Bab 1

1657 Words
Johannes mengertakkan giginya. Mengepalkan kedua tangannya, saat melihat layar datar yang ada di depannya. Berita tentang artis muda dengan inisial nama ‘LN’ yang tertangkap basah sedang berada di dalam sebuah kamar hotel bintang lima. Seorang wanita yang tak lain istri kedua Johannes, mengusap tangannya dengan lembut. “Pa, tenanglah. Itu mungkin bukan Luna kita. Luna kita gak akan melakukan itu, Pa.” “Apa tadi Luna bilang sama Mama mau pergi kemana?” “Em... Luna bilang dia mau pergi ke pesta temannya. Tapi, gak bilang dimana tempatnya.” Johannes lalu beranjak dari duduknya. “Papa mau kemana?” “Papa harus memastikannya, Ma. Papa gak mau sampai terjadi apa-apa sama Luna. Papa pernah berjanji sama mendiang mamanya untuk selalu memastikan Luna baik-baik saja. Sepertinya, Papa mulai lengah kali ini.” Istri kedua Johannes yang bernama Melani itu ikut beranjak dari duduknya. “Luna sudah besar, Pa. Apalagi dia kan publik figur. Mama yakin, dia gak akan melakukan kesalahan yang akan mencoreng nama baiknya.” “Papa tetap akan memastikannya.” Johannes tetap melangkah pergi meninggalkan ruang tengah. Ia tak menyangka, dengan membebaskan putrinya, membiarkannya menjadi seorang artis, bahkan dengan sifat polosnya itu. Malah membuatnya harus hidup dalam kecemasan setiap harinya. Isabella Lunara—seorang gadis muda yang belum lama ini berulang tahun yang ke 21 tahun. Gadis yang sering dipanggil Luna itu, terlahir dari keluarga yang terbilang kaya raya. Ayahnya memiliki usaha yang bahkan bisa menghidupinya hingga tujuh turunan. Tapi, Luna tak merasa puas jika hanya menikmati harta kedua orang tuanya. Ia ingin menghasilkan uang dengan jerih payahnya sendiri. Dengan susah payah, saat Luna berusia 15 tahun, ia mati-matian membujuk ayahnya untuk mengizinkannya menjadi seorang artis. Johannes melarang Luna untuk menjadi seorang artis, karena ia masih sanggup untuk membiayai hidup Luna dan membelikan apapun yang Luna inginkan. Tapi, saat sang putri yang langsung sakit dan tak mau makan apapun—alias mogok makan, dengan sangat terpaksa Johannes mengizinkan Luna untuk bergelut di bidang keartisan. Tapi, Johannes seakan lupa, dengan sifat Luna yang polos dan manja itu. Putrinya itu akan dengan mudah dimanfaatkan oleh orang lain. Johannes kini mulai menyesali keputusannya. Tapi apalah daya, nasi sudah menjadi bubur. Sekarang nama putrinya sudah melalang buana di dunia entertainer. Sudah banyak film yang dibintangi oleh Luna. Luna bahkan menjadi model salah satu brand terkenal. Johannes menghubungi pengacaranya. Bagaimanapun ia butuh seorang pengacara untuk mendampingi putrinya itu. “Saya tunggu di kantor polisi sekarang. Pastikan kamu bisa menangani kasus ini dengan baik.” “Baik, Tuan.” Johannes mengakhiri panggilan itu, “lebih cepat,” ucapnya kepada supir pribadinya. “Baik, Tuan.” Sang supir menambah laju kecepatan mobilnya. “Mulai sekarang aku harus mempekerjakan seorang bodyguard untuk menjaga Luna. Aku sudah tak bisa membiarkannya terus seperti ini. Sebagai seorang publik figur, pasti ada juga yang tak suka padanya.” Johannes berbicara pada dirinya sendiri. “Thom, apa kamu mengenal seseorang yang bisa bela diri?” Thomas menatap spion yang ada di depannya. Menatap wajah sang majikan dari balik spion itu. “Ada Tuan. Dia tetangga saya. Kebetulan dia sedang mencari sebuah pekerjaan.” “Kamu suruh dia untuk datang ke rumah. Bilang juga padanya, saya akan membayarnya mahal, jika dia bersedia untuk menjadi bodyguard putri saya.” Thomas menganggukkan kepalanya, “baik, Tuan. Akan saya sampaikan kepadanya.” Tak berselang lama, mobil yang dikendarai Thomas dan Johannes, berhenti tepat di depan kantor polisi. “Kamu tunggu disini.” “Baik, Tuan.” Johannes lalu membuka pintu mobil dan melangkah keluar dari mobil. Menatap gedung berlantai dua yang ada di depannya. Papa yakin, Sayang. Kamu gak akan pernah melakukan hal seperti itu. Dengan langkah pasti, Johannes mulai melangkahkan kakinya menuju kantor polisi itu. Johannes langsung menemui kepala polisi di kantor polisi itu. Ia begitu terkejut saat melihat, sekiranya ada sepuluh gadis muda yang sedang duduk di kursi tunggu yang ada di ruangan itu. Tapi, Johannes sama sekali tak melihat adanya Luna di antara mereka. Salah satu anggota polisi menyuruh Johannes menuju ruangan Kapolsek. Johannes membulatkan kedua matanya saat melihat Luna sedang duduk di depan meja kerja polisi itu dengan seorang pria. Luna beranjak dari duduknya dan langsung menghampiri papanya. Memeluknya dengan erat. “Pa. Luna dijebak. Luna gak kenal siapa pria itu.” Johannes mengusap punggung putrinya, lalu melepas pelukannya. “Papa percaya sama kamu, Sayang.” Kepala Polisi itu mempersilahkan Johannes untuk duduk. Sedangkan Luna memilih untuk berdiri di samping kursi yang papa nya duduki. “Apa yang sebenarnya terjadi, Pak? putri saya Luna, tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Apalagi berita sudah menyebar kemana-mana, padahal semua itu belum pasti benar,” ucap Johannes. Kepala Polisi yang bernama Fajar itu mulai menjelaskan asal mula kejadian penggerebekan di salah satu hotel bintang lima. Ada seseorang yang menghubungi kantor polisi dan mengatakan akan ada salah satu artis yang akan melayani pelanggannya di hotel itu. Disaat itu juga, mereka memergoki Luna sedang berada di kamar itu dengan seorang pria yang bahkan hanya mengenakan handuk untuk melilit tubuhnya. “Tapi putri saya tidak mungkin melakukan hal seperti itu,” bantah Johannes. Kepala Polisi itu mengangguk mengerti, “putri anda dan saudara Agra juga sudah menjelaskan semuanya. Mereka memang tidak saling mengenal. Pria ini memang menginap di hotel itu karena habis menemui kliennya di hotel itu.” Kepala Polisi itu lalu menatap Luna, “sedangkan putri anda, mendapatkan pesan dari temannya untuk menemui sahabatnya di kamar hotel yang tak lain kamar milik saudara Agra,” lanjutnya. “Jadi, putri saya bisa terbebas dari tuduhan kan?” Kepala Polisi itu menganggukkan kepalanya, “semua bukti sudah didapatkan. Klien saudara Arga juga sudah menjelaskan tentang kebenaran keterangan saudara Arga. Sedangkan bukti pesan dari teman saudara Luna juga sudah dijadikan bukti.” “Tapi, masih ada prosedur yang harus diselesaikan sebagai jaminan agar tak terjadi kesalahan yang sama lagi,” lanjutnya. “Terima kasih, Pak. Pengacara saya akan mengurus semuanya. Terima kasih atas kerjasamanya dan bisa menegakkan kebenaran dan tak langsung mengambil keputusan.” Johannes menatap putrinya lalu tersenyum. Luna langsung memeluk papanya, “maafkan Luna, Pa,” ucapnya menyesal. *** Johannes mengizinkan Thomas untuk pulang ke kampung halamannya. Tentu saja untuk memenuhi seseorang yang akan diminta untuk bekerja sebagai bodyguard putrinya. Sesampainya di kampung halamannya, Thomas tak langsung ke rumahnya. Melainkan ke rumah pria yang ingin dikenalkannya kepada sang majikan. Thomas mengetuk pintu rumah yang terlihat sederhana itu. Tak berselang lama, pintu mulai terbuka dengan perlahan. Memperlihatkan seorang pria bertubuh kekar dengan tinggi sekitar 180 cm. Bahkan tinggi Thomas tak ada apa-apanya. “Paman Thomas! Mari silahkan masuk.” Pria itu mempersilahkan Thomas untuk masuk. Thomas melangkah masuk. Mendudukkan tubuhnya di sofa setelah dipersilahkan duduk. “Tumben Paman datang ke rumah saya. Ada apa ya?” “Lik...Paman ada tawaran pekerjaan untuk kamu. Apa kamu bersedia?” Pria yang bernama lengkap Arzan Ravindra Malik itu mengernyitkan dahinya. “Pekerjaan, Paman?” “Hem... bukankah kamu bilang kamu butuh pekerjaan waktu itu?” Malik menganggukkan kepalanya, “iya. Tapi, pekerjaan seperti apa yang Paman maksud?” “Apa kamu mau bekerja sebagai bodyguard?” Malik membulatkan kedua matanya, “bodyguard?” Thomas menganggukkan kepalanya, “majikan Paman sedang mencari bodyguard untuk menjaga putrinya. Kamu kenal artis yang sedang naik daun sekarang?” Malik menggelengkan kepalanya. “Kalau kamu mau menerima tawaran pekerjaan ini. Kamu akan menjadi bodyguard dari Nona Luna. Dia adalah seorang artis terkenal.” “Apa saya bisa melakukan pekerjaan itu?” Malik tampak ragu. “Dengan postur tubuh kamu. Aura dingin yang terpancar dari diri kamu. Kamu juga pandai bela diri. Paman yakin, kamu pasti sanggup mengemban tugas itu,” ucap Thomas sambil menepuk bahu Malik. Arzan Ravindra Malik. Seorang pria berhati dingin. Tapi, dengan Thomas, ia akan memperlihatkan sisi hangatnya. Berkat Thomas, ia bisa mendapatkan tinggal sekarang. Ia tak harus menjadi gelandangan, karena seluruh aset keluarganya habis untuk menutup hutang kedua orang tuanya yang sudah meninggal dunia. Thomas memang bukan keluarganya, tapi Malik sudah menganggapnya seperti keluarga. “Bagaimana? Apa kamu mau menerima tawaran Paman?” tanya Thomas lagi. “Apa saya masih bisa memikirkannya?” Thomas menganggukkan kepalanya, “Paman akan tinggal selama tiga hari. Sebelum Paman kembali ke Jakarta, kamu sudah harus mengambil keputusan. Kesempatan untuk merubah nasib kamu sudah ada di depan mata. Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang ada.” Malik mengangguk mengerti, “akan saya pikirkan, Paman. Terima kasih untuk tawarannya.” Thomas menatap sekeliling ruangan itu, “apa kamu di rumah sendirian?” Malik menganggukkan kepalanya, “dia sedang pergi ke pasar.” “Kamu juga harus minta izin padanya. Jika kamu menerima tawaran ini, kamu akan tinggal di kediaman Tuan Johannes.” Malik kembali menganggukkan kepalanya, “baik, Paman.” Thomas lalu beranjak dari duduknya, “kalau begitu Paman pulang dulu. Setiba di sini, Paman langsung menemui mu. Paman bahkan belum bertemu dengan anak-anak Paman.” Malik mengantar Thomas sampai di depan pintu rumahnya. “Sekali lagi terima kasih untuk tawarannya, Paman. Saya akan kasih jawaban sebelum Paman kembali ke Jakarta.” Thomas menganggukkan kepalanya, “Paman pulang dulu,” pamitnya lagi. Seperginya Thomas, Malik menutup pintu dan kembali masuk ke dalam rumahnya. Ini adalah kesempatan bagus untukku. Aku gak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Walaupun dia gak setuju, aku akan tetap pergi. Selama ini aku sudah memenuhi janjiku sama Mama. Tapi, karena amanah itu, hidupku seakan semakin tersiksa. Aku juga gak bisa selamanya memperlakukannya seperti ini. Tapi, dia seharusnya tau, kenapa aku sampai bersikap seperti itu padanya. Selama dua tahun ini, aku masih tetap bertahan. Aku bahkan selalu melakukan kewajiban ku selama ini. Ma... maafkan aku, jika aku gak bisa melakukan semua yang Mama minta. Tapi, aku sudah berusaha melakukan yang terbaik agar dia tak terlunta-lunta di jalanan. Aku juga sudah melakukan apa yang Mama minta, meski aku gak bisa mencintainya. Malik melangkah masuk ke dalam kamarnya, mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang, mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja yang berada di dekat ranjang. Malik membuka aplikasi galeri dan melihat foto dirinya bersama dengan almarhum kedua orang tuanya. Ma, Pa. Aku kangen kalian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD