Antara Mimpi dan Kenangan.

1009 Words
Magica Mundi 2020 Begitu banyak tubuh manusia bergelimpangan, mereka sudah tak bernyawa, manusia-manusia itu tidak berdosa, saat ini sedang terjadi pertempuran antara Para Penyihir dan warga kota Wellton. “Jangan ada yang membunuh manusia," perintah King Cirus sambil bertahan dari amukan warga yang mencoba menyingkirkan para penyihir. Tetapi keadaan saat itu sungguh tak terkendali, begitu banyak warga yang tewas,padahal para penyihir tidak pernah bermaksud melukai warga, mereka hanya bertahan dan menghindar. Warga semakin murka dengan para penyihir,kini beberapa warga keluar dengan membawa senjata api, mereka menembak dengan membabi buta, beberapa penyihir tertembak, termasuk King Cirus, sesaat Sang Raja lengah ketika mengetahui Dandelion hampir tertembak, tanpa ia sadari bahwa peluru sudah menembus d**a nya. "Yang Mulia..." teriak Queen Aeghtselonia ketika mendapati suaminya bersimbah darah. Dandelion berdiri mematung, ia mendengar teriakan ibunya, tetapi tepat didepannya Aracelli berdiri sambil berpegangan di bahu Dandelion, gadis itu perlahan ambruk. Dandelion segera memeluknya agar tidak terjatuh, gadis itu juga bersimbah darah. "Ar..," panggil Dandelion hampir menangis. Aracelli hanya berusaha memegang wajah Dandelion, terlihat dari raut wajahnya bahwa begitu banyak yang ingin ia katakan tetapi tertahan. "Jangan menangis, lanjutkan hidupmu dan berbahagialah." ucap Aracelli begitu lemah, lalu gadis itu menutup matanya, ia sudah tidak lagi bergerak. "Ar..," teriak Dandelion lalu terbangun dari tidurnya, keringatnya bercucuran, nafasnya memburu dan tubuhnya gemetar. "Mimpi itu lagi." Ucap Sang Ratu yang rupanya sudah berada di samping Dandelion sejak tadi. Dandelion hanya menoleh kepada sang ibu tanpa menjawab, ia lalu menyeka keringatnya dan turun dari ranjang hendak ke kamar mandi. "Gadis itu mengkhianatimu, kenapa kau masih saja mengingatnya?" Tanya sang Ratu dengan kesal. Dandelion hanya melangkah pergi tanpa menjawab. Sesampainya di kamar mandi, Dandelion hanya berdiri di menatap kaca sambil berpegangan pada wastafel, ia merasa ibunya benar, ia merasa begitu marah pada dirinya sendiri karena tidak bisa melupakan Aracelli yang sudah begitu menyakitinya. Ia kembali mengingat hari dimana Aracelli memutuskan untuk pergi meninggalkannya. "apa kau bercanda?" tanya Dandelion saat Arraceli memutuskan untuk pergi dari istana, "itu sama sekali tidak lucu." "Aku serius," tegas Aracelli, "aku benar-benar ingin pergi dari sini, sudah kubilang aku tidak ingin lagi bersamamu, aku benar-benar sudah muak." ucapnya lalu bergegas pergi. Dandelion menghela nafas dalam-dalam, kenangan itu tidak kalah buruknya dengan kenangan saat Dandelion menyaksikan Aracelli tewas dipelukannya. * * * Wellton 2020 Di sebuah taman bunga dandelion, Jessica berlari dengan riang, ia merasa begitu bahagia. Kemudian, ia menengadah sambil merentangkan tangannya, merasakan hangatnya matahari dan menikmati setiap benih bunga kecil dandelion yang beterbangan tertiup angin dan menyentuh wajahnya, la memakai gaun berwarna marun dengan kerah sabrina dan rok yang menggembung sebatas mata kaki. Jauh di sana, seorang pria kekar berpakaian seperti seorang raja mengejarnya. "Te amo...," bisik seorang pria yang memeluknya dari belakang. Terasa jelas sekali, hangat dan harum aroma napasnya. Jessica tersenyum bahagia. Ia kemudian membalikkan badannya. Jessica membuka matanya dan terjaga, lagi-lagi, pada saat mimpi itu belum sempurna. "Aku belum melihat wajahnya," ucapnya gemas. Ini bukan pertama kalinya, setiap kali mimpi bertemu pria misterius itu, ia selalu terbangun di saat-saat terakhir. Padahal, hampir saja ia melihat wajah pria itu. Jessica Deaphenia Adna adalah gadis cantik dan periang. Ia cukup popular di kampusnya. Bukan hanya karena cantik,tetapi juga karena Jessica termasuk anak yang aktif dan pandai. Tetapi, gadis ini tidak akan membiarkan seorang pria pun untuk mendekatinya. Ia hanya menunggu seseorang yang benar-benar akan menaklukkan hatinya. Ia yakin, seseorang itu akan hadir dengan sosok yang sama seperti dalam mimpinya selama ini. Seorang pria yang tampan penuh karisma. "What?!" seru Jessica terbelalak, saat melihat jam di meja sudah menunjukan pukul delapan pagi. Setengah jam lagi,kelas akan ditutup rapat oleh Miss Ratna. Dosen bahasa Prancis yang masih melajang meski sudah berumur. Mungkin, itulah yang membuatnya menjadi perempuan yang sangat galak. Atau, karena sifatnya itu, maka tidak ada pria yang cukup berani untuk mendekatinya. "Haduhhh...," ucapnya menggaruk-garuk kepala hingga rambutnya semakin berantakan. Lalu, dengan cepat, Jessica melompat dari kasurnya. Ia segera mandi dan berkemas. Terlambat merupakan kebiasaan gadis ini. Setiap pagi, ia rutin lari pagi menuju kampus, mengejar bus, dan dipelototi dosen. Bahkan, ia sering diusir dari kelas karena terlambat. "Belum mulai?" tanya Jessica karena belum melihat Miss Ratna di kelas. "Hari ini, dia tidak datang. Ia hanya menitipkan tugas," jawab Fiola sambil memberikan selembar tisu dengan tatapan datar. "Kapan kau akan mulai memasang alarm pagi?" tanyanya sudah hampir bosan, atau mungkin sangat bosan. "Sudah kupasang. Aku mengaturnya jam enam pagi," jawab Jessica sambil bernapas lega. "Tapi beker itu tak membuatmu bangun?" tanya Dara heran. "Bangun," kata Jessica yakin, "tapi, setelah itu, tidur lagi." Dara dan Fiola memutar mata. "Kapan kau berubah, Jess?!" ucap Dara. Jessica hanya mengangkat bahu sambil tertawa ringan. "By the way, bagaimana dengan Justin?" tanya Fiola mengganti topik pembicaraan, menanyakan pendapatnya tentang salah satu pria yang mendekati Jessica. Jessica hanya mencibir dan mengangkat bahunya. "Kenapa?" tanya Dara. "Menurutku, dia lumayan pintar. "Kalau Michael?" tanya Fiola lagi, menyebutkan nama lain. "Mmm...," Dara mengangguk. "Dia tampan, tuh!" ujar Jessica dengan mulut penuh roti. "Ya sudah kalau begitu. Kalau Dira, bagaimana?" Fiola menyebutkan nama lain lagi. "Kalau yang itu, sangat kaya, kan?" kata Dara lagi. "Siapa yang memiliki ketiganya?" tanya Jessica. "Yang pintar, tampan, dan kaya. Ditambah baik hati juga penyayang." "Mana ada yang sempurna seperti itu!" rutuk Fiola. "Kalaupun ada, mungkin sangat langka di dunia ini." "Yah, kalau begitu, aku tunggu saja sampai menemukannya, ya!" jawab Jessica enteng. "Sampai kapan, Nona?" tanya Fiola. "Apa ada orang yang sangat sempurna seperti itu?" tambahnya. Jessica terkekeh. "Aku bercanda," ucapnya. Lalu kembali serius. "Aku hanya ingin seseorang yang benar-benar mencintaiku. Begitu melihatnya, aku tahu kalau dialah orangnya," ucapnya. "Hhemm..., oke, kami tunggu," ucap Dara. "Lagi pula, kita tidak harus mencari orang yang sempurna untuk dicintai. Tapi, lebih baik jika kita mau menerima kekurangannya dan menjadikan hubungan itu sempurna dengan sendirinya," ucap Jessica malah jadi melankolis. "Oke, oke. Sudah cukup bermelo-melo ria. Sekarang, ayo kita kerjakan tugas ini!" Fiola menyodorkan selembar soal yangh arus dikerjakan. "Uhm..., Jess, aku serius. Kau harus bisa mengubah kebiasaanmu itu. Kau benar-benar harus bangun lebih pagi, oke?!" kata Dara menasehati. "Ya, ya. Sepertinya aku harus mencari beberapa jam beker lagi," ujar Jessica menanggapi dengan malas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD