Bodyguard

1841 Words
Johannes menghentikan mobilnya di sebuah restoran yang tak jauh dari kantornya. Saat ini ia ingin menemui Thomas dan juga Malik yang belum lama tiba di Jakarta. Awalnya Thomas ingin membawa Malik langsung ke rumah sang majikan. Tapi, Johannes justru memintanya untuk membawa Malik ke restoran dekat kantornya, dengan alasan ingin sekalian makan siang. Thomas dan Malik berdiri saat melihat Johannes tengah melangkah ke arahnya. “Siang, Tuan,” sapa Thomas sambil membungkukkan sedikit tubuhnya, begitu juga dengan Malik. Johannes menganggukkan kepalanya, ia lalu menarik salah satu kursi untuk ia duduki. Tak lupa ia juga kembali mempersilahkan Thomas dan Malik untuk duduk. “Thom, apa dia pria yang kamu maksud?” tanya Johannes sambil menatap ke arah Malik. “Iya, Tuan.” Thomas lalu menatap Malik, “perkenalkan diri kamu sama Tuan Johannes,” pintanya. Malik menganggukkan kepalanya. Ia lalu beranjak dari duduknya. “Perkenalkan nama saya Arzan Ravindra Malik, Tuan,” ucapnya Malik memperkenalkan dirinya sambil sedikit membungkukkan tubuhnya. Johannes melipat kedua tangannya didepan d**a, “berapa usia kamu?” “28 tahun, Tuan.” “Apa kamu tau kenapa kamu dibawa Thomas kesini?” Malik menganggukkan kepalanya. “Jadi kamu bersedia untuk menjadi bodyguard putri saya dan mengabdikan hidupmu untuknya?” Malik terdiam. Ia lalu menatap Thomas. Thomas mengangguk pelan. “Iya, Tuan. Saya bersedia,” ucap Malik dengan helaan nafas pelan. Johannes tersenyum. Ia lalu meminta Malik untuk kembali duduk. “Baik, karena kamu sudah setuju, saya anggap mulai hari kamu adalah bodyguard putri saya Luna. Kamu pasti tau tentang siapa putri saya. Saya ingin kamu selalu menjaganya, dari dia mulai pergi kuliah, pulang kuliah, pergi syuting dan kemanapun dia pergi.” Malik menganggukkan kepalanya, “baik, Tuan. Saya akan melakukan tugas saya dengan baik.” Johannes menatap Thomas, “panggil pelayan. Pesan makanan yang paling enak di restoran ini,” titahnya. “Baik, Tuan.” Thomas lalu memanggil pelayan. “Saya akan melihat kinerja kamu. Jika kinerja kamu baik, saya akan naikkan gaji kamu.” Malik menganggukkan kepalanya, “terima kasih, Tuan.” “Setelah ini, kamu bisa ikut Thomas ke rumah. Kamu bisa tinggal di paviliun belakang bersama dengan Thomas.” Malik kembali menganggukkan kepalanya. “Nanti setelah saya pulang dari kantor, saya akan perkenalkan kamu dengan putri saya Luna,” lanjut Johannes untuk kesekian kalinya. Malik juga untuk kesekian kalinya menganggukkan kepalanya. Dua orang pelayan mendatangi meja mereka untuk mengantar makanan dan minuman yang tadi Thomas pesan. “Makanlah, saya tau, kalian pasti juga sudah sangat lapar,” ucap Johannes lalu mulai memakan makanan yang belum lama ini diletakkan di atas meja oleh pelayan restoran itu. Makanan yang terhidang di atas meja sangatlah lezat. Tapi, itu juga bukan pertama kalinya Malik menikmati makanan seperti dulu. Malik terlahir dari keluarga berada. Bahkan ia bisa membeli apapun yang ia inginkan. Tinggal di rumah mewah dengan segala macam fasilitas pernah ia rasakan. Tapi, semua lenyap begitu saja, saat keluarganya di tipu oleh kerabat ayahnya sendiri. Kedua orang tua Malik bahkan meninggal dunia dalam kecelakaan yang mungkin telah direncanakan oleh musuh kedua orang tuanya. Bahkan, setelah kedua orang tuanya meninggal, seluruh aset keluarganya habis tak tersisa untuk menutup hutang perusahaan yang menggunung. Setelah selesai makan, Johannes langsung ke kembali ke kantornya. Sedangkan Thomas mengajak Malik menuju rumah sang majikan. Sedangkan di tempat lain, Luna, Adelia, dan Zico kini tengah menghabiskan waktunya menatap lautan luas di depan mereka. Setelah dari mall, Zico sengaja mengajak Luna dan Adelia ke pantai. Zico tau, jika saat ini Luna membutuhkan suasana baru untuk mendinginkan pikirannya. Luna menetap adiknya yang tengah asyik bermain air laut, “Zic, makasih ya, kamu udah mau ajak aku dan adik aku kesini,” ucapnya dengan senyuman di wajahnya. Zico menatap wajah Luna, tapi Luna masih asyik menatap adiknya yang tengah asyik bermain air laut sendirian. Tapi sesekali Adelia melambaikan tangannya ke arah Luna dan Zico. “Aku seneng bisa ajak kamu kesini. Aku berharap, setelah ini kamu bisa melupakan semuanya dan kembali menjadi Luna yang ceria.” Luna menganggukkan kepalanya, “berkat Risti tadi, aku menjadi lebih baik. Meskipun banyak orang yang membenciku, tapi ada juga orang yang sangat peduli padaku. Aku hanya tak ingin mengecewakan para penggemarku yang selama ini selalu mendukungku.” “Aku juga akan selalu mendukungmu. Kalau kamu sedang dalam masalah, aku bersedia untuk menjadi tempat bersandar mu.” Luna menghela nafas, ia lalu mengalihkan tatapannya menatap ke arah Zico. Ia lalu menganggukkan kepalanya. “Terima kasih. Kamu memang sahabat terbaik aku,” ucapnya dengan senyuman di wajahnya. Sekarang aku hanya kamu anggap sebagai teman baikmu. Tapi aku harap suatu hari nanti, kamu tau akan perasaanku padamu, Na. Aku akan sabar menunggu, sampai kamu bisa merasakan apa yang aku rasakan selama ini. *** Setelah membersihkan dirinya, Luna mengambil pakaian dari dalam lemari pakaiannya. Luna memakai kaos tanpa lengan dan celana sebatas lutut. Itu memang kebiasaan Luna saat berada di rumah. Setelah menyisir rambut panjangnya, Luna melangkah menuju balkon kamarnya. Ia menatap kebawah. Dahinya mengerut saat melihat sosok yang belum pernah dilihatnya berada di rumahnya. “Siapa dia? Apa dia teman papa?” tanyanya penasaran. Kedua mata Luna dan Malik saling bertemu untuk beberapa detik, sebelum Malik memutuskan tatapan itu lebih dulu lalu membungkukkan sedikit tubuhnya untuk memberi penghormatan kepada Luna. Sebelum mengambil keputusan untuk menerima tawaran Thomas, Malik lebih dulu mencari tau soal sosok Luna yang akan menjadi majikannya. Malik bahkan tahu perihal kasus yang belum lama ini menimpa Luna. Luna membalas sapaan Malik dengan senyuman di wajahnya, “siapa dia? Sikapnya sopan. Apa dia teman Paman Thomas? Karena gak mungkin dia teman papa.” Luna membalikkan tubuhnya dan kembali melangkah masuk ke dalam kamar. Perutnya mulai keroncongan. Ia pun melangkah keluar dari kamarnya untuk turun makan malam. Di ruang makan sudah ada kedua orang tuanya dan adiknya, “malam semuanya,” sapanya lalu menarik kursi meja makan yang ada di sebelah Adelia. Adelia mendekatkan wajahnya ke wajah Luna, “Kak, apa kakak tadi melihat cowok ganteng di luar?” tanyanya sambil berbisik. “Hem... memang siapa dia?” tanya Luna penasaran. Adelia mengedikkan kedua bahunya, “mungkin keponakan Paman Thomas,” ucapnya lalu kembali melanjutkan makannya. “Luna, setelah makan malam, Papa ingin bicara sama kamu.” Johannes menatap wajah putrinya yang sepertinya sudah tak murung lagi seperti terakhir kali dilihatnya. Luna menganggukkan kepalanya, “baik, Pa.” Ada apa ya? apa yang ingin Papa bicarakan sama aku? apa ini ada hubungannya dengan karir aku? apa Papa akan melarang ku untuk melanjutkan karir ku di dunia entertainer? Setelah selesai makan, Johannes mengajak Luna ke ruang keluarga. Di sana ternyata sudah ada Thomas dan juga Malik—pria yang tadi dilihat Luna dari atas balkon kamarnya. Thomas dan Malik beranjak dari duduknya, mereka lalu membungkukkan sedikit tubuh mereka untuk menyapa Johannes dan juga Luna. “Duduklah,” pinta Johannes kepada Thomas dan Malik. Luna mendudukkan tubuhnya di samping papanya. Kedua matanya bahkan sejak tadi menatap pria yang duduk di samping supir pribadi keluarganya. Siapa dia? Kenapa dia juga ada disini? Apa dia pegawai baru di rumah ini? Luna mengernyitkan dahinya, “Pa, siapa dia? Luna baru pertama kali melihatnya disini.” “Sayang. Mulai sekarang, kemanapun kamu pergi, kamu akan ditemani oleh Malik.” Luna mengernyitkan dahinya, “Malik? Apa itu dia?” tanyanya sambil menatap ke arah Malik. Johannes menganggukkan kepalanya, “Papa mempekerjakan seorang bodyguard untukmu. Dia adalah Malik. Papa ingin kamu aman. Tak akan lagi ada kejadian seperti kemarin.” Malik beranjak dari duduknya, “perkenalkan nama saya Malik, Nona Luna. Mulai sekarang saya adalah bodyguard anda,” ucapnya dengan sedikit membungkukkan tubuhnya. Luna hanya mengangguk sambil menepiskan senyumannya. “Pa, apa semua ini karena Luna sudah mencemarkan nama baik Papa? Karena itu Papa menyewa bodyguard untuk Luna?” Johannes menggelengkan kepalanya, “bukan, Sayang. Papa hanya ingin kamu aman. Bagaimanapun Papa gak bisa selalu jagain kamu,” ucapnya sambil menggenggam tangan putrinya. “Nona tenang saja. Malik adalah pria yang baik dan pandai bela diri. Saya yakin, Nona akan aman saat bersamanya,” ucap Thomas dengan senyuman di wajahnya. Luna hanya menepiskan senyumannya. Ia lalu menatap Malik, “kalau boleh aku tau, kamu lulusan apa? berapa usia kamu sekarang? Kalau aku lihat, usiamu jauh di atas ku.” Johannes mengernyitkan dahinya, “Sayang, apa itu penting? Bukankah yang terpenting dia pandai bela diri?” “Iya sih, Pa. Tapi, kalau dia berpendidikan tinggi, dia kan bisa bantu pekerjaan kuliah Luna,” ucap Luna sambil nyengir kuda. Johannes hanya geleng kepala. Ia tau, kalau waktu Luna memang banyak tersita untuk syuting dan pemotretan, hingga kuliahnya mulai terbengkalai. “Saya lulusan S2, Nona. Usia saya saat ini 28 tahun,” ucap Malik sopan. Luna mengangguk, “bagus. Jadi saat aku butuh bantuan mu untuk tugas kampus aku, aku harap kamu bisa membantuku.” Malik menganggukkan kepalanya, “saya akan mencoba membantu semampu saya.” “Jadi gimana, Sayang? Apa kamu setuju kalau Malik menjadi bodyguard kamu mulai sekarang?” Luna menganggukkan kepalanya, “baik, Pa. Luna setuju dengan keputusan Papa untuk mempekerjakan Malik menjadi bodyguard Luna,” ucapnya sambil menatap Malik. Luna lalu beranjak dari duduknya, “Luna ke kamar dulu, Pa. Mau istirahat lebih awal. Besok Luna ada pemotretan pagi.” Johannes menganggukkan kepalanya. Luna lalu melangkah keluar dari ruangan itu. Tapi sebelum melangkah pergi, ia lebih dulu menatap Malik yang sedang berbincang dengan papanya. Luna memutar bola matanya malas, ‘tampangnya ok juga. Tapi, apa dia benar-benar bisa bekerja sebagai bodyguard? Tubuhnya ok sih. Apalagi otot-otot di lengannya,’ gumamnya dalam hati. Luna menepuk keningnya sendiri, “astaga! Apa sih yang aku pikirkan? Kenapa aku malah menilai bentuk tubuhnya? sejak kapan seorang Luna mulai peduli dengan penampilan orang lain.” Luna lalu melangkah menuju tangga. Tapi ia malah berpapasan dengan adiknya. “Kak Luna! tunggu!” Adelia lalu menghampiri Luna. “Siapa pria tampan itu, Kak?” tanyanya penasaran. “Kepo! Kenapa? kamu tertarik sama dia? Dia bahkan lebih tua dari kakak.” Adelia menggelengkan kepalanya, “gak. Dia lebih pantas sama kakak,” godanya. Luna membulatkan kedua matanya, “enak aja! Gini-gini kakak itu suka cowok kayak oppa-oppa korea gitu.” “Tapi dia tampan lo, Kak. Tubuhnya juga... pokoknya pria idaman yang sangat cocok sama kakak. Apa jangan-jangan Papa ingin menjodohkan dia sama kakak ya?” Luna menoyor kening adiknya, “sembarangan! Dia itu bodyguard kakak. Papa sengaja mempekerjakan bodyguard untuk kakak. Mungkin karena kasus yang menimpa kakak kemarin.” “O...tapi dia memang cocok sih jadi bodyguard. Tubuhnya kekar gitu, belum lagi otot-otot di lengannya. Aku yakin, kakak pasti aman bersamanya,” ucap Adelia dengan senyuman di wajahnya. Luna mengedikkan kedua bahunya, “kakak ke kamar dulu, ngantuk,” ucapnya lalu melangkahkan kakinya menaiki tangga satu persatu menuju kamarnya. Adelia melihat Malik dan Thomas keluar dari ruangan keluarga. Thomas dan Malik membungkukkan tubuhnya untuk menyapa Adelia. “Malam, Nona Adelia,” sapa Thomas. Adelia menepiskan senyumannya, “malam, Paman,” balasnya. Ia lalu melangkah menuju kamarnya. Tampan juga. Tapi sayang, usianya jauh di atasku. Tapi gak apalah, bagiku yang paling tampan hanya Kak Zico. Cinta mati ku. Andai Kak Zico tau akan perasaanku. Apa dia akan membalas perasaanku?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD