bc

Dear Brielle

book_age16+
577
FOLLOW
2.2K
READ
goodgirl
doctor
comedy
bxg
humorous
campus
first love
love at the first sight
like
intro-logo
Blurb

"Hallo, kak Hans" gumam Brielle kala mata bulat miliknya menatap pria tampan tepat di depannya.

Namun kalimat sapaan itu tak pernah sampai di telinga sang dokter, semua gemuruh cinta di hati hanya Brielle pendam berharap suatu saat Hans sadar.

Tapi apa benar Hans punya insting bagai dukun untuk mengetahui perasaan Brielle?

Bagaimana kisah cinta manis antar seniman lukis dan dokter spesialis ginjal ini bisa bersatu bila keduanya sama-sama bungkam?

chap-preview
Free preview
Halo nona Anderson
   Malam ini aku sangat terkejut karena aku bisa bertemu dengan pria yang sangat ingin ku temui, bukan tapi lebih tepatnya aku sangat merindukan wajahnya. Pria di depanku ini punya wajah kalem dan tenang yang tak bisa ku jelaskan.    Semuanya terasa lebih hangat bila aku memandang wajahnya, senyum yang mengembang di kedua sudut bibirnya itu seakan mengatakan bahwa dia akan menghangatkan malam-malamku. Semua ini terjadi begitu saja, aku menatap sepasang mata indah itu spontan.    "Ma, sister, nanti temani Brielle bobok baren-" ucapku saat menikmati malam tujuh bulanan sister Cassandra.    Sorot mataku tak bisa beralih begitu saja lelaki berparas rupawan dengan badan bak atlet tengah berdiri tegap melihatku, aku terpaku seakan sorot mata itu seakan membiusku.    "Dia siapa, ma?" tanyaku pada mama, aku gugup setengah mati saat kedua mata itu melihatku.    "Dia temanku sekaligus dokter ahli ginjal yang menanganiku, Brielle. Namanya Hans" sahut sister Cassandra lembut.    "Halo nona Anderson, salam kenal. Aku Hans"    Pria yang telah mencuri hatiku selama beberapa bulan terakhir ini mengulurkan tangannya untuk menjawba tanganku. Apa aku sedang mimpi atau bagaimana, tangannya yang lebih besar dariku terasa lebih hangat dari tatapan matanya.    "Brielle"    ‘Apa ini mimpi? Apa aku masih bermimpi bisa bertemu dengannya lagi?’    Setelah berbulan-bulan aku mencari dirinya, ternyata dia ada di sekitarku dan menjaga kakak iparku dengan kekuatannya sebagai seorang dokter. Apa yang harus ku berikan padanya sebagai tanda terima kasihku telah menyelamatkan sister?    Apa kata terima kasih saja sudah cukup untuknya? Melihat wajahnya yang lebih kalem dari brother Bryan dan sikapnya yang lebih halus, pria ini tidak terlihat menginginkan harta duniawi.    "Hemm, sungguh malam yang indah ya" kata sister senang "Kamu juga berpikir demikian, Brielle?" tanyanya lagi.    "Kamu demam? Dari tadi kok Brielle diam saja, wajahmu memerah loh"    "Eh, enggak sister. Aku cuma kedinginan kok" jawabku bohong, aku menatap Hans yang masih berbincang dengan kedua orang tuaku.    "Benarkah? Aku khawatir loh"    "Iya, aku cuma-"    "Pakai ini, udaranya sangat dingin. Kamu bakal kena flu nanti" kata Hans.    Tiba-tiba saja pria ini mendekat sambil memakaikan jas berwarna putih miliknya pada tubuhku. Sebenarnya aku sama sekali nggak kedinginan, aku hanya terkejut ketika sister menegurku saat aku melamun tadi    Dan alasan konyolku itu membuat pria ini memakaikan jas berwarna putih tulang padaku, tapi jas yang dia kenakan begitu hangat di tubuhku.    “Dokter, aku nggak kedinginan kok. Lalau dokter yang malah kena flu bagaimana?”    "Pakai saja, aku nggak akan kena flu. Udara dingin seperti ini sudah biasa untukku. Kamu pakai saja ya, bahaya kalau gadis kecil sepertimu kena flu, hahaha"    'Gadis kecil, ya. Dia menganggapku sebagai anak kecil yang membutuhkan perlindungan ya’    Aku tidak bisa melupakan bagaimana Tuhan mempertemukan kami dalam cara yang konyol, sungguh itu pertemuan antar gadis kecil dan seorang pria dewasa yang sungguh aneh. Flashback sepuluh bulan yang lalu..    Malam itu paling bersejarah dalam hidupku, salah satu teman papa memintaku untuk menyumbangkan beberapa karya lukis terbaik yang pernah ku buat. Aku sama sekali tidak keberatan harus memberikan beberapa karyaku karena aku bisa membuatnya lagi.    Jujur saja aku senang sekali bisa menjadi salah satu seniman yang menyumbangkan karyaku pada pameran di balai kota, aku akan bersanding dengan seniman ternama di Negeri asalku. Papa dan mama mengirimku kuliah di Inggris jadi aku harus rela pulang demi menghadiri pameran bergengsi itu.    Tapi sayangnya malam itu aku terlambat datang ke pameran karena pesawat yang ku tumpangi delay beberapa jam lamanya. Aku harus menghias diri di mobil tanpa bantuan dari make up artis, papa dan mama pasti kecewa karena aku sudah sangat terlambat menghadiri pesta yang di selenggarakan temannya, sial sekali aku malam itu.    ‘Sayang, kamu dimana? Acara pamerannya sudah di mulai sejak tadi, banyak orang yang kagum dengan lukisanmu sayang’    Satu pesan dari mama malah membuatku panik, mobil yang mengantarku ke pameran terjebak macet di jalan. Setelah hampir satu jam lamanya aku terlambat, aku langsung berlarian ke dalam balai kota dimana pameran seniman di adakan.   Bruukk..   “Ooh, maafkan aku kak” pekiku saat aku berlarian ke dalam pameran dan menabrak punggung seorang pria.    Sialnya lagi aku membuat bajunya terkena tumpahan wine yang di pegangnya, setelan itu kelihatan mahal sekali tapi aku malah mengotorinya. Aku sangat berharap dia nggak akan marah padaku, astaga aku harus melakukan sesuatu pada jasnya.    “Maafkan aku, kak. Aku nggak sengaja nyenggol kakak tadi, aduuh baju kakak jadi kotor ini gara-gara aku” ucapku sangat menyesal.    Tak seberapa lama aku tertegun saat menatap wajahnya, pria di depanku ini memiliki mata lembut dan wajah kalem yang menenangkan. Sekian detik aku terdiam saat kedua sisi bibirnya mulai mengembang tipis, senyumnya sangat menawan!      “Nggak apa-apa kok, nggak banyak yang tumpah” sahut pria di depanku ini, dia tetap tenang walaupun aku sudah mengotori pakaiannya.    “Tapi baju kakak jadi kotor, padahal ini acara resmi tapi aku kotorin baju kakak. Maafkan aku kak, aku benar-benar nggak sengaja” ucapku tetap menyesal.    “Nggak apa-apa, haha. Jangan khawatirkan hal kecil seperti ini, aku bisa mengatasinya kok”   “Tapi kak,-“     “Nona, silahkan ke tempat penyambutan” belum sempat aku meminta maaf untuk pada pria menawan yag ku tabrak tadi.    Pegawai wanita ini terus saja menarik tanganku hingga ke panggung utama dimana seorang walikota sedang melakukan penyambutan pada para pengunjung. Harus ku akui acara ini sangat meriah karena di hadiri oleh orang-orang penting dan banyak artis tanah air yang datang.    Tapi tetap saja aku lebih mengkhawatirkan kondisi pria yang ku tabrak tadi, bagaimana jika dia marah padaku? Yang lebih menyedihkan aku tidak punya kesempatan untuk meminta kontak darinya, aku bisa saja membelikan dia setelan yang baru untuk menebus kesalahanku.    Aaah, bodohnya aku ini!    Acara yang aku nantikan ini seakan hambar sejak aku bertemu dengan pria tinggi dan menawan tadi, sambutan dari walikota dan banyaknya pujian yang aku terima seakan sirna dalam sekejab. Kok bisa pesonanya malah mengaburkan semua duniaku? Padahal aku sudah sangat bersemangat hadir dalam pameran ini.    Sambutan demi sambutan harus aku lalui demi menyenangkan mereka, papa pasti akan malu kalau aku sampai tidak hadir untuk melihat penyambuta rekannya. Tapi kalo boleh jujur, acara penyambutan ini makin lama makin membosankan sekali.    Yang lebih menyebalkan lagi panitia acara ini sengaja untuk membatalkan sambutan yang harusnya ku isi, ini sangat di sayangkan karena aku gagal memperkenalkan diri sebagai seniman yang lahir di tanah air.    “Sayang? Kamu sakit, kok dari tadi diam aja?” tanya mama sembari memegang keningku.    “Nggak ma, Brielle baik-baik aja kok”    “Kamu pasti kecapekan ya dari bandara langsung kemari, maafkan mama ya sayang. Lain kali mama dan papa nggak akan memberikan info dadakan begini, lain kali kita adakan pameran di hari kamu libur kuliah ya sayang”    “Hehe iya, ma”    Kedua tangan mama memelukku erat di malam yang dingin ini, namun aku menyadari dingin yang ku rasakan sama sekali tidak menembus kulitku. Pantulan wajah dari pria tadi terus saja menghantuiku, akankah aku bisa bertemu dengannya lagi di kemudian hari?    Oh ya, acara masih berlanjut hingga pukul satu malam! Ini artinya pria itu pasti masih berada di dekat sini, aku nggak akan menyia-nyiakan waktuku.    ‘Baiklah, aku akan minta maaf padanya dan mengganti setelannya sekarang juga’    “Mama, Brielle mau ke toilet dulu ya”    “Iya sayang, mau mama temani?”    “Enggak usah ma, Brielle kan bukan anak bayi lagi hehe”    Tangan mama kembali menyentuh kedua pipiku, “Bagi mama selamanya kamu gadis kecil kesayangan mama, sayang”    Aku tersenyum sembari melepaskan tangan mama dan beranjak ke toilet. Tidak, aku tidak ke toilet tapi aku menghampiri tempat dimana aku menabrak pria tadi. Aku berlarian kecil dan menabrak beberapa orang yang melihat takjub pada lukisan yang ku buat, mereka bahkan tidak menyadari bahwa akulah yang membuat lukisan yang katanya paling ikonik di pameran ini.    Nihil… aku tidak menemukan dia disana. Tentu saja dia pasti langsung ke toilet dan membersihkan pakaiannya yang kotor. Bodohnya aku kenapa berpikir sempit begitu!?    Aku tetap mencari pria tadi sampai keluar halaman, semua lorong-lorong pun sudah ku jelajahi namun tetap saja pria itu sangat suit di temukan. Kemana perginya dia, apa dia sudah pulang?    Aku yakin betul setelan yang di kenakan olehnya terbilang cukup mahal, dia pasti sangat kecewa karena kau mengotorinya. Wajahnya memang tidak menunjukkan kalau dia marah tapi aku tetap yakin kalau dia sangat kecewa.    Malam itu jadi malam paling berkesan untukku, bertemu dengan pria ramah yang sama sekali tidak marah saat aku melakukan kesalahan. Terlebih lagi pria itu punya garis wajah sempurna yang sangat menawan, bagaimana bisa dia tercipta sesempurna itu?    Tuhan, apa aku bisa bertemu dengan pria semacam itu lagi di dunia ini?    Bila di perkenankan, bolehkah aku bertemu dengannya sekali lagi saja? *****    Hari-hari  berlalu sejak pameran di balai kota berlangsung aka tetapi Brielle masih betah berada di rumah orang taunya. Brielle mencari banyak alasan agar tidak kembali ke London, alasannya hanya satu karena dia masih sangat penasaran dengan pria misterius berwajah menawan di malam pameran seni itu.    Brielle sengaja mencari bergaia cara untuk melihat wajah tampan itu lagi namun segala usahanya tetap gagal. Brielle hampir saja meminta papanya untuk merekrut beberapa orang dan melihat rekaman cctv malam itu, tapi usahanya akan terbongkar karena selama ini Brielle tak pernah bercerita apapun tentang pria pada keluarganya.    “Kemana lagi aku harus mencarimu, wahai oppa” gumam Brielle.    Ya benar, Brielle punya panggilan sendiri untuk pria misterius yang telah mencuri hatinya itu. Wajahnya yang tampan mulus putih bersih sebening bihun membuat Brielle tiba-tiba menjulukinya dengan sebutan oppa!    Hingga satu minggu berlalu semenjak malam mengagumkan itu, Brielle harus kembali ke Inggris untuk melanjutkan studinya. Papanya melarang Brielle untuk tetap berada di Indonesia karena Brielle hanya akan membuang waktu belajar.    “Apa, Ma!? Brother menikah hari ini juga? Mama jangan bercanda deh, brother nggak kasih tau apa-apa ke Brielle” teriak Brielle.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.1K
bc

My Secret Little Wife

read
97.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
102.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook