Bab 2

2014 Words
Luna saat ini tengah berdiri di balkon kamarnya. Sudah dua hari ini ia mengurung diri di dalam kamarnya semenjak kejadian yang menimpa dirinya malam itu. Kenapa? kenapa Zia begitu tega sama aku? apa salah aku sama dia, hingga dia berniat untuk menjebak ku malam itu? andai Agra bukan pria yang baik, mungkin sekarang aku benar-benar akan masuk dalam jeruji besi penjara. Luna kembali meneguk coklat panas di tangannya. “Selama ini aku kira Zia adalah sahabat yang baik. Tapi ternyata dia adalah musuh dalam selimut. Apa selama ini aku terlalu baik, hingga semua orang bisa memanfaatkan kebaikan aku selama ini?” Luna menghela nafas panjang, “apa salahnya menjadi orang yang baik? Apa aku bersikap jahat, agar mereka tak memanfaatkan aku lagi? apa sebegitu benci kah mereka padaku selama ini?” Luna mendengar suara pintu kamarnya yang diketuk dari luar. “Masuk,” sahutnya sambil menatap pemandangan dari atas balkon kamarnya. Luna melihat mobil papanya yang baru saja keluar dari pintu gerbang rumahnya. Ia lalu menghela nafas. “Aku bahkan sudah mencoreng nama baik papa. Aku sudah sangat mengecewakannya.” Seorang gadis muda yang usianya hanya selisih dua tahun dari Luna, melangkah masuk ke dalam kamar Luna—yang tak lain kakak tirinya. “Kak,” panggil gadis yang bernama Adelia—yang tak lain adik tiri Luna. Luna menoleh ke belakang, menatap wajah cantik adik kesayangannya. “Hem... ada apa?” Adelia berdiri di samping kakaknya, “kenapa kakak mengurung diri di kamar? Apa kakak akan mengakui pada semua orang kalau kakak memang bersalah?” Luna tersenyum, “semua juga gak semudah yang kamu bayangkan, Del. Meskipun kakak terbukti tak bersalah, tapi berita itu sudah menyebar lebih dulu sebelum tau betul akan kebenarannya.” “Tapi kakak sudah melakukan konferensi pers dan mengatakan jika itu hanyalah jebakan dan kesalahpahaman. Mereka pasti juga bisa melihat, mana yang benar dan mana yang salah. Apalagi mereka kan para penggemar kakak.” Luna mengusap puncak kepala adiknya itu, “kamu akan tau saat kamu dewasa nanti,” ucapnya dengan senyuman di wajahnya. Adelia mengerucutkan bibirnya, “aku sudah dewasa ya kak! apa kakak lupa kalau sekarang aku ini salah satu mahasiswa di universitas terbaik di Jakarta?” cebiknya. “Kakak bangga sama kamu. Kakak yakin, kamu bisa membuat bangga papa dan mama. Bukan seperti kakak, yang malah mencoreng nama baik mereka,” ucap Luna dengan menepiskan senyumannya. Adelia menatap kedua mata indah kakaknya, “kakak sudah sangat membuat papa dan mama bangga dengan menjadi artis terkenal selama ini.” “Tapi hanya dalam sekejap kakak merusak semua itu, Del. Kakak terlalu baik dengan semua orang, hingga mereka bisa dengan mudah memanfaatkan kebaikan kakak dan menjebak kakak untuk menghancurkan nama baik kakak.” Adelia tersenyum, ia lalu memeluk kakaknya dengan sangat erat. “Aku akan tetap bangga sama kakak. Bagiku, kakak adalah panutan ku.” Luna mengusap punggung adiknya dengan sangat lembut. “Terima kasih. Kakak akan berjuang untuk mengembalikan nama baik kakak.” Adelia melepaskan pelukannya, “itu baru Kak Luna yang aku kenal,” ucapnya dengan senyuman di wajahnya. Luna tersenyum. Setelah melihat wajah ceria adiknya, ia merasa lebih tenang. Seakan masalah di pundaknya sedikit berkurang. Bagi Luna, keluarganya adalah prioritas utamanya. “Del, kamu mau temani kakak jalan-jalan?” Adelia menganggukkan kepalanya, “dengan senang hati aku akan menemani kakak kemanapun kakak mau,” ucapnya dengan tersenyum bahagia. Akhirnya Adelia bisa mengembalikan senyuman kakaknya yang sejak kemarin sudah tak dilihatnya lagi. Hanya kesedihan yang ia lihat di wajah kakaknya itu. “Kalau begitu kakak siap-siap dulu. Kamu juga.” Adelia mengangguk. Ia lalu melangkah keluar dari kamar kakaknya. Berjalan menuruni tangga karena kamarnya berada di lantai bawah. “Sayang, bagaimana? Apa kakak kamu sudah mau berbicara sama kamu?” tanya Melani yang penasaran, karena sejak kejadian malam itu, Luna hanya mau bicara dengan papanya. Adelia menganggukkan kepalanya, “iya, Ma. Kak Luna bahkan sekarang mau mengajak Adel jalan-jalan.” Melani tersenyum. Ia senang jika Luna sudah bisa melupakan masalah yang sempat menimpanya. Melihat Luna terpuruk, itu juga sangat menyakiti hatinya. Apalagi sejak Luna mengurung diri di dalam kamar, Johannes lebih sering murung. Johannes merasa telah gagal menjaga Luna, apalagi dulu ia telah berjanji kepada mendiang istrinya untuk selalu menjaga Luna. Tapi, kini ia telah gagal menepati janjinya itu. “Temani kakak kamu. Buat dia untuk melupakan masalahnya. Ingat, kebahagiaan kakakmu adalah kebahagian kita semua,” ucap Melani sambil mengusap lengan Adelia. Adelia menganggukkan kepalanya, “iya, Ma. Adel akan melakukan apapun untuk membuat Kak Luna bahagia. Apalagi selama ini Kak Luna sangat baik sama Adel. Kak Luna adalah kakak terbaik di dunia.” “Mama bangga sama kamu, Sayang. Sekarang bersiap-siaplah. Jangan buat kakak kamu menunggu.” Adelia mengangguk, ia lalu melangkah menuju kamarnya untuk bersiap-siap. Melani menghela nafas, “terima kasih ya Tuhan. Engkau telah memberikan hamba kedua anak yang baik hati dan juga cantik. Hamba bersyukur, kedua anak hamba bisa hidup rukun dan saling menyayangi meskipun mereka tak terlahir dari rahim yang sama.” Jesika, terima kasih, karena kamu telah melahirkan seorang anak sebaik dan secantik Luna. Aku berjanji, aku akan menjaga dan menyayangi Luna seperti anak kandungku sendiri. Tenanglah disana. Jangan pernah kamu cemaskan putrimu. Dia akan baik-baik saja, aku berjanji sama kamu. *** Luna keluar rumah dengan memakai hoodie berwarna putih. Tak lupa ia memakai topi dan kaca mata hitam. Adelia tertawa melihat penampilan kakaknya, yang sudah seperti buronan saja. “Del, kenapa kamu malah ngetawain kakak? Apa kamu suka melihat semua orang curiga sama kakak?” kesal Luna. “Bukan begitu, Kak. Aku hanya terkejut saja melihat penampilan kakak seperti ini. Dulu bahkan kakak selalu keluar rumah dengan berpenampilan modis, karena kakak tak ingin citra kakak terlihat buruk dimata masyarakat. Tapi sekarang, kakak malah sudah seperti buronan saja,” candanya. Luna menarik lengan adiknya, “gak usah cerewet deh. Lebih baik sekarang kita pergi dari sini. Kakak gak mau menjadi pusat perhatian disini,” ucapnya saat melihat semua orang kini mulai memperhatikannya. Adelia menganggukkan kepalanya, “kakak mau kemana? Gimana kalau kita cari makan? Aku lapar.” “Terserah kamu, yang penting kita pergi dari tempat ini.” Adelia dan Luna lalu membayar barang belanjaan mereka. Setelah itu mereka keluar dari butik itu dan mencari restoran yang ada di dalam mall itu. Adelia dan Luna kini sudah berada di sebuah restoran. Mereka bahkan sudah memesan makanan dan minuman. Adelia melihat isi paper bag kakaknya, “kenapa kakak membeli baju ini? bukannya kakak tadi bilang gak suka?” “Kakak hanya asal membelinya. Kalau kamu mau, ambilah,” ucap Luna sambil membuka aplikasi WA di ponselnya. Luna membaca pesan dari Zico. Zico adalah salah satu aktor dalam satu manajemen dengan Luna. Bahkan hanya Zico pria yang dekat dengan Luna selama ini. Pesan dari Zico. Na, jalan yuk. Jangan mengurung diri di kamar terus. Masalah gak akan selesai dengan kamu mengurung diri di kamar. Luna menggerakkan jarinya untuk membalas pesan dari Zico. Aku sekarang ada di restoran sama adik aku. Makasih, kamu masih percaya sama aku. Kamu memang sahabat terbaik aku, Zic. Adelia mengernyitkan dahinya, “kakak lagi chating sama siapa?” tanyanya penasaran. “Sama Zico. Dia mau ngajak kakak jalan. Kakak bilang aja kalau kakak lagi jalan sama kamu.” Kedua mata Adelia berbinar saat mendengar nama Zico, karena selama ini diam-diam ia mengangumi sosok pria yang bernama Zico—yang tak lain sahabat dekat kakaknya. “Suruh aja Kak Zico kesini? kita bisa jalan bertiga. Kayaknya lebih seru deh,” usulnya. Luna mengernyitkan dahinya saat melihat wajah sumringah adiknya. “Kenapa kamu terlihat begitu senang saat kakak menyebut nama Zico? Atau jangan-jangan diam-diam kamu...” Adelia menggeleng kepala cepat, “bukan gitu, Kak. Kalau ada Kak Zico ‘kan nanti ada yang jagain kakak saat ada haters kakak yang tau keberadaan kakak saat ini,” ucapnya mencari alasan. Luna berpikir apa yang adiknya katakan memang ada benarnya. Apalagi saat ini suasana juga belum kembali normal. Desas desus tentang dirinya yang menjadi salah satu artis dalam prostitusi online masih terdengar di telinganya. Meskipun ia memilih untuk tak menghiraukannya. Luna akhirnya kembali membalas pesan yang Zico kirim dan mengirimkan lokasinya kepadanya. “Kakak sudah minta Zico untuk datang kesini.” Adelia tersenyum bahagia. Tak berselang lama, makanan dan minuman yang mereka pesan datang. Mereka pun mulai menikmati makanan dan minuman yang mereka pesan. Saat Luna dan Adelia tengah menikmati makanannya, datang seorang gadis muda mendatangi meja mereka. “Kamu... Luna ‘kan? Artis terkenal itu?” tanya gadis itu dengan wajah terkejutnya. Luna dan Adelia menatap sekeliling mereka. Karena gadis muda itu, sekarang mereka menjadi pusat perhatian. “Ya... kamu adalah Luna—artis terkenal itu!” seru gadis itu lagi. Adelia menatap kakaknya, “Kak, bagaimana ini?” tanyanya cemas. Luna pun juga merasa cemas dan takut. Apalagi saat ini semua mata menatap ke arahnya. Tapi, ia juga tak bisa seterusnya menghindar dari masalah yang menimpanya. Ia harus siap untuk menghadapi situasi apapun. Luna menatap gadis itu, lalu menganggukkan kepalanya. “Ya, saya Luna yang kamu maksud,” ucapnya dengan senyuman di wajahnya. Gadis itu terlihat begitu bahagia, ia bahkan tak segan-segan langsung memeluk Luna dengan sangat erat. “Kak, aku adalah penggemar kakak. Aku gak percaya dengan berita di luaran sana. Aku yakin, kakak gak akan melakukan itu,” ucap gadis itu setelah melepaskan pelukannya. Luna dan Adelia saling menatap satu sama lain. Mereka tak percaya jika masih ada penggemar yang masih mempercayainya. Luna akhirnya menyuruh gadis itu untuk duduk bersama dengannya dan adiknya. “Terima kasih, karena kamu masih percaya sama saya,” ucap Luna dengan senyuman di wajahnya. “Kalau boleh tau, siapa nama kamu?” tanyanya kemudian. Gadis itu mengulurkan tangannya, “nama aku Risti, Kak. Aku adalah penggemar berat Kak Luna,” ucapnya memperkenalkan diri. Luna menjabat tangan Risti, “senang bertemu denganmu dan terima kasih karena kamu gak percaya dengan desas desus yang menyebar di luar sana,” ucapnya dengan senyuman di wajahnya. Risti menganggukkan kepalanya, “setelah kakak mengadakan konferensi pers, aku semakin yakin, kalau Kak Luna bukan salah satu dari banyaknya artis yang terjerat dalam kasus itu.” Risti lalu mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya, “apa aku boleh minta foto kakak?” Luna menganggukkan kepalanya, “tentu saja.” Luna lalu meminta adiknya untuk mengambil fotonya dengan pengemar beratnya. Risti bahkan sampai menangis haru. Ia tak menyangka bisa bertemu langsung dengan idolanya selama ini. Bahkan bisa berfoto dengannya dan makan satu meja dengannya. Luna mengambil salah satu paper bag yang berisi pakaian yang tadi dibelinya. “Ini buat kamu. Anggap saja sebagai kenang-kenangan pertemuan kita,” ucapnya sambil memberikan paper bag itu kepada Risti. Risti tentu saja menerima dengan senang hati. Bahkan apa yang Luna lakukan tak luput dari tatapan semua orang yang ada di dalam restoran itu. Semua orang bahkan memuji kebaikan Luna dan sikap baik dan ramahnya terhadap penggemarnya. Luna tersenyum bahagia, saat mendengar apa yang orang-orang katakan tentangnya. Ia bersyukur bisa bertemu dengan Risti hari ini. Berkat Risti, ia tak perlu takut lagi untuk keluar rumah dan menghadapi dunia. Luna menggenggam tangan Risti, “terima kasih. Berkat kamu, saya gak perlu lagi bersembunyi dari kesalahan yang bahkan tak pernah saya lakukan,” ucapnya dengan senyuman di wajahnya. “Kak Luna harus bisa kembali lagi seperti dulu. Jangan hiraukan mereka yang tak suka dengan kakak. Buktikan sama mereka, kalau kakak bukan orang yang seperti mereka tuduhkan selama ini,” ucap Risti tulus. “Hem... saya berjanji. Terima kasih.” Adelia bahkan memberikan nomor ponselnya kepada Risti. Ia akan menganggap Risti sebagai sahabat barunya. Apalagi usia mereka hanya terpaut satu tahun. Luna juga akan dengan senang hati menerima kunjungan Risti di rumahnya. Pintu rumahnya akan selalu terbuka untuknya. Risti tak menyangka, jika idolanya akan menyambutnya dengan sangat hangat. Ia bahkan berjanji, akan selalu mendukung Luna dalam setiap karirnya. Zico yang baru saja tiba di restoran itu sangat tak menyangka dengan apa yang dilihatnya. Semua orang dalam restoran itu begitu memuji kebaikan hati Luna. Kamu memang gadis yang baik, Lun. Aku gak salah telah jatuh cinta sama kamu selama ini. Meskipun selama ini kamu hanya menganggap ku sebagai teman. Tapi, aku gak akan pernah menyerah untuk bisa mendapatkan hatimu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD