bc

SANTARA

book_age16+
86
FOLLOW
1K
READ
reincarnation/transmigration
time-travel
brilliant
ambitious
female lead
realistic earth
kingdom building
intersex
like
intro-logo
Blurb

Saat sadarkan diri, Embun berada di tempat asing yang membuat matanya ternoda. Semua wanita yang ia temui mengenakan kebaya dan pria mengenakan batik bercorak. Seakan mereka semua hendak pergi perjamuan atau acara nikah.

Ternyata tidak,

Embun saja yang salah, masuk ke negeri antah berantah yang adalah kembaran Indonesia. Santara, negeri hijau dimana Embun bangun dengan sejuta tanda tanya. Dia lupa ingatan. Tak tahu siapa dirinya dan mengapa ia berada disini. Ia hanya tahu bahwa dia dibawa dari Indonesia.

***

Pernahkah terpikir olehmu bahwa dunia paralel itu memang ada? Ya, Indonesia memiliki kembaran yang memampukan orang-orang di dalamnya bisa saling berpindah. Tentu dengan syarat yang tak mudah. Dan hal itu hanya diketahui oleh orang khusus di level elit negara. Apa yang dilakukan Embun saat mengetahuinya?

chap-preview
Free preview
Chapter 01
Suara mobil terdengar di kejauhan. Perempuan-perempuan itu bersiap menyambut kehadiran majikannya. Mereka mengenakan kebaya berwarna dasar abu yang menunjukkan derajatnya. Mobil itu berhenti tepat di depan rumah Bangsawan Aires yang terkenal di Sumatera. Rumah dengan perpaduan ornamen Batak dan Jawa. Bangsawan Aires menikahi Malaka dengan banyak cibiran dari kaumnya. Ya, dia menikahi gadis Batak yang bagi Jawa sangat bertentangan dengan mereka. Namun cinta bisa melampaui semesta. Arafuru turun dari mobil itu, menapaki jalan menuju ke kamarnya. Dia gadis berusia 20 tahun yang baru saja pulang dari sekolah. Sekolah yang hanya ditujukan untuk kaum bangsawan. Dia mengenakan kebaya berwarna pink cerah dengan ornamen khas keluarganya di bagian pinggang. Ornamen yang membuktikan bahwa ia bukan keturunan palsu. Baru-baru ini ada yang melakukan penyamaran dengan ornamen palsu. Jika itu terjadi, raja akan menyingkirkan mereka ke penjara bawah tanah. “Nona Ara, Nyonya memanggil nona untuk segera ke ruang keluarga.”ucap salah satu perempuan itu. “Ada apa lagi sih? Pelajaran di sekolah udah cukup bikin pusing. Memangnya ada tamu spesial?”Ara terlihat tidak suka. Malaka selalu membuatnya serba salah. Bahkan untuk mendapatkan Langit, Ara dilarang keras. Malaka bilang tak baik menikahi seorang penyintas. Penyintas bisa saja menghilang dan itu hanya meninggalkan status janda pada wanita yang dinikahinya di Santara. “Sudah waktunya non. Seseorang datang untuk nona.” Kening Ara mengkerut. Dia menelan air ludahnya dan bergegas pergi ke ruang keluarga. Ruang yang berada di pojok sebelah kiri. Ia harus melewati danau buatan yang digunakan untuk mengembangbiakkan teratai. Teratai adalah obat yang manjur untuk beberapa penyakit di Santara. Tak hanya itu, teratai juga diolah menjadi barang antik yang dijual mahal. Teratai berkembang sangat sulit, dan hanya orang berpengalaman dan berilmu tinggi yang mampu mengembangkannya dengan baik. Dia membuka pintu dan mendapat senyuman dari Anambas dan Malaka, kedua orang tuanya. Tak hanya mereka, ada Awan dan Langit. Tapi mereka tidaklah penting, orang baru itu jadi yang paling penting bagi Ara. Perempuan dengan wajah sendu dan tidak nyaman mengenakan kebaya yang menempel di tubuhnya. Dadanya besar sampai membuat dia terlihat sesak. Rambutnya panjang dan berwarna kemerahan. Ara langsung duduk setelah memberi salam. “Dia Embun, tanggung jawabmu sekarang.”ucap Anambas dengan kewibawaannya. Dia adalah pria berkumis dengan sejuta kharisma. Pria Jawa yang rela pindah domisili demi istrinya.  “Ayah menyerahkannya padamu. Dia tak tahu apa-apa. Sampai dia paham tentang Santara, kau akan bertanggung jawab penuh.” “Tapi ayah,,,” “Dengarkan ayah. Kau kan sudah dewasa. Kedewasaan terbukti kalau kau bisa mengurusnya di sini.”ucap Awan tegas. Ketegasan Awan berasal dari Anambas. Ditambah lagi dengan sikap kerja keras Malaka.  “Ibu dengar nilaimu menurun. Apa yang kau lakukan selama ini? Ibu sudah peringatkan untuk tidak bermain-main.” “Iya bu.” “Bagaimana denganmu?”tanya Anambas pada Langit.  “Wali, saya berniat naik tingkat. Tidak masalah kan kalau saya pindah kerajaan?”tanya pria itu. Pria tinggi dengan wajah coklat yang bersumber dari paparan sinar matahari. Tatapannya serius dan berambisi. “Terserah saja. Tapi kau harus tahu, susah melakukan itu. Apalagi untuk seorang penyintas sepertimu.” Langit sudah biasa menerima kata sepele. Tidak masalah, itu membuatnya semakin berambisi. Dia adalah seorang anggota militer yang sedang berada di tingkat bawah. Jika berhasil melewati tahapan awal, dia akan pindah ke Kerajaan Bali. Kerajaan Bali adalah level terbawah dalam dinasti Santara. Kerajaan kecil dengan jumlah penduduk yang tak banyak. Dan dia punya alasan untuk semua usaha itu. Berdiam diri hanya untuk orang bodoh. Seperti perempuan baru itu. Dia pasti akan berdiam di tempat ini, merasa diri aman. Padahal ini bukan dunianya. Ini hanya titipan sementara yang akan membuatnya menyesal jika mengingat latar belakangnya sebagai penyintas.  Penyintas adalah mereka yang berasal dari Indonesia dan dibawa ke Santara. Ingatan mereka akan direset untuk waktu yang tak bisa ditentukan. Ingatan itu akan kembali, tergantung manusianya. Tapi, ada juga yang tetap tak ingat sampai masa tuanya berakhir. Biasanya mereka adalah orang yang dengan sukarela dibawa ke Santara. ### Embun  benci aroma tubuhnya. Parfum yang disemprot oleh pelayan tadi sangat menyengat. Parfum itu beraroma teratai dicampur lidah buaya. Wangi yang mendominasi tubuhnya, tapi tak ia sukai.  Arafuru membawanya berjalan menyusuri danau yang penuh teratai. Beberapa pelayan mengikuti mereka dari belakang. Itu semua atas suruhan Malaka. Arafuru perlu pengawasan ketat karena dia remaja labil yang sedang melewati masa puber. “Apa yang mau kau tanyakan? Aku akan menjawab semuanya. Dan aku peringatkan, Langit itu milikku.” Embun berpikir keras. Siapa itu Langit? Ah, akhirnya dia ingat. Pria kaku yang tadi ada di meja makan.  “Benar negara ini bernama Santara?” “Ya.” “Apa kau tahu Indonesia?” “Aku tahu, Langit pernah cerita.” “Kenapa aku ada disini?” “Aku tidak tahu. Aku akan memberimu fakta yang mencengangkan.”ucap Arafuru sambil bermain dengan ikan-ikan di danau. Ikan dengan berbagai warna yang tak pernah Embun lihat sebelumnya. Bahkan ada ikan yang bisa terbang di atas permukaan air. Keanehan ini membuat pikirannya mendekati gila. “Kau dibawa ke Santara dengan bayaran uang yang banyak. Itulah makanya kau berakhir di keluarga bangsawan. Ayah dan ibu adalah bangsawan di tempat ini.” “Jadi maksudmu, ada orang yang berakhir sebagai orang miskin?” “Ya, kami menyebutnya kaum pelayan.” Mereka kembali berjalan ke sisi lain rumah. Peternakan besar yang berisi ayam, sapi, kambing dan domba. Peternakan itu dijaga ketat oleh para pelayan. Mereka membiarkan Arafuru dan Embun masuk. Peternakan yang bersih dan teratur. Bahkan ayam-ayam itu mengkilap seperti habis mandi. “Ayam ini dipelihara untuk diadu?” “Tidak. Mereka berakhir di atas meja makan. Itulah yang membedakan kaum bangsawan dan pelayan. Ayam yang dihidangkan di meja makan seorang bangsawan harus higienis dari segala sisi. Ah, bulu ayam itu digunakan untuk membuat tas tangan.” “Tidak masuk akal.” “Ya, memang. Tapi perbuatan di negerimu jauh tidak masuk akal. Buaya saja diambil sisiknya kan? Buaya itu hewan suci di Santara. Dan asal kau tahu, hanya satu buaya yang ada di negeri ini. Buaya yang jadi dasar kuat Santara, berada di Kerajaan Kalimantan.” Ini memang terdengar konyol. Embun menetralkan wajahnya agar tak terlihat menghina. Tak ada keyakinan yang pantas di hina, terutama keyakinan yang berkaitan dengan budaya. Hanya orang kekanak-kanakan yang melakukan itu. “Ceritakan tentang kau. Apa yang kau lakukan sebagai seorang putri bangsawan?” “Aku sekolah. Aku mempelajari banyak hal, terutama cara mendapatkan hati pria.” “Itu bukan hal yang perlu dipelajari. Manusia diberi naluri untuk memikat lawan jenisnya.” “Embun, kau tidak tahu Santara. Kau tak akan bisa masuk kerajaan jika tak lulus tata krama. Kau harus bisa berdansa, menari, minum anggur dan tuak. Semua itu tak semudah yang kau bayangkan.” Embun berjalan mengikuti Arafuru. Dibenaknya banyak pertanyaan yang tak bisa ia tanyakan pada Arafuru. Arafuru pasti tidak akan tahu. Bahkan Anambas dan Malaka tidak tahu mengapa sekujur tubuh Embun penuh darah sewaktu bangun dari tidurnya. Mereka hanya sibuk membersihkan bekas darah itu, tanpa peduli kenapa itu terjadi. Satu-satunya yang Embun ketahui adalah dia berakhir di Santara tanpa rencana. Siapa yang mengirimkannya? Dan untuk apa itu dilakukan? Embun memukul-mukul kepalanya. Dia harus mencari jalan keluar. Bagaimanapun juga, hidup di tempat ini terasa asing. Embun tidak akan kuat.  “Ambil saja, belikan makanan untung anakmu.”Arafuru memberikan beberapa koin untuk seorang ibu yang duduk di pinggiran jalan. Dia mengenakan kebaya berwarna gelap. Anaknya masih sangat kecil. Dia terlihat sumringah mendapat kepingan uang itu. “Terima kasih nona!” “Sebagai bangsawan kau harus dermawan. Memberi sedikit tak mengubah level mu kan?”ucap Arafuru pada Embun yang terdiam melongo. Persis seperti orang bodoh. “Bukankah itu terlalu sedikit?” “Wah, kau sepele?” “Di Indonesia, uang kertas memiliki nilai tertinggi.” “Di Santara, tidak ada uang kertas.” “Jadi semuanya koin?”tanya Embun tidak percaya.  “Uang yang tadi kuberikan bisa membeli sekarung beras.” “Baiklah, maafkan aku.” “Tidak apa. Selagi kau tidak berniat mengambil Langit.” “Aku tidak tertarik pada pria.” “Kau kaum haram?” “Apa itu kaum haram?” “Kaum yang menyukai sesama jenis.” “Astaga! Tidak tertarik pada pria bukan berarti tidak menyukai pria. Hatiku hanya sedang tidak ingin menaruh hati pada orang lain.” “Syukurlah. Ayah dan ibu tak harus menanggung malu karenamu.” Kaum haram dianggap memalukan bagi keluarga bangsawan. Biasanya status bangsawan akan dihapus dari mereka. Dan mereka akan hidup sebagai seorang pelayan. Namun, banyak yang menyembunyikan fakta itu. Mereka menyiasatinya dengan menikahi lawan jenis. Padahal nafsunya berkata sebaliknya. Arafuru membawa Embun kembali ke rumah. Dia juga sudah bosan berjalan di tempat yang sama selama bertahun-tahun. Rasanya ingin merantau tapi sekolahnya belum selesai. “Kembalilah ke kamarmu. Aku juga perlu waktu untuk menyiapkan besok.” “Terimakasih Ara.” “Hmm, dan kalau kau berniat sekolah sama sepertiku, kau bisa meminta ibu.”ucapnya mengakhiri. Dia pergi sambil melambaikan tangan.  Embun langsung menutup pintu. Ia membuka kebaya dan kamben yang melekat di dadanya. Sangat sesak dan hampir membuat ngos-ngosan. Dia bernafas lega dengan balutan kain putih yang menutupi badannya.  Tempat ini sangat tidak masuk akal. Semua yang ada di Santara seperti mimpi di siang bolong. Terutama soal pakaian ini. Sangat membebani manusia seperti Embun. Mungkin di Indonesia, dia jarang mengenakan kebaya. Atau mungkin tidak pernah? Embun belum bisa ingat.  “Demi apapun, apa yang harus kulakukan?” Pertanyaan itu terus muncul di pikirannya. Dia bolak balik di kamarnya. Kamar yang luas itu bahkan bisa ditempati beberapa orang. Kamar yang tampak seperti rumah. Besar, megah dan penuh ornamen. Dan akhirnya, dia mendapat ide cemerlang. Langit. Ya, Langit. Langit adalah penyintas, sama seperti dirinya. Langit akan memberinya informasi, secara langsung maupun tidak langsung.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Romantic Ghost

read
162.5K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
9.1K
bc

Time Travel Wedding

read
5.4K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.5K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
4.0K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook