Crush My Opponent, Kusanagi!

2284 Words
Gunung bawah laut, Deep Volcano Pertarungan Hazin dan teman-teman nya melawan mahluk buas raksasa bernama Kraken belum berakhir. Namun, hanya Hazin yang tidak terlihat. Itu karena, saat ia berusaha mendekati mulut sang Kraken, ia justru masuk dan termakan oleh mahluk buas lawan nya. Hanya Latina, Minaki dan juga Jack yang terlihat di sisi Kraken tersebut. "Dasar pangeran tidak berguna! Aku akan segera membuka mulut mahluk ini!" Jack berencana mendekati wajah Kraken kembali, namun sebelum ia bergerak jauh. "Hei bawang! Biarkan aku di dalam." Terdengar suara Hazin dikuping Jack, ia menggunakan teknik Telephaty. "Hah?! Jangan mabuk kau!" Balas Jack. "Dengar! Aku akan segera mencari Death Stone didalam sini, kita kemari untuk mendapatkan batu itu kan? Jadi, biarkan aku mencarinya sendiri disini, aku akan segera keluar setelah aku mendapatkan batu itu. Kau dan yang lainnya tetap saja diam diluar sana, cobalah untuk tidak mati bawang." Suara Hazin menghilang. "Jadi begitu, memang itu rencana yang bagus. Tapi, itu cukup gila kau tahu! Dasar puding berry." Gumam Jack, ia kembali ketempat dimana Latina dan Minaki sibuk menghadapi tentakel Kraken. "Hei! Dimana Hazin?" Tanya Latina setelah melihat Jack datang tidak bersama Hazin. "Dia masih di dalam!" Balas Jack. "Kalian tidak usah usah khawatir! Dia... Dia memiliki rencana." Jack terengah-engah lalu tersenyum. Hazin berdiri di dalam mulut Kraken, ia melihat kesekelilingnya. Walau hanya dibagian rongga mulutnya saja, Hazin merasa sangat leluasa untuk bergerak. Bagian lidah Kraken yang Hazin pijak itu seluas kapal yang Hazin gunakan sebelumnya, terdapat puing-puing bekas kapal berserakan. "Sial, bagaimana caraku menemukan Death Stone nya? Aku sama sekali tidak merasakan apapun dari batu itu, yang dikatakan ayah tentang merasakan keberadaannya tidak semudah yang kukira." Ucap Hazin, ia melihat ke telapak tangannya yang ia buka. "Archon bilang, batu itu termakan, apa mungkin? Batu itu sudah tertelan kedalam perutnya, jika benar. Aku akan kerepotan." Hazin melihat kearah tenggorokan Kraken yang besar dan gelap di depannya, tenggorokan itu lebih mirip kebentuk sebuah gua. "Tapi, aku harus mendapatkannya." Gumam Hazin, ia berjalan menuju tenggorokan Kraken secara perlahan. Suara geraman Kraken terkadang keluar dari arah Hazin berjalan, tempat ia berpijak juga sering bergetar karena Latina dan yang lainnya terus menyerang Kraken. "Ah... Dalam sekali." Hazin berhenti diujung sebuah jurang yang gelap, jurang itu tidak lain dari sebuah tenggorokan. "Aku harus masuk." Tanpa berpikir panjang, Hazin langsung melompat dan turun kedalam tenggorokan Kraken yang gelap itu. Namun, ditengah perjalanannya. "Hazin.." Suara Varka terdengar memanggilnya. "Apa maumu?" Tanya Hazin, ia tidak lagi berbicara pada Varka dalam hati. "Haha! Kenapa kau terlihat kesulitan hanya untuk mencari batu konyol itu? Kau bahkan sampai berencana memasuki mahluk busuk ini, memalukan!" Balas Varka. "Jika kau berniat untuk membantuku, kenapa kau harus berbicara omong kosong?" Hazin masih terus terjun didalam kegelapan total. "Ya-ya, aku memang berniat membantumu, kau tahu? Mahluk bau ini tidak mungkin bisa menelan batu itu, apa kau tahu apa itu artinya?" Tanya Varka. "Langsung keintinya saja serigala bodoh!" Hazin sedikit kesal dengan ucapan Varka yang berbelit-belit. "Berhenti memanggilku seperti itu! Dasar, batu itu berada didalam organ vital mahluk ini, memang benar ia mencoba menelannya, namun. Batu itu menolak dan bergerak kearah lain, sebentar lagi kau akan menemukan jalan itu." Jelas Varka. "Organ vital?! Baiklah, aku mengerti." Hazin sedikit kaget dengan apa yang Varka jelaskan. Kemudian, ia bayang-bayang melihat sedikit cahaya merah yang keluar dari sisi tenggorokan Kraken dibawahnya. Hazin terbang kearah cahaya itu, ternyata cahaya merah yang terlihat tadi itu berasal dari sebuah lorong lain dari tenggorokan Kraken, walau tidak sebesar tenggorokannya, lorong baru itu masih cukup besar untuk Hazin berdiri. "Hah... Kenapa dia memiliki tenggorokan lain?" Tanya Hazin bingung. "Ini bukan tenggorokannya, ini adalah jalan menuju organ vital yang aku jelaskan tadi. Batu itu jatuh ketenggorokan sebelumnya dan langsung berbelok sambil terus membuat lubang baru, kau hanya perlu berjalan mengikuti jalan ini Hazin." Ucap Varka dikuping Hazin. Hazin terus mendengarkan dan mengikuti arahan dari Varka, sampai. Ia menemukan sebuah benda merah besar yang berdenyut, itu adalah jantung dari raja monster laut Kraken. "Besar sekali, jadi ini jantung Kraken?" Hazin diam sesaat untuk melihat kearah Jantung milik Kraken. "Jadi, dimana batu itu Varka?" Tanya Hazin, ia berjalan mendekati jantung raksasa itu. "Didalam sana, didalam jantung itu." Balas Varka. Hazin sedikit tersenyum, "He... Mudah sekali." Hazin telah sampai ditempat Jantung Kraken berada. Namun, Latina, Minaki dan Jack masih terus bertarung melawan Kraken dari luar tubuhnya. "Sial..! Kenapa ini tidak ada habis habisnya?!" Jack mulai terlihat kelelahan, ia terus menangkis tentakel besar Kraken. "Mau sampai kau beruban juga, tentakel ini tidak akan habis! lihatlah, dia terus menumbuhkan tentakelnya." Balas Minaki, ia menunjuk kearah tentakel Kraken yang sedang ber-regenerasi. "Ahk..!! Aku sudah muak dengan semua ini!" Sentak Latina, tadi ia terus menebas tentakel Kraken, namun saat mendengar Minaki tadi ia berhenti. "Lihat saja kau monster tidak tahu diri! Aku akan segera mengirimmu ketempat Hidrus sekarang! Itu salahmu karena telah berurusan denganku." Latina menghilangkan pedang Masamune dan menggenggam pedang Kusanagi dengan kedua tanggannya. "Oi! Apa yang coba kau lakukan?!" Jack menoleh kearah Latina. "Hehe... Hahaha..!! Aku akan segera menghancurkan tubuh besar Kraken dengan keahlian dari pedang Tyrel milikku!" Latina tertawa jahat, keluar petir-petir hitam diujung pedangnya. "Hancurkan lawan didepanku! KUSANAGI..!!!" Petir tadi membesar, "Bodoh! Hazin ada didalam!" Minaki berusaha menghampiri Latina untuk menghentikannya. Namun, ia tidak memiliki kesempatan karena cahaya tadi sudah membesar dan tidak terbendung lagi. "Eh?!" Latina melirik Minaki kaget, ia lupa bahwa Hazin ada didalam mulut Kraken. Nging... BLARR..!!! Serangan Latina tidak bisa dihentikan, petir hitam yang besar melesat dan menghantam Kraken, seluruh tentakel yang berusaha menahan serangan itu hancur tidak tersisa, namun untungnya. Setelah asap menghilang sedikit demi sedikit, serangan yang tadinya diarahkan kearah tubuh utama Kraken meleset, hanya dua dari empat tanduk Kraken saja yang hancur. "Huff.. untung saja aku ingat." Latina menghela napas lega. "Apanya yang ingat?!" Sentak Minaki. "Ternyata senjata Tyrel bisa melakukan hal itu? Tapi, bagaimana caranya?" Gumam Jack, ia melihat dampak dari serangan tadi dan kembali menatap pedangnya yang bernama Exe. "Nanti juga kau pasti bisa melakukannya." Suara Aqualya terdengar dari pedang Exe. "Ehh?! Kau! Cepat lakukan sesuatu yang keren!" Sentak Jack pada pedangnya sendiri. "Hihi." Aqualya hanya sedikit tertawa. "Apa yang dilakukan olehnya?" Tanya Minaki, ia cemberut saat melihat Jack membentak pedang Exe. Latina sedikit membalas pertanyaan Minaki, "Berbicara." Derr... Hazin yang berada dekat jantung Kraken terguncang, jantung milik Kraken berdetak lebih cepat dari sebelumnya. "Dasar orang bodoh, mereka pasti melakukan hal yang tidak berguna." Gumam Hazin, ia kembali menyeimbangkan badannya. "Yahh... Tapi itu bukan masalah, karena." Hazin mengepalkan kedua tangannya. Jdash!! Energi Hazin seketika meluap kencang, ia mengumpulkan energinya untuk berubah menjadi Ikari Yasei, aura energi yang berwarna biru. Matanya berubah menjadi warna yang sama dengan aura yang keluar dari tubuhnya tadi, biru membara. Hazin menjadi Ikari Yasei dalam bentuk pertama. "Ayo kita coba seberapa hebat wujud ini!" Hazin mengarahkan kedua tangannya kearah jantung Kraken. "Dai... Dageki...!!!" Dengan sepenuh tenaga Hazin mengeluarkan aliran energi terkuatnya, Dai Dageki. Latina yang hendak menghampiri tubuh utama Kraken berhenti karena tubuh Kraken bergetar aneh. "Apa yang-.." ZEARSH!!! Seketika keluar aliran energi yang cukup besar dari tubuh utama Kraken, aliran energi itu membesar dan memanjang kearah permukaan laut. Pusaran air yang kuat terbentuk akibat aliran energi itu. Latina, Minaki dan Jack hampir terbawa oleh pusaran air kuat tadi. Nging.. CRATT!!! Tubuh Kraken yang sangat besar seketika hancur setelah aliran energi tadi menghilang, tubuhnya meledak, daging dan darahnya berceceran. Laut yang tadinya sedikit bersih berubah menjadi merah. "Terjadi." Latina melanjutkan ucapannya, ia terlihat terkejut. Seiring menghilangnya darah Kraken, terlihat seseorang muncul dari kumpulan darah tadi, orang itu adalah... Hazin. "Aku harus segera mandi." Hazin cemberut. Latina bergegas menghampiri Hazin yang tengah diam melayang, "H-hei! Apa yang barusan kau lakukan di dalam?!" Tanya Latina. "Sudah jelas kan? Aku menghancurkan Kraken dengan tanganku." Balasnya, ia tidak lagi berada dalam wujud Ikari Yasei. "Ta-ta.. tapi-.." "Sutt.. kau tidak usah bertanya bagaimana caraya, yang penting sekarang. Kita sudah mendapatkan Death Stone pertama." Hazin menutup mulut Latina lalu merogoh sakunya, Hazin langsung mengeluarkan batu merah menyala dengan corak aneh di tengahnya. "Itu!" Latina kaget saat pertama kali melihat batu Death Stone dengan matanya sendiri. "Hazin..! Apa kau-.." Minaki dan Jack ikut menghampiri Hazin, Minaki kaget ketika melihat Hazin sudah mendapatkan Death Stone. "Huaa!! Itu dia! Kau berhasil Hazin ku!!" Minaki langsung berusaha memeluk Hazin. "Tidak..! Master Hazin hanya milikku seorang!" Aqualya muncul setelah pedang Exe yang di genggam Jack menghilang, ia juga langsung berusaha memeluk Hazin. "Sana pergi ikan bau! Kubunuh kalian berdua." Hazin mendorong Minaki dan Aqualya menjauh darinya. "Hahaha..! Ternyata kau dapat melakukannya puding berry! Aku tidak menyangka kau akan benar-benar melakukannya! Selamat ya! Selamat!" Jack mendekati Hazin lalu menepuk punggung Hazin cukup keras. Aqualya dan Minaki masih terus berusaha memeluk Hazin. Sedangkan, Latina hanya menatap mereka. "Lalu, sekarang apa yang sebaiknya kita lakukan Hazin?" Tanya Latina. "Pertama, kita harus kembali ke kerajaan Blue Heart. Setelah itu, kita akan menentukan kemana kita akan pergi selanjutnya. Aku akan menghubungi ayah setelah kita sampai dan menemui Archon." Balas Hazin sambil menahan kepala Aqualya dan Minaki. "Ya, tentu saja." Latina sedikit tersenyum. "Ehh... Kenapa kau tersenyum? Tidak biasanya kau seperti itu, apa... Apa kau sedang terpukau dengan apa yang telah Hazin lakukan hari ini..? Ataukah mungkin.. kau memiliki perasaan yang lebih dari itu, Latina." Minaki melirik Latina sambil menahan tawa dengan cara menutup sedikit mulutnya sendiri. "A-apa kau bilang?! Memangnya aku sama sepertimu! T-ten-tentu saja aku hanya sedang berpikir apa yang akan kita... Kita lakukan dengan daging Kraken, ya! Ini!" Wajah Latina memerah, ia menengok-nengok lalu mengambil bongkahan daging Kraken. "Ahh... Jelas-jelas kau sedang seperti-.." Minaki terus meledeknya. "Diam kau marmut busuk!" Sentak Latina, ia langsung melepar daging yang ia pedang kewajah Minaki. "Ahaha..!!! Begitukah cara perempuan bertarung?! Huahaha..!!" Jack tertawa terbahak-bahak saat melihat Latina melempar Minaki tadi. Tidak lama pun, ia ikut dilempar oleh Latina yang sedang kesal. Mereka terlihat senang setelah berhasil mengalahkan sang raja monster laut Kraken. Setelah Hazin mendapatkan Death Stone pertama, mereka berempat terlihat gembira dan menikmati kemenangan itu, ya. Tidak berempat, berlima dengan kawan baru mereka yaitu roh penjaga senjata Exe. Setelah puas, mereka segera kembali ke kerajaan Blue Heart menggunakan Teleport. "Seseorang, tolonglah aku. Tolong cuci pakaianku dan tubuhku yang sudah ternodai ini." Minaki cemberut, seluruh badan dan pakaiannya kotor akibat dari darah Kraken dan dagingnya yang dilempar oleh Latina, Jack juga terlihat sama-sama cemberut. "Aku juga tidak membawa pakaian ganti tahu! Cerewet sekali." Latina bergegas masuk kedalam Kastel, ia membuka pintu besarnya. "Selamat atas keberhasilannya!" Archon bersama pengurus kastel menyambut mereka di dalam. "Aku sungguh tidak percaya kalian bisa mengalahkan Kraken dengan mudah, kalian... Kalian memang luar biasa-.." "Diam dan tunjukan dimana kamar mandinya! Aku sudah tidak tahan dengan bau busuk ini." Latina menyela perkataan Archon, mereka berempat penuh dengan darah, aroma busuk tercium oleh Archon, tubuh mereka di kelilingi oleh asap hijau. "Egk! Bau sekali! Kenapa kalian bisa sampai-.." "Diam dan cepat katakan dimana! Kau tidak perlu bertanya kenapa kita bisa sampai seperti ini kan?! Aku sudah tidak tahan lagi..!! Kau tua bangka! Apa kau mau mengalami kebusukan seperti kami hah?! Cepat katakan dimana kamar mandinya!!" Jack menyela dan menyentak, ia sedikit menghampiri Archon. "Em.. bukankah kalian sedang berada di dalam air?" Archon menunjuk Jack sambil memsang wajah cemberut. "Eh?" Jack dan yang lainnya kaget, mereka baru menyadari hal itu. Mereka membersihkan tubuh mereka dengan bantuan dari para pengurus kastel, para pengurus kastel itu menggunakan semacam teknik pengendalian air yang mengocok tubuh mereka. Setelah mereka kembali bersih seperti semula, mereka tidur di kamar yang Archon sediakan. Esok harinya, Hazin dan teman-temannya pergi ke ruang makan dan berbincang dengan Archon disana. "Boleh kulihat lagi batu itu Hazin?" Tanya Archon, Hazin mengeluarkan batu itu dari kantong kecil disakunya lalu memperlihatkan Death Stone kepada Archon. "Benar, ini adalah Death Stone yang kalian cari. Dengan senang hati aku berikan batu itu padamu, Hazin Triton." Archon menutup kedua matanya setelah memastikan batu yang dibawa Hazin benar-benar Death Stone. "Aku ingin bertanya hal lainnya padamu, apakah kau mengetahui lokasi selanjutnya dari Death Stone? Kami benar-benar pergi tanpa persiapan sama sekali." Tanya Hazin, ia kembali memasukan batu merah ditangannya kedalam kantung kecil. "Tanpa persiapan? Bukannya salahmu sendiri karena kau mengajak kita untuk berlatih ditempatnya Hidrus? Dia itu..! Sok keren sekali." Gumam Latina, ia merasa sedikit kesal dengan ucapan Hazin. "Aku akan berkata jujur pada kalian, sebagai penjaga salah satu Death Stone, aku sama sekali tidak mengetahui lokasi yang menjadi tempat Death Stone lainnya disembunyikan. Itu karena leluhur keluarga Triton memang tidak pernah memceritakan tentang tempat selanjutnya." Balas Archon. "Kenapa seperti itu? Bukankah itu baik untuk kita? Jika orang seperti kita mendapatkan Death Stone pertama, sang penjaga sepertimu bisa memberi tahukannya untuk mempermudah kita mencari Death Stone lainnya dengan mudah dan cepat, kan?" Tanya Latina. Archon menjawab, "Tidak, justru itu kebalikan dari apa yang dipikirkan leluruh keluarga Triton. Jika sampai penjaga sepertiku tahu tentang lokasi batu lainnya, bukan hanya sebuah kemungkinan saja para iblis mendapatkan salah satu batu terlebih dahulu, jika itu terjadi. Para iblis bisa saja masuk kedalam ingatan kami untuk medapatkan lokasi berikutnya. Itulah jawaban dari pertanyaan, mengapa penjaga Death Stone tidak mengetahui lokasi batu selanjutnya." Ia kembali membuka matanya saat menjelaskan hal tadi. "Jadi begitu, memang itu masuk akal. Kami akan segera meninggalkan kerajaan ini Archon, aku harap para pemuja iblis tidak datang ketempat ini seperti yang terjadi dimasa lalu." Hazin berdiri. "Ya, kita tidak punya waktu untuk bersantai." Minaki ikut berdiri. "Terima kasih atas semua bantuanmu raja Archon, kau telah banyak membantu kami." Latina berdiri dan berbalik menuju pintu keluar ruang makan. "Itu kewajibanku." Archon berdiri dan sedikit menundukan badannya kearah mereka berempat. "Tapi, aku ingin menyampaikan satu hal lagi. Ini untukmu tuan rambut merah, tolong jaga dengan baik pedang Exe, jaga Aqualya, dewi kami." Ucap Archon saat Jack berdiri dari bangkunya. Jack melirik dan terseyum. "Ya, tentu saja!" Setelah berpamitan dengan Archon, Hazin beserta teman-temannya meninggalkan kerajaan Blue Heart dan kembali ke permukaan samudra Tembula.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD