PEMILIK HATI

Eps. 2

Aku membalas senyum Alan tak kalah manis, kuberikan senyum terbaik ku.

"Kamu sudah mau pulang"

"tidak, aku mau kekantor karna aku tidak ada jam kuliah lagi hari ini"

"apa mau aku antar?" aku berfikir sejenak, rasanya lebih baik aku diantar supaya lebih cepat sampai

"boleh, apa tidak merepotkan"

"tentu saja tidak, kemudian aku dan Alan jalan beriringan menuju mobilnya, alan mempersilakan aku masuk dikursi depan samping kemudi supir. kemudian mobil Alan meninggalkan area kampus menuju tempt ku bekerja.

"Lin..." aku mentap Alan dari samping yang masih fokus pada stir nya

"ada apa Lan?"

"aku boleh tanya sesuatu"

"tanya saja Lan, kenapa sungkan"

"kamu sudah punya pacar"

"kenapa tanya begitu, kalau belum kenapa dan kalau pun sudah kenapa" jawab ku sedikit berkelit, kulihat Alan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

"yah...kalau belum berarti aku masih punya kesempatan, dan kalau sudah yah...aku terpaksa mundur" aku tersipu malu ku alihkan wajah ku keluar jendela agar tak terlihat oleh Alan.

"lin jawab dong, sudah/belum"

"sejujur nya aku emang belum punya Lan" kulihat Alan mengatakan yes sambil menggenggam satu tangannya.

"kenapa?"

"aku suka sama kamu Lin, apa kamu mau jadi pacar ku" deg...'yang ku tunggu tunggu akhirnya' batin ku tapi kenapa tidak ada rasa bahagia atau berbunga bunga ya dihatiku, aku malah mengingat ucapan kakakku tadi saat dimobil.

"Kok gak dijawab Lin, kamu mau kan" Alan meraih tangan kanan ku dan menggenggam nya erat 'd**a ku bergemuruh, tentu saja selama ini tidak ada yang berani menyentuhku selain saudara laki2 ku dan ayah. segera ku lepas genggaman nya, "maaf Lan aku tak biasa seperti ini" kulirik wajah Alan yang sedikit panik, mungkin dia merasa tidak enak telah menyentuhku.

"Aku yang minta maaf Lin, sudah lancang. maaf" ucapnya sekali lagi, aku hanya menganggukkan kepala, kemudian kami tak ada lagi saling bicara. sampai didepan kantor, aku berpamitan pada Alan dan tak lupa mengucapkan terimakasih, sebelum aku membuka pintu mobil, Alan menahan lengan baju ku yang membuat ku menoleh ke arah nya.

"Aku mohon kamu pertimbangkan ucapan ku tadi ya Lin, aku sungguh sungguh" ucapnya. aku tersenyum pada Alan

"iya, ini sedikit mendadak jadi biar kan aku berfikir dulu ya" jujur ku, Alan mengangguk dan kemudian membiarkan ku meninggalkannya.

Aku bergegas menuju lift berharap segera sampai di meja nya, aku butuh duduk saat ini. sampai di lift yang kebetulan kosong aku langsung menyandarkan punggung ku pada dinding, aku tarik nafas dalam seolah mencari pasokan udara lebih banyak.

Sampai di lt.12 aku langsung menuju meja ku, kulihat tumpukan naskah yang harus ku selesaikan hari ini, Resna menepuk pundak ku pelan.

"Hei...lo kenapa, itu naskah sudah menunggu jangan kebanyakan melamun" ucapnya sambil duduk dimeja sebelah ku yang hanya terhalang dengan kubikel pembatas, aku hanya tersenyum menanggapi nya. Resna benar, aku harus fokus karna banyak naskah yang harus ku periksa hari ini.

Tak terasa waktu begitu cepat, seperti biasa Resna menghampiri ku jika sudah jam makan siang.

"Lin, masih sibuk lo" aku hanya menggangguk kan kepala tanpa melihat ke arah Resna.

"Udah istirahat dulu aja, kita cari makan siang dulu" aku menutup naskah yang ku pegang dan tak lupa meng save nya terlebih dahulu.

"Mau makan diman?"

"kita ke ayam geprek depan aja giman?" aku mengangguk setuju

"okeh..." jawab ku sambil berdiri.

"pada mau makan ya?" Dimas menghampiri ku dan Resna, Dimas satu satunya sahabat kampus ku yang ikut bekerja disini beda nya Dimas bekerja full time jadi jika dikampus kami jarang bertemu selain hari sabtu dan sesekali jika kami kuliah sampai jam 5 sore.

"Iya" jawab ku serentak dengan Resna

"gue ikutan dong"

"ya udah yuk" aku mengajak, kami pun menuju tempat yang dimaksud.

Ketika sampai dilobi kami berpapasan dengan Sarah salah satu karyawan didevisi conten, ya...hidupnya pun penuh dengan konten jika dibilang. aku tak tau kenapa dia seperti membenci ku saja setiap bertemu menatap ku dengan aura permusuhan, tapi tak pernah ku hiraukan menurutku itu tidak penting.