Al-Sarem Kingdom, kota bawah tanah
Jack dan Minaki sampai lebih dulu, Jack mengeluarkan api untuk menerangi ruangan besar itu yang sebelum nya mereka masuki, tempat dimana Mehmed menjatuhkan salah satu Death Stone yang Vondest berikan.
Jack membuat api itu melayang-layang diudara, ia melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada mahluk buas didekat mereka, "Merepotkan, kenapa kau terlihat senang saat para mahluk berengsek itu datang hah?!" Jack melirik Latina dengan wajah kesal.
"Hah..? Siapa kau sampai berani menceramahiku? Melawan monster sebanyak itu bulanlah hal yang sulit bagiku." Ucap Latina, ia menghilangkan pedang masamune yang berada ditangan kanannya.
Urat diwajah Jack terlihat saat Latina mengatakan hal tadi. "Jack! Jangan mentang-mentang kau seorang putri kau sampai melupakan aku! Melawan monster sebanyak itu katamu? Jangan bercanda oi, kau bahkan hampir saja terkena satu gigitan tadi."
Wajah Jack merengut, ia juga kembali meletakan pedang besarnya kembali ke punggungnya.
Latina ikut terbawa emosi, "bukan itu maksudku! Siapa juga yang menanyakan namamu? Itu sudah jelas tidak penting tahu." Balasnya, ia berjalan melewati Jack sambil menutup matanya dengan wajah yang terlihat menyombongkan diri sendiri.
Emosi Jack sudah pasti meluap saat melihat Latina berjalan didekatnya dengan wajah seperti itu, ia mengepalkan tangannya untul menahan emosi.
Saat Minaki melihatnya, ia bergegas datang mendekat untuk sedikit meredakan hal sepele itu, "sudah.. sudah, berhentilah menjadi anak kecil."
Dari kejauhan Hazin melihat Jack yang ngomel-ngomel pada Minaki dimana Minaki sendiri justru menutup kupingnya.
"Hei, kenapa kau lari?"
Suara Varka terdengar dikuping Hazin, saat mendengar bahwa Varka sedang berkomunikasi dengannya, Hazin langsung memfokuskan pikirannya pada Varka. Lalu, mereka mulai berbincang.
"Kau juga, kenapa kau selalu datang disaat situasi sudah teratasi?" Tanya Hazin, ucapannya hanya terdengar untuk Varka karena ia mengucapkan itu dalam hati dan pikirannya saja.
"Jangan balik bertanya!" Varka menyentaknya kesal.
Hazin hanya diam sambil terus memasang wajah dingin. "Kau seharusnya tidak lari seperti ini, orang itu. Dialah orang yang kukatakan akan menjadi sedikit ancaman untuk dirimu yang sekarang, berlari tidak akan menyelesaikan masalah tahu."
"Mmm... Kau bilang sedikit, itu berarti ada kemungkinan dia bisa membunuhku sekarang kan? Apa gunanya melawan." Balas Hazin dengan santainya.
"Terserah kau. Tapi biar kubantu, ini karena aku ingin segera melihatmu bertarung setelah kau berlatih sedikit bersama si cebol Hidrus." Ucap Varka, Hazin berhenti melangkah sejenak lalu bertanya, "Apa yang ingin kau lakukan?"
"Tentu saja mengenai garis besar perjalananmu sekarang, Death Stone. Aku bisa langsung mengatakan dimana letaknya, tidak hanya untuk batu yang sekarang berada didekatmu. Seluruh batu yang sedang kalian cari saat ini, aku bisa langsung mengatakan dimana letak tepatnya." Ucapan Varka terdengar seolah ia sedang tidak bercanda.
Hazin melihat sekeliling lalu kembali bertanya karena penasaran apakah yang dikatakan Varka benar, "katakan."
Varka tertawa saat mendengarnya, "Haha... Jangan terburu-buru, ada sesuatu yang sedang mengintai dan menunggumu lengah saat ini. Jika kukatakan dimana batu itu berada dan kau mengambilnya, yang kukatakan sesuatu tadi pasti akan langsung beetindak. Apakah itu tidak masalah?" Tanya Varka.
"Bukan masalah." Hazin dengan spontan langsung menjawab Varka.
"Em... Ya, sudah kuduga kau pasti akan mengatakan itu, tapi baiklah. Ruangan yang sedang kalian diami saat ini cukup besar kan? Disana ada pintu masuk dan keluar yang sebenarnya, disanalah batu itu berada." Jelas Varka.
"Pintu, apa yang kau maksud adalah pintu itu?" Tanya Hazin, ia melihat kearah sebuah pintu yang sudah berlumut dijarak yang sedikit jauh.
Ia bisa melihat pintu itu karena cahaya masuk melewati pintu yang sedikit terbuka itu dan juga dari lubang yang ia gunakan untuk masuk bangunan itu sebelumnya.
"Hem.. kau benar, tapi jangan lupa dengan apa yang kukatakan tadi. Sesuatu menunggumu, dahh..!!"
Setelah memberi lokasi Death Stone ketiga, suara Varka langsung menghilang dari kuping Hazin.
Hazin melihat kesisi gelap dekat dengan pintu keluar itu, karena bangunan itu besar. Hazin berpikir bahwa sesuatu yang Varka bilang tadi mungkin saja salah satu mahluk buas, "sesuatu ya."
Setelah mendengar ucapan Varka, Hazin langsung berjalan menuju Jack, Latina dan juga Minaki untuk memberi tahu apa yang barusan ia tahu.
Sontak teman-temannya terkejut saat mendengar penjelasan Hazin, "apa! Batu itu ada disana?!" Wajah Minaki terlihat begitu terkejut, Latina melihat kearah pintu yang hanya terdapat satu didalam bangunan besar itu. "Sesuatu, apa maksud dari perkataan Varka?" Tanya Latina penasaran.
Wushh...
Hazin langsung mengepalkan tangan kanannya yang diiringi dengan perubahan warna matanya, Hazin menggunakan wujud Ikari Yasei dengan mata biru membara, wujud asli Fadelta tahap pertama.
"Aku tidak tahu apa yang ia maksud. Tapi, setiap kata peringatan yang ia katakan selalu terjadi, Jack! Cepat pergi." Pandangan Hazin tetap lurus kedepan.
Latina, Minaki dan juga Hazin sudah menyepakati bahwa Jack lah yang akan maju kedekat pintu itu, sedangkan sisanya akan menunggu apa yang dikatakan Varka dengan sebutan sesuatu keluar.
Sejak rencana kecil itu dibuat, Jack cemberut sampai semua siap, "Tunggu dulu oi, kalian pasti sengaja menjadikanku sebagai umpan."
"Itu karena kau yang paling berisik disini. Lagipula, hanya apimu yang dapat digunakan sebagai sumber cahaya, jangan banyak mengeluh." Bisik Minaki saat Jack mulai melangkah.
Setelah melangkah beberapa saat, Jack akhirnya sampai ditempat yang dikatakan Hazin, "sial. Lihat saja jika mereka menipuku, mana mungkin ini menjadi tempat-.." Jack mengangkat puing-puing lalu berhenti saat melihat cahaya merang yang keluar.
"Haha! Aku menemukannya oi! Dimana moster menakutkan yang kau katakan itu penakut!" Ia berteriak dari kejauhan sambil memegang Death Stone ditangan kirinya.
"Cepat sekali, ternyata indra milik Varka benar-benar bisa diandalkan. Tapi, apa yang dikatakan sesuatu oleh Varka adalah kelinci kecil itu?" Ucap Latina, ia menunjuk kearah Jack.
Jack terdiam saat kelinci berwarna pink itu muncul entah dari mana, "hah?! Kenapa kelici ini bisa berada didalam kandang mahluk buas?" Jack masih terdiam dan terus menatap kelinci di depannya.
Setelah menatap beberapa saat, ia melihat kearah Minaki dan yang lainnya, Minaki terlihat melambaikan tangan seakan mengibaratkan sesuatu.
"Apa yang-.."
Ckrak!!
Saat pandangan Jack kembali kearah kelinci sebelumnya, dengan kecepatan tinggi mulut kelinci yang sebelumnya terlihat normal dan lucu berubah menjadi besar dengan taring tajam disertai air liur menerjang Jack.
Jack melompat dan berhasil menghindar, "apa-apaan kelici itu, untung saja aku selamat... Tunggu, kenapa tanganku melepaskannya?!" Secara tidak sengaja, Jack melepaskan Death Stone saat menghindar.
"Ah..!! Kenapa pengawal pribadimu itu bodoh sekali! Padahal tadi dia sudah mendapatkannya." Latina langsung mengeluarkan senjata Tyrel miliknya yaitu pedang Masamune, "kita harus segera-... hei! Tunggu aku!" Ia segera mengejar Minaki dan Hazin ketika melihat mereka pergi kearah Jack.
Seluruh tubuh kelinci tadi kembali menjadi normal. Namun, bayangan miliknya bertambah banyak, bayangan itu muncul karena api milik Jack masih menerangi daerah sekitarnya. "Oi oi tunggu dulu, mana mungkin dia bisa melakukan itu. Bayangan itu, dia membelah diri?!"
Jack terkejut saat melihat kelici tadi bertambah banyak, ia masih belum mengeluarkan satupun pedangnya.
Satu kelinci tiba-tiba muncul dari kegelapan dibelakang Jack, ia baru menyadari hal itu saat kelinci tadi sudah cukup dekat dengan kakinya, dengan mulut yang besar dan taring tajamnya, kelinci itu menggigit kaki Jack lalu menyobek betisnya.
"Sial... Dasar kecoa!" Jack mengeluarkan pedang besarnya lalu mengayunkannya kearah kelinci yang berada dikakinya. Namun, kelinci itu melompat dengan cepat. "Apa?! Gerakannya, cepat sekali!"
Gerakan mata Jack bahkan tidak bisa mengiringi kecepatan kelinci itu, "satu, satu lagi..!!" Salah satu kelinci yang terbuat dari bayangan kelinci sebelumnya sudah bergerak menghampiri Jack dengan cepat.
"Aku... Tidak bisa menghindar!" Hanya mata Jack yang mampu melihat gerakan kelinci hitam itu diarah yang berlawanan dengan badannya, "Lompat, aku harus segera menghindar!" Kaki Jack dikeraskan untuk melompat.
Saat kakinya sudah berada diposisi yang ia inginkan, Jack berusaha melompat dengan kakinya. Namun, ia lupa bahwa kakinya sudah terluka akibat gigitan kelinci tadi, tulang betisnya terasa patah, ia gagal melompat dan justru terjatuh, "Mahluk kecil sialan..!!" Jack benar-benar tidak bisa menghindari serangan lagi, kelinci itu terus mendekat.
Duakk!!
Jarum milik Minaki melayang dan berhasil mengenai kelinci yang sudah berada didekat Jack, "Cepat berdiri dan pergi dari situ!!" Ucap Minaki, kelici lainnya ternyata sudah datang mendekat lagi. Dengan sedikit bantua kaki yang masih sehat, Jack berhasil loncat dan pergi mendekati Hazin.
"Memuakan sekali, sial! Gerakan kelinci itu cepat sekali, tidak, bukan kelinci. Dialah mahluk buas terkuat yang ada disini!" Ucap Jack, setelah berhasil berdiri didekat Hazin, ia langsung kembali melihat kearah monster kelinci itu.
"Oi Minaki! Bagaimana kau bisa mengenainya? Padahal gerakannya sangat cepat." Tanya Jack, ia sudah mulai berkeringat karena kehilangan cukup banyak darah dari kakinya yang terluka.
Minaki berhenti mengeluarkan jarum-jarumnya, "kenapa kau bertanya? sudah pasti karena aku adalah Half Man, indra penglihatan, penciuman, dan juga pendengaranku lebih baik dibandingkan kalian. Dan yang paling penting, kegelapan seperti ini sangat cocok untukku." Ia tersenyum sambil kembali mengeluarkan jarum besarnya.
"Minaki, jika tidak salah. Kekuatannya itu berupa kegelapan kan? Sejujurnya, aku masih belum bisa melupakan kutukan yang dia gunakan waktu itu." Gumam Hazin, ia menatap Minaki sambil teringat saat ia terkena teknik milik Minaki di Turnament Gya.
"Keren, mahluk ini keren sekali! Kelincahannya patut diancungi jempol. Lawan sepeti ini, tempat ini, Hazin! Kenapa kita tidak langsung saja menghabisi orang bertudung sebelumnya? Tidak usah khawatir, justru itulah yang membuat aku merasakan. Petualangan!!"
Ucap Latina bersemangat, ia kembali mendekati Hazin dan Jack setelah berhasil mengalahkan satu bayangan monster kelinci.
Jack menggaruk kepalanya karena kesal, "sial..! Kenapa kau selalu saja mengatakan petualangan, petualangan. Aku sudah gatal mendengar kata itu tahu?!" Namun,
Latina tersenyum, "maafkan aku. Tapi, aku sangat bersemangat!" Latina kembali maju dan betarung melawan bayangan monster kelinci.
Hazin dan Minaki kembali maju menghadapi monster kelinci yang jumlahnya terus bertambah, Jack masih terdiam karena ia sedikit kesulitan untuk bergerak cepat, "berengsek, apanya orang terkuat? Aku bahkan kesulitan untuk melawan monster kecil itu. Hazin, ia sekarang sudah mendapatkan wujud Ikari Yasei, ia sudah jauh bertambah kuat dari sebelumnya, sedangkan aku? Setelah berlatih dengan seorang malaikat pun masih saja menjadi orang yang lemah, sial." Gumam Jack, ia terus menatap teman-temannya yang sedang bertarung.
Jack mengepalkan kedua tangannya, "sialan! Tadinya aku ingin menggunakan teknik ini saat orang melihat pertarunganku, tapi. Aku tidak punya pilihan lain, mungkin dengan cara itu aku bisa langsung menghabisi mereka semua." Ia menancapkan pedang besarnya diatas tanah.
"Naguru!!"
JDASH!!...
Hazin menggunakan teknik serangannya dan membuat serangan besar. Tangan kanannya terlihat masih bercahaya sisa dari tekniknya tadi, "Apa yang Jack coba lakukan?" Tanya nya dalam hati ketika melihat Jack menancapkan pedangnya.
Kelinci hitam yang berasal dari bayangan kelinci pink sebelumnya terus bertambah bahkan setelah Hazin, Latina dan Minaki menghancurkannya satu persatu, tubuh asli monster kelinci itu langsung melompat dan menghampiri Jack disaat Jack terlihat putus asa.
"Itu dia! Disana tubuh aslinya!" Minaki berteriak untuk memberi tahu Latina tentang musuh yang seharusnya mereka lawan, Latina melihat kearah kelinci pink itu dan berusaha menggunakan teknik serangan, tangan kanannya diangkat keatas. "Waktunya menyelesaikan ini!" Ia tersenyum.
Melihat Latina seperti itu, Hazin justru melihat Jack yang sedang berada diarah yang sama dengan kelinci tadi, "Berhenti! Jack masih berada disana!" Ia berteriak memperingati Latina. Namun karena fokus, Latina jadi tidak mendengar ucapan Hazin tadi. "Latina, hentikan!!" Minaki menggunakan teknik bayangannya untuk menghentikan Latina.
Tubuh Latina dikelilingi asap hitam. Namun tidak lama setelah asap Minaki menyelimutinya, asap itu dengan mudah dihilangkan oleh Latina, "Trik seperti itu takan pernah bisa mempengaruhiku, Minaki!" Latina masih belum menyadari kehadiran Jack didepan kelinci itu.
"Hazin! Gawat! Jack bisa-.."
"Red Gamma."
Gelombang energi dengan jumlah besar keluar dari tangan Latina dan langsung mengejar kelinci pink itu. Hembusan akibat serangan Latina membuat beberapa puing bangunan terjatuh, "Ini... Terlalu berlebihan." Minaki menggunakan kedua tangannya untuk menutupi wajah dari puing yang jatuh.
"Ahaha! Rasakan itu! Salahmu karena berani berurusan denganku, Latina The Down." Ia tersenyum, tangan kanannya masih terangkat keatas. Kelinci tadi tidak terlihat lagi, lubang besar terbentuk akibat serangan Latina.
Latina menghilangkan pedang Masamune dan membersihkan telapak tangannya, "Mudah kan? Coba kalau kelinci itu keluar lebih awal, pasti si rambut merah itu takan... Hey!! Bagaimana kau bisa berada disana?!" Latina terkejut saat Jack berdiri diarah ia menyerang tadi.
Hazin dan Minaki masih terdiam karena kaget, "d-dia, masih berdiri?" Tanya Minaki.
Jack membungkuk dengan tangan yang masih memegang erat pedang besarnya. Namun tidak seperti sebelumnya, pedang yang ia pegang saat itu berapi-api. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, terdapat tujuh buah pedang yang melayang dibelakang tubuhnya, pedang-pedang itu berdiri tegak dan membuat setengah lingkaran mengelilingi tubuh Jack.
Hazin dan yang lainnya diam terpaku, "apa... Itu?" Tanya Minaki, kekuatan besar yang terbentuk akibat serangan sebelumnya membuat Latina yang tengah memperhatikan sosok Jack yang berbeda itu melihat orang bertudung sebelumnya pergi kedalam kegelapan dikejauhan, Latina membiarkan orang itu pergi karena ia merasa penasaran akan kondisi Jack.
Jack kembali berdiri, pedang berapinya memadam. "Sial, kalian benar-benar membuatku... Kalian gagal membuatku terlihat... KEREN!!" Teriak Jack, Hazin yang tadinya menatap Jack dengan serius berubah menjadi kekecewaan. "Eh...?!" Minaki terkejut.
Latina berjalan menuju pintu ruangan, "apa-apaan kau ini, kupikir kau hampir mati tadi. Tapi yang lebih penting, wujud itu, pedang-pedang itu, God From Sword. Jika tidak salah itulah nama wujudmu saat ini," Latina mengambil Death Stone yang dijatuhkan Jack sebelumnya. "Bagaimana kau bisa memiliki wujud itu?" Tanya Latina, ia membalikan badannya dan melihat kearah Jack.
Jack terdiam untuk beberapa saat. Lalu, ia menggaruk kepalanya. "Itu tidak penting kan? Karena, sebenarnya aku sama sekali belum bisa mengendalikan kekuatan ini. Saat ini aku hanya bisa memanfaatkan kekuatan ini untuk melindungiku dari serangan seperti tadi." Ucap Jack.
Minaki menghampiri Hazin dengan wajah ceria, "tapi yang terpenting, sekarang kita sudah mendapatkan Death Stone yang ketiga! Iya kan Hazin?" Ia memeluk tangan kiri Hazin.
"Kekuatan, kecepatan kelinci itu, tidak normal. Namun untungnya, Latina dapat mengatasinya dengan mudah." Gumam Hazin, ia sedikit melirik Latina yang sedang menggenggam Death Stone.
Tidak lama, Hazin melepaskan tubuh Minaki dari tangannya, "Kita harus segera kembali, orang bertudung sebelumnya, kita tidak boleh mengabaikan kemunculan orang mencurigakan itu. Setelah bertemu Mehmed, aku akan melaporkan hal itu pada ayahku." Hazin berjalan lalu terbang meninggalkan yang lainnya.