membentuk ruangan itu berubah dan terbentuk sebuah lubang yang lebih besar ditempat cahaya masuk sebelumnya.
"Ayo kita keluar dari tempat ini, master!" Aqualya tersenyum lebar.