Eps. 3

1148 Words
Jam makan siang adalah waktu yang ditunggu tungu bagi karyawan MG Entertaiment karna di jam inilah mereka bisa dengan bebas bersenda gurau sambil makan dan merileksasi otak yang mulai kusut akibat pekerjaan. Begitu juga yang dirasakan oleh Alin dan teman teman nya. "Eh...Lin, gue heran deh, jika gue perhatiin ni ya si Sarah kalau ketemu lo ko ngeliat nya kaya gitu ya" aku menatap Resna bingung. "Maksud lo, kaya gitu gimana?" tanya ku sambil melahap makanan ku "tau nih, ngomong tu yang jelas Res" Dimas pun ikut bingung Ku lihat Resna menelan makanannya sedikit cepat "emang lo gak merhatiin gitu, si centil natap lo horor tau gak Lin" aku hanya mengangguk, jujur saja aku menyadari itu tapi aku memang tak pernah pusing memikirkannya. Bukan hanya malas memikirkan aku pun tak ingin mencari masalah dan kalau pun Sarah yg tidak menyukai ku aku pun tidak peduli selama dia tidak mengusik hidup ku. "Gue ngerasa sih, tapi yah...biarin ajalah kan gue gak ada ganggu dia" jawab ku cuek "masak sih Res, ko gue gak ngeh ya" Resna pun memutar bola mata nya jengah, mungkin karna Dimas laki laki jadi memang tak pernah memperhatikan hal kecil seperti itu berbeda dengan Resna tipe yang selalu kepo dan selalu paling sadar perubahan kecil apapun diantara kami. "Iya beneran tau, lo nya aja gak meratiin. jangan jangan dia cemburu Lin sama lo" aku mengerutkan kening ku bingung. "apa yang dia cemburuin dari gue?" Resna memonyongkan bibir nya menunjuk Dimas, aku dan Dimas pun saling tatap karna bingung. "Lo be dua emang gak tau atau pura pura gak tau sih?" kesal Resna "apaan sih Res, yang jelas deh kalau ngomong gak usah pake teka teki gini" cerocos Dimas "tau nih, gue udah pusing nih jangan ditambah pusing lagi" "gini lo Lin, Dim, ini sih prediksi gue ya. kemungkinan dia cemburu sama lo karna lo deket sama Dimas kalau dari pantauan mata gue nih ya dia itu suka sama Dimas" Dimas tersedak mendengar ucapan Resna yang menurut nya tidak masuk akal. "Ngaco lo, mana mungkin dia suka sama gue" "tapi bisa jadi sih Dim, dia kalau ngomong sama lo kan lembut banget" ucap ku membenarkan ucapan Resna. Dimas menyelesaikan makan nya dengan cepat lalu meminun air nya. "Udah ah, males gue ikut mikir beginian. gue masih ada kerjaan gue duluan ya" Dimas pun berlalu meninggalkan kami dan tak lupa membayar makanan nya tentu saja sekalian membayar makanan ku dan Resna. ** Ku lirik jam tangan ternyata sudah jam 4 sore, harus nya aku sudah pulang namun karna naskah yang kukerjakan harus dicetak besok pagi mau tak mau aku harus menyelesaikannya hari ini. Aku masih sibuk berkutat dengan komputer sementara, Resna dan Dimas sudah lebih dulu meninggal kan ku. Kring...kring...kring... Ku lirik layar ponselku, ternyata Kak Bima. pasti dia hanya akan menanyakan ku pulang jam berapa. Aku enggan mengangkat panggilannya, ku biarkan sampai nada nya berhenti berdering. Tak lama kemudian kembali berdering, kali ini kulihat nama Panji disana, pasti hal yang sama yang akan ditanyakan nya pada ku. Lagi lagi aku enggan mengangkat nya. Aku kembali fokus pada pekerjaan ku, namun tak berselang lama ponselku kembali berdering, ku lirik ternyata Ayah yang menelpon. Aku menghela nafas kasar 'haduh...bisa gawat kalau sampai tidak kuangkat telpon dari Ayah' gumam ku sambil menekan tombol hijau. "Assalamualaikum Ayah" "Wa'alaikum salam, apa kamu masih ingin terus bekerja Alin" terdengar suara tegas Ayah, aku mengerti maksud nya berbicara seperti itu pasti karna aku belum pulang pikirku. "Iya ayah, ini sebentar lagi mau pulang" jawab ku sedikit kesal, namun masih dengan nada yang sopan "jika bekerja membuat mu melupakan jam untuk pulang kerumah, lebih baik kamu tidak usah bekerja" ucap Ayah yang masih sedikit marah "iya maaf, sebentar lagi Alin pulang" "ya sudah kalau begitu, Bima akan menjemput mu" "iya ayah" ku dengar nada panggilan terputus dari Ayah, aku menghela nafas sekali lagi. 'Kapan sih 3 pria ini bisa melepaskan ku untuk hidup mandiri' gumam ku, namun kemudian aku melanjutkan pekerjaan ku yang hanya tinggal sedikit lagi. Sekitar 30 menit kemudian hp ku kembali berdering, terlihat nama kak Bima disana 'pasti dia sudah sampai' batin ku, beruntung pekerjaan ku selesai jadi aku bisa pulang dengan tenang. Aku mengemasi meja ku setelah terlihat rapi aku buru buru menuju lift untuk turun. Sampai dilobi, aku sudah melihat Kak Bima yang bersandar di samping mobilnya diparkiran, aku sedikit berlari menuju Kak Bima. "Apa sudah lama" "belum, ayo masuk kita pulang sebelum Ayah betul betul menyuruh mu berhenti bekerja" ucap Kak Bima sedikit terkekeh kecil, aku hanya mengangguk kemudian bermaksud membuka pintu untuk duduk disamping kemudi, tapi baru saja akan ku buka Kak Bima membukakan pintu penumpang. "Kamu duduk dibelakang saja, ada teman ku didepan" aku mengangguk kemudian masuk kedalam mobil, aku lihat ada seorang pria duduk didepan namun wajah nya tak terlihat, dari aroma parfum nya saja sudah enak, pasti dia orang yang tampan pikirku. Kak Bima melajukan mobilnya dalam diam dan sesekali berbincang dengan pria disebelah nya, terdengar suara barito nya yang maskulin, entah kenapa aku penasaran seperti apa wajah nya ku lirik spion yang berada diatas kepalanya, hanya terlihat matanya saja dan secara tak sengaja dia juga melihat kearah spion yang sedang ku tatap. mata nya jernih, tajam namun terlihat teduh. aku langsung mengalihkan pandangan ku, karna sedikit malu seperti orang yang tertangkap basah sedang mencuri pandang. Tak berselang lama mobil Kak Bima sudah terparkir di halaman rumah ku, ku lihat Ayah sudah menunggu kami didepan pintu. aku keluar lebih dulu dan diikuti Kak Bima bersama temannya. "Assalamualaikum Yah" sapa ku sambil mencium punggung tangan Ayah "waalaikum salam" ucap nya ketus "duduk dulu, Ayah mau bicara" aku hanya menurut karna jika membantah sudah pasti Ayah akan murka. Kak Bima pun ikut masuk diikuti pria tadi tentu saja setelah menyalami Ayah. Setelah kami duduk aku baru bisa melihat wajah pria yang tadi bersama kami di mobil, aku terpana sejenak melihat betapa sempurna nya ciptaan tuhan pada mahluk ini, apakah dia manusia? batin ku. Kak Bima berdeham menyadarkan ku. "Ehmm..." "Kenalin Rai, ini Alina adik perempuan ku satu satu nya" Kak Bima mengenalkan sahabat nya pada ku, Rai mengulurkan tangan nya pada ku dan aku pun menyambut nya seraya tersenyum. Kemudian ayah duduk diantara kami, "Alina...jika kamu tak bisa pulang tepat waktu sebaik nya berhenti saja kerja" ucap Ayah tajam. "Kan baru juga jam 5 Yah, lagian Alina kan sudah pulang dengan selamat" ucapku membela diri "kalau hari ini kamu pulang jam 5, besok lusa pasti kamu akan pulang terlambat lagi" aku hanya menghela nafas. "Sudah lah Yah, Alina kan tidak apa apa" ucap Kak Bima membela ku "Ayah tenang saja, aku akan pastikan Alina akan selalu selamat sampai kerumah" tambah Kak Bima meyakin kan Ayah, ku lihat Ayah hanya mendengarkan namun tak berniat memarahi ku lagi. Karna merasa sudah selesai akhirnya aku berpamitan pada Ayah untuk masuk kekamar, jujur saja aku lelah sekali ingin segera mandi rasa nya supaya lebih segar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD