Gua gelap Tembula
Sebelumnya, Hazin dan teman-teman nya tanpa disengaja telah menemukan sebuah senjata yang bernama senjata Tyrel, senjata yang diturunkan para dewa untuk sedikit menyetarakan perbedaan kekuatan para dewa dan penduduk bumi.
Peri kecil bernama Aqualya adalah roh yang bersemanyam di dalam satu dari tiga belas senjata tersebut, ia bersemayam di sebuah pedang bernama Exe, pedang penguasa seluruh samudra.
Setelah menjadikan Jack sebagai tuan dari senjata tersebut, sekarang Jack telah menyandang gelar sebagai Agnar, pengguna senjata Tyrel.
Namun, itu bukanlah tujuan Hazin, ia datang bukan untuk mendapatkan kekuatan dari para dewa. Melainkan, untuk menemukan Death Stone di dalam tubuh Kraken.
Mereka semua keluar menggunakan lubang yang Aqualya buat sebelumnya, Latina menjelaskan tugas apa yang Hazin katakan tadi kepada Aqualya, tidak perlu menunggu waktu lama untuk keluar dari gua itu.
"Jadi master mencari si pembuat onar Kraken? Itu mudah untukku, master hanya perlu mengikutiku setelah ini. Tapi, apa master yakin ingin melawan Kraken?" Tanya Aqualya.
"Ya, tentu saja." Balas Hazin, mereka telah berhasil keluar dari gua.
"Hei cebol, berhenti memanggil Hazin dengan sebutan master. Aku jadi bingung kau sedang bicara padaku atau Hazin." Ucap Jack, ia sedikit kesal karena ia tidak dianggap sebagai Agnar pengguna senjata Tyrel oleh Aqualya.
Setelah keluar dari gua, Hazin beserta teman-temannya bergegas mengikuti Aqualya menuju tempat dimana Kraken tertidur, ternyata. Yang dikatakan Archon benar, Kraken sedang tertidur diatas gunung bawah laut bernama Deep Volcano.
"Itu dia master! Si pembuat onar, Kraken!" Ucap Aqualya, ia menunjuk Kraken yang sedang tertidur di atas sebuah bukit besar bawah laut.
"Sutt..!! Kau terlalu berisik, bisa gawat jika mahluk itu bangun." Jack sedikit berbisik.
"Baiklah, kerja bagus cebol!" Hazin mengusap kepala Aqualya dengan halus, Aqualya terlihat bahagia saat Hazin mengusapnya, ia tidak berbisik saat bicara.
"Sudah kubilang untuk tidak berisik." Jack membungkam mulut Hazin. "Bilang saja jika iri." Aqualya meledek Jack.
"Berisik kau timun laut!" Jack menyentaknya.
Grrr...
Druk
Kraken perlahan terbangun dari tidurnya, itu karena Jack tadi berbicara dengan suara yang cukup keras. Mengetahui bahwa Kraken mulai bangun, Latina dan Minaki langsung menarik Jack dan Hazin untuk bersembunyi.
"Bodoh.. kenapa kalian berisik sekali!" Ucap Latina berbisik. "Memangnya kenapa? Kita datang kesini untuk mengalahkan Kraken, kenapa kita bersembunyi?" Tanya Hazin, ia berniat untuk keluar dari balik batu tempat mereka bersembunyi.
"T-tapi kita sama sekali belum memiliki rencana untuk melawannya, kau harus ingat. Death Stone itu berada dimulutnya." Latina kembali menarik Hazin, ia terlihat gugup saat melakukannya, wajahnya memerah.
"Hei! Kenapa wajahmu merah merona?" Hazin menunjuk wajah Latina. "Ehh..! Apa?!" Latina bingung dan meraba wajahnya sendiri.
"Kesempatan!"
Hazin yang terlepas dari pegangan Latina langsung keluar dari balik batu dan langsung melayang lalu berhenti dihadapan Kraken. Kraken yang tadi hampir tertidur kembali langsung bergerak dan menepatkan wajah raksasanya didepan Hazin, matanya menatap tajam.
Tubuh raksasa milik Kraken mulai bergerak. Terdapat empat buah tulang raksasa dikepala Kraken yang menyerupai sebuah tanduk yang melengkung, tidak hanya dua. Enam buah mata yang dimilikinya terus menatap Hazin dengan tajam, beberapa tentakel raksasa membuat tubuh Kraken lebih besar lagi.
Tentakel itu membuat tubuh utama Kraken sedikit terangkat, batu besar yang digunakan tentakel milik Kraken hancur tidak dapat menahan kekuatan genggaman tentakelnya, wajahnya tidak lagi sejajar dengan Hazin, setelah terangkat. Mulut yang sangat besar menunjukan taring raksasanya dihadapan Hazin.
"Oh sial, ini lebih besar dari dugaan ku." Gumam Hazin, cemberut setelah melihat Kraken yang begitu besar.
"Hazin..!!" Teriak Latina dari batu dibelakangnya tadi.
Ngeng... Ngiung...
Suara aneh yang menyerupai suara dari ikan paus itu terdengar seiring tubuh Kraken bergerak.
"Heh... Apa dia berusaha bicara padaku? Mungkin dia tidak-.."
GROAARR...!!!
Mulut Kraken dibuka lebar, ia menggeram dan meraung dihadapan Hazin. Suara itu membuat arus disekitar Hazin mengalir dengan kuat, suara raungan tadi terdengar sampai kerajaan Blue Heart. Hazin yang berada paling dekat dengan mulut Kraken terkejut karena raungan Kraken yang sangat keras dan menyeramkan.
"Seburuk itu." Hazin lanjut bergumam dalam hatinya, setelah terkejut. Ia kembali cemberut setelah Kraken berhenti meraung.
Kerajaan bawah laut, Blue Heart Kingdom
"Pasti dia sudah terbangun, raungan tadi pasti berasal darinya." Archon bergumam sambil menatap kearah datangnya suara Kraken.
Wush...
Sebagian prajurit kerajaan Blue Heart menghampiri Archon yang sedang berdiri dididepan pintu masuk kastel Blue Heart.
"Yang mulia Archon, suara tadi. Suara itu berasal dari sang Kraken kan? Kita harus segera kesana dan membunuhnya." Komandan dari prajurit itu menghampiri Archon.
"Tidak perlu repot, kita harus mempercayakannya pada mereka." Archon berbalik dan tersenyum. "Baik!" Balas seluruh komandan prajurit.
Gunung bawah laut, Deep Volcano.
"Hazin! Berbahaya jika kau terus diam disitu, cepat menyingkir!" Ucap Minaki, Latina dan Jack tidak lagi bersembunyi dibalik batu.
"Kenapa kalian begitu-.."
Duak!!
Saat Hazin berbalik dan berbicara pada Minaki, tentakel milik Kraken dengan cepat menghantam Hazin dan membuatnya terhempas kedasar laut.
"Hazin!" Latina langsung menyusul kedasar laut.
"Sial, bagaimana cara kita mengalahkan monster gila itu?" Jack terlihat gugup saat mengetahui ukuran tubuh Kraken lebih besar dari dugaannya.
"Tenang saja, kalian memiliki roh penguasa samudra disini, kenapa harus takut kepada monster pembuat onar itu?" Aqualya tersenyum, ia begitu percaya diri bahwa ia bisa menangani Kraken.
"Mungkin itu benar Jack, selama kau berada didekat air, kau akan mendapatkan kekuatan dari pedang Exe." Minaki melirik Jack.
"Yah.. baiklah, kita buktikan bahwa si cebol ini berguna." Jack bersiap-siap untuk menyerang Kraken.
"Tapi, bagaimana caranya untuk mengeluarkan pedang Exa? Exi? Ex..." Jack kebingungan, ia masih belum bisa mengeluarkan pedang Exe dari dalam tubuhnya.
"Inilah sebabnya aku tidak ingin orang ini menjadi masterku, kau hanya perlu menyebutkan nama pedang itu dan memberi perintah, keluar! Mudah kan? Lagi pula, kenapa kau bisa melupakan nama pedangku! Exe! Nama pedang itu Exe!" Aqualya menghampiri Jack lalu memarahinya.
"Cerewet sekali, kau bisa perlahan menjelaskannya." Jack menutup kupingnya.
"Kalau begitu, cepat lakukan!" Aqualya terus membentak Jack.
"Oke! Keluarlah, Exe!"
Jack menjulurkan tangannya kedepan, cahaya kuning keluar seiring secara perlahan pedang Exe muncul.
"Wuaha! Keren sekali!" Jack berbinar-binar ketika melihat pedang Exe muncul, ia langsung menggenggam pedang itu.
"Baiklah, aku Jack memerintahkan kau untuk memberiku kekuatan dan mengalahkan monster bodoh itu!" Setelah Jack memberi perintah, Aqualya yang merupakan roh langsung masuk kedalam pedang Exe dan kembali bersinar untuk sesaat.
"Aku datang!"
Jack langsung maju kearah kepala Kraken dengan membawa pedang Exe dilengan kanannya, namun. Secara mendadak salah satu tentakel raksasa milik Kraken bergerak kearah Jack dengan cepat.
"Apa?!" Jack terdiam dan melirik kearah datangnya tentakel itu.
Dang!!
Minaki menggunakan teknik pelindung yang terbuat dari energi kegelapan miliknya. "Cepat bergerak! Aku tidak bisa menahanya terlalu lama!" Ucap Minaki, ia kesusahan untuk menahan kekuatan tentakel Kraken.
"Thank you!"
Jack langsung kembali bergerak dan mendekati tubuh utama Kraken.
"Sial, bagaimana caraku membelah tubuh sebesar ini? Seharusnya dia memiliki titik lemah disuatu bagian. Dimana? Dimana tempat itu?" Gumam Jack, ia terus mendekati Kraken sambil menghindari serangan tentakel Kraken.
"Ah..! Tidak ada waktu untuk berpikir! Sekarang adalah waktunya untuk menyerang!" Jack berhenti walaupun ia belum mendekati tubuh utama Kraken, ia menyandarkan pedang Exe dipundaknya dan menjulurkan tangan kanannya kedepan.
"Rasakan ini biadab!"
Wush..
BLDARR!!
Jack menggunakan segumpalan api untuk menyerang tubuh Kraken dari jauh, namun. Tubuh Kraken sama sekali tidak terlihat terluka setelah menerima serangannya tadi.
"Cih! Ternyata percuma, tubuhnya tidak menunjukan luka sedikitpun. Kalau begitu aku akan-.."
"Awas!" Minaki teriak dari kejauhan.
Duakk!!
Tentakel Kraken dengan cepat bergerak kearah Jack lalu menghempaskannya dengan keras, Jack tidak sempat menghindar karena ia sedang asyik berpikir tentang kelemahan Kraken.
"Dasar bodoh! Kenapa dia banyak melamun?! Aku tidak memiliki kemampuan menyerang selain dari jarum bayanganku. Tapi, aku tidak yakin jarumku bisa menembus kulit Kraken, serangan Jack tadi saja tidak berpengaruh padanya. Apa yang seharusnya kulakukan?" Gumam Minaki, ia terus menatap Kraken dari kejauhan.
"Hazin! Kau baik-baik saja?!" Latina sampai ditempat Hazin terhempas, ia terlihat kesakitan akibat bertabrakan dengan karang yang keras.
"Ya.. aku baik-baik saja. Tidak hanya bertubuh besar, ternyata. Mahluk itu bisa bergerak cepat dengan tubuh besarnya." Hazin kembali bangun.
"Kenapa kau membuatnya bangun?! Kita bisa masuk kedalam mulut Kraken tanpa membangunkannya kan?" Latina mambantu Hazin untuk berdiri.
"Hah..? Apa salahku dengan itu? Kita mau tidak mau membangunkannya kan? Mustahil untuk seseorang masuk kedalam mulut itu tanpa membangunkannya. Lagipula, kita memiliki pedang Exe kan? Roh bernama Aqualya itu menguasai samudra, setidaknya. Kau mengatakan hal itu." Hazin melirik Latina.
"Tidak seperti itu maksudku!" Latina membatah ucapan Hazin.
Tanpa disadari Latina, wajah besar Kraken berada tepat dibelakannya.
"Hei puteri tidak berguna, kau sebaiknya tidak menengok kebelakangmu, tetap berdiri seperti itu." Hazin perlahan menjulurkan tangannya dan mengarah kebelakang Latina.
"Memangnya-.." Latina berniat untuk berbalik badan.
"Naguru!"
Blarr!!
Hazin menyerang Kraken dengan jurus andalannya.
GRUOARR!!!
Kraken bergerak aneh karena merasa sakit akibat serangan Hazin. "Ini kesempatan kita!" Hazin menggenggam tangan Latina dan menariknya menjauhi Kraken dengan cepat.
"Hey! Ka-kau berniat membunuhku ya?!" Tanya Latina, ia masih terlihat kaget.
"Huff.. ternyata Naguru tidak memberikan sedikitpun luka, pantas saja. Tentakelnya saja sudah sekeras batu, pasti tubuhnya lebih kuat dari pada itu." Hazin berhenti setelah menjauh dan melihat Kraken.
"Ehh..?!" Latina menatap tangannya yang digenggam Hazin. "Le-lepaskan tanganmu!" Latina menarik nangannya.
"Bisakah kau bersikap normal? Kita saat ini sedang dihadapkan dengan masalah buruk kau tahu, cari cara untuk menyelesaikan masalah itu putri tidak berguna." Ucap Hazin, ia masih melihat kearah Kraken.
"Berhenti menyebutku putri tidak berguna!" Sentak Latina.
"Tidak bisa."
"Lihat saja, aku yang akan membuat tunduk monster itu, kau tidak usah menggangguku. Untuk pertama kalinya, keluarlah! Kusanagi!" Latina mengeluarkan satu pedang berwarna hitam dengan batu biru yang menyala diatas tempat Latina menggenggamnya.
"Aku tidak akan bermain lagi! Masamune!"
Latina mengeluarkan satu lagi senjata, kali ini senjata itu berupa sebuah Katana yang cukup panjang, katana itu sama-sama berwarna hitam, terdapat tali yang diujungnya terikat sebuah benda yang terlihat seperti sisik. Tali itu terpasang diujung bawah tempat Latina menggenggamnya.
Ketika Latina mengeluarkan kedua senjata itu, keluar energi besar yang berpusat dikedua sentaja tadi, energi itu berwarna merah dan meluap untuk sesaat.
"Baiklah, aku masih belum terlalu mengetahui kemampuan kalian, tapi. Inilah saatnya kalian memberitahunya padaku!" Latina mengarahkan kedua senjatanya kearah Kraken.
"Oi, pasti itu senjata ti-tiruan... Tikus.." Hazin ingin menebak, namun ia tidak mengingat nama dari tiga belas senjata kebijakan dewa.
"Tyrel! Senjata ini adalah bagian dari Tyrel! Sudah kubilang kan, kau diam saja disini dan perhatikan cara ahli tarung sepertiku melawan Kraken itu!" Latina langsung melesat kearah Kraken sambil membawa dua senjata Tyrel.
"Latina?! Yang dibawanya itu, bukankah itu adalah Kusanagi dan Masamune?! Bagaimana kedua senjata itu ada ditangannya?!" Minaki melihat kearah Latina yang sedang melesat dengan cepat itu.
"Kemari kau Kraken!!" Latina sedikit berteriak karena semangat.
Namun, ketika Latina dengan gagahnya mengayunkan pedang yang ia genggam ditangan kanannya, salah satu tentakel Kraken bergerak dengan cepat kearah Latina dari arah kanannya.
"Eh?" Latina berhenti dan melirik kearah datangnya tentakel itu.
Duak!
Latina langsung terhempas cukup Jauh.
"Sudah kuduga ia akan seperti itu." Minaki cemberut kecewa setelah melihat Latina terhempas.
"Tidak! Ma-masih belum, aku masih belum menyerah!" Latina kembali bangkit setelah menabrak karang dan langsung melesat kembali kearah Kraken. Kali ini ia berhasil menghindari serangan dari tentakel Kraken, saat ia sampai didepan wajah Kraken. Ia langsung mengayunkan pedangnya dan.
Trang!!
"Ehh? Kenapa kau tidak bisa menembus kulit ini?" Latina kaget karena pedang Kusanagi miliknya tidak merobek kulit tebal Kraken, ia berkali-kali mengedipkan matanya karena terkejut.
ROARR!!!
Kraken menggerakan tentakelnya dengan tujuan menyerang Latina, namun. Latina mengetahui gerakan itu dan langsung bergerak menghindarinya.
"Ada apa denganmu? Kenapa kau terasa begitu tumpul?" Tanya Latina pada pedang Kusanagi miliknya sambil menghindar.
"Sial, ini pasti karena aku tidak pernah menggunakannya. Sekarang, giliranmu!" Latina mengayunkan senjata Masamune kearah tentakel Kraken yang datang dari arah kanan.
Cratt!
Pedang Latina berhasil membelah tentakel besar milik Kraken. "Yeay! Aku berhasil memutuskan tentakel jelek milik-.."
Saat Latina diam dan merasa bangga, tentakel Kraken yang lainnya bergerak dengan cepat kearahnya.
"Bodoh!"
Duakk!!
Datang sebuah arus kuat yang menahan gerakan tentakel Kraken. "Kenapa kau merasa senang disaat seperti ini?!"
Sentak Jack, pedang Exe yang dibawanya terlihat seperti menyatu dengan lengannya, pedang yang tadinya berwarna emas seluruhnya, berubah dan terdapat corak merah. Ternyata arus kuat yang menolong Latina tadi berasal dari Jack.
"Eh..? Jack? Apa yang terjadi dengan lenganmu?" Tanya Latina, ia melihat tangan Jack yang terlihat seperti mengeluarkan aliran yang terhubung dengan pedangnya.
"Jack? Dia berhasil melakukannya!" Minaki terlihat senang dengan kehadiran Jack.
"Tidak usah bertanya! Cepat menyingkir dari sana!"
Ucap Jack, arus kuat yang diciptakannya tadi perlahan menghilang, Latina langsung bergerak menjauhi Kraken.
"Kita harus segera mendekatinya! Pedangku bisa menembus kulit Kraken! Kau melihatnya kan? Bahkan pedang yang dikatakan lebih kuat itu hanya mampu menahannya saja, hah! Apanya yang terkuat." Latina kembali bersiap-siap untuk menyerang.
"Enak saja! Kita lihat siapa yang berhasil mengalahkan monster bau itu!" Jack ikut memasang gaya berpedangnya.
"DAI DAGEKI!!"
BLDARR..!!!
Hazin menyerang Kraken dengan aliran energinya, serangan Hazin tadi cukup besar sampai membuat Kraken terdorong dan jatuh.
"Oi..!! Apa yang kau lakukan puding berry?! Kau sudah mengganggu saat-saat kerenku!" Jack justru menyentak Hazin karena ia telah menyerang Kraken tiba-tiba.
"Eh..? Kenapa kau marah? Seharusnya kau berterima kasih padaku, lihat. Atasmu." Hazin menunjuk kearah atas Jack, ternyata salah satu tentakel Kraken tanpa diketahui Jack telah mengarah padanya.
"Em... Biarkan saja! Selanjutnya, jangan ganggu aku." Jack melihat keatasnya lalu ia kembali melesat kearah Kraken.
"Tidak bisa kubiarkan." Hazin mengikutinya. "Diam ditempatmu dasar b**o!" Sentak Jack, ia melihat kearah Hazin yang berada dikanannya.
"Siapa cepat, dia dapat! Dadah.." Latina melesat dan menyusul Jack serta Hazin.
JDASH!!
"Jangan terlalu ceroboh bingfoot!" Minaki menggunakan energi kegelapannya dan melindungi Latina dari serangan tentakel Kraken.
"Woa.. ternyata kau diam disana marmut pengecut! Haha..!!" Latina menunjuk kearah Minaki yang berada cukup jauh itu sambil meledeknya, setelah itu. Latina kembali melesat kearah Kraken.
Duakk!!
Jack menggunakan arus kuat yang ia ciptakan menggunakan pedangnya untuk menahan Kraken agar tetap berbaring didasar laut.
"Mari kita coba! Apakah pedang ini tajam atau tidak!!" Jack menyusul Latina sambil mengayunkan pedangnya diatas kepalanya.
"Uhuak!!"
Jack terkena salah satu tentakel Kraken, ia terhempas kembali. Latina masih terus mendekati tubuh utama Kraken, namun. Ia disibukkan dengan tentakel yang cukup banyak disekitarnya.
"Mengganggu saja!" Latina mengayunkan pedang dilengan kanannya, namun. Ia lupa bahwa pedang itu tidak dapat menembus kulit Kraken.
"Ah tidak."
Latina pasrah karena tau ia tidak bisa menghindari tentakel yang lainnya, ia pun ikut terhempas, namun. Berkat kekuatan ototnya yang sangat luar biasa untuk ukuran seorang gadis remaja, ia berhasil menahan tubuhnya agar tidak terhempas terlalu jauh.
"Sekarang giliranku! Seluruh tentakelnya sedang sibuk, aku pasti bisa mendekati mu-... Lut-... Nya."
Ketika Hazin melesat dan mendekati mulut Kraken, ia terkejut karena mulut Kraken terbuka mandadak, Hazin yang sedang melesat dengan cepat itu tidak bisa menahan tubuhnya agar berhenti, ia pun langsung masuk kedalam mulut sang raja monster laut, Kraken.
"Kenapa tentakel-tentakel ini terasa tidak ada habisnya?!" Gumam Latina, ia terus menebas satu persatu tentakel Kraken setelah kembali dari jarak yang tidak terlalu jauh, ia terus berusaha untuk mendekati tubuh utama Kraken.
"Em.. teman-teman, bisakah kalian diam sebentar?" Tanya Hazin dengan wajah dinginnya, ia terlihat sedang berada diujung mulut Kraken yang penuh dengan taring besar itu, Hazin hanya telihat pasrah saat Kraken berusaha melahapnya perlahan.
"Hazin..!!"
Minaki dengan cepat menghampiri mulut Kraken, namun. Ditengah perjalanan, ia dihadapkan dengan beberapa tentakel raksasa Kraken.
"Hazin?! Bagaimana kau bisa berada disana?!" Tanya Latina, ia diam sejenak karena kaget Hazin bisa berada didalam mulut Kraken dengan santainya.
"Jangan bertanya! Hentikan dulu tebas-menebasmu itu. Lalu... Tunggu, tubuhku mulai terteulan ouleh-.." Hazin sudah mulai tertelan seluruhnya, hanya rambutnya saja yang tersisa.
"Hazin..!!"
Dengan kecepatan tinggi, Latina melesat kearah mulut Kraken. Ia berhasil menggapai Hazin, namun. Itu hanya rambutnya saja.
"Bertahanlah! Aku akan se-.. gera-.. me-.. ngeluarkanmu!!" Dengan penuh kekuatan, Latina menarik rambut Hazin, kepala Hazin berhasil keluar.
"Auw..!! Aw-AW..!! Sudah hentikan puteri bodoh! Rambutku sakit!" Hazin kesakitan, ia menyentak Latina dengan wajah dinginnya.
"Bo-bodoh?! Kau yang bodoh! Aku sedang berusaha mengeluarkanmu dari sana!" Latina terus menarik Hazin, kali ini ia menggenggam kepala Hazin.
"Aw-aw! Hentikan! Biarkan aku masuk kedalam mulutnya!" Ucap Hazin.
"Mana mungkin aku bisa membiarkan itu terjadi! Lagipula, kenapa kau terdengar menginnginkan berada didalam mulut bau ini?!" Tanya Latina, ia masih terus saja menarik Hazin.
"Itu karena didalam sini... Hangat." Balas Hazin dengan wajah dingin menyebalkannya.
"Eh? b**o!!"
Latina terkejut untuk beberapa saat, lalu. Ia tidak sengaja melepaskan ngenggamannya, Hazin langsung tersedot dan masuk kedalam mulut Kraken, setelah mengetahui ia membiarkan Hazin terlahap, Latina langsung bergerak dan menjauh dari mulut Kraken.
"Si bodoh itu..!! Kenapa dia mengatakan hal tidak masuk diakal?!" Setelah menjauh dari mulut sang Kraken, Latina kembali dihadapkan dengan tentakel Karaken.
"Oi! Dimana si puding berry?!" Tanya Jack. Ia menghampiri Latina yang sedang sibuk menebas, ia juga datang bersama Minaki.
"Ia berada didalam sana!" Latina menunjuk mulut Kraken.
"EH...!!"
Serentak Jack dan Minaki terkejut.