Awal Bencana

1237 Words
Nenek sangat terkejut mendengar perkataan Yuvi barusan. Ia masih terpaku di bibir pintu mengingat kalimat terakhir dari cucu laki-lakinya itu. "Apa yang sebenarnya terjadi pada Nisha?" tanya nenek semakin mendesak mereka. Mereka terdiam melihat ke arah nenek, termasuk Nisha yang tampak menundukkan pandangannya sambil menitikkan airmata. Nenek lalu mengalihkan pandangan kepada Nisha yang terlihat menangis. Wanita tua itu lalu mendorong kursi rodanya perlahan mendekati tempat tidur Nisha. "Apa yang kalian sembunyikan dariku? Cepat katakan!" "Nenek, tidak ada apa-apa. Nisha hanya demam biasa," sergah Yuvi mencoba menyembunyikan hal itu dari nenek. Nenek lantas tidak langsung percaya begitu saja. "Tidak, tidak. Kau berbohong!" cetus nenek dan menatap Nisha dalam. "Menanam benih yang kau maksud itu mengandung? Apa kau sedang mengandung anak seseorang?" Pertanyaan nenek membuat Nisha terbungkam namun ia kembali menangis di pelukan Shiv. Wanita tua itu mengerti dengan kebungkaman Nisha, ia menghela nafas dengan rasa putus asa. "Ya Dewa, cobaan apalagi yang akan kau berikan pada keluarga ini?" keluh nenek sambil menyesali hidupnya yang penuh luka akhir-akhir ini. Nenek lalu menangis karena merasa kecewa dan pasrah dengan cobaan yang menimpa keluarganya. Namun, karena terlalu shock dan juga faktor usia yang sudah tua membuat penyakit jantung nenek menjadi kambuh. "Aaaaakkh!" rintih nenek memegang dadanya yang terasa sesak. "Nenek!" Shiv, Yuvi dan Nisha terkejut melihat kondisi nenek yang tiba tiba drop. Nenek tidak sadarkan diri bersandar ke kursi rodanya. Beberapa waktu kemudian, Mereka membawa nenek ke rumah sakit untuk mendapata penanganan lebih cepat. Mereka tidak ingin ambil resiko kalau menunggu Dokter Kashi kembali. Kondisi Nisha yang tidak sehat membuat dia tidak bisa ikut menemani nenek ke rumah sakit. Namun, ia tetap berdoa untuk kesembuhan wanita tua itu. Di sisi lain, nenek masih belum sadarkan diri, sedangkan Shiv dan Yuvi menunggu keadaan nenek membaik di luar ruangan. "Yuvi, kau jaga nenek di sini, aku akan segera kembali," ucap Shiv sembari hendak melangkah pergi. "Kau mau ke mana, Kak?" sela Yuvi hingga Shiv menghentikan langkahnya sejenak. "Aku akan membuat perhitungan dengan lelaki b******k yang telah merusak kehormatan Nisha," jawab Shiv dengan penuh amarah. "Aku akan ikut bersamamu," "Tidak! Kau harus menjaga nenek di sini, kabari aku segera kalau ada perkembangan dari kesehatan nenek," ucap Shiv mencegah niat Yuvi untuk ikut bersamanya. Shiv lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Yuvi. Yuvi terpaksa menuruti perkataan Shiv, ia hanya bisa memandangi kepergian kakaknya itu hingga hilang dari pandangan. Yuvi lalu merogoh sakunya untuk mengeluarkan ponselnya, ia berniat menelpon seseorang untuk membantu Shiv di sana. Ia melakukan itu hanya berjaga-jaga melindungi kakaknya dari hal-hal yang tidak diinginkan. "Hello, Kak Nitin," "Yuvi, apa kabarmu?" "Sedang tidak baik, Kak. Kakak, aku butuh bantuanmu," sergah Yuvi kemudian. "Apa?" Setelah menceritakan kejadiannya, Yuvi lalu mematikan ponselnya. Ia baru sedikit merasa lega karena Nitin, sahabat Shiv segera meluncur ke tempat yang Shiv tuju. Yuvi kembali duduk dan berdoa agar tidak terjadi sesuatu dengan kakaknya Shiv. Sementara di sisi lain, Shiv mendobrak pintu rumah lelaki yang telah merenggut kesucian adiknya. Namun di sisi lain lelaki tersebut tidak mendengar suara dobrakan keras dari bawah karena tengah asyik mencumbui kekasihnya di dalam kamar. Shiv melihat sekeliling ruangan, suasana tampak sepi dan remang-remang. Hanya ada sedikit cahaya dari lampu teras yang menerangi ruangan itu. Shiv lalu berjalan menuju lantai atas hendak menuju kamarnya. Tanpa pikir panjang, Shiv kembali mendobrak pintu kamar tersebut sehingga membuat sepasang kekasih itu terkejut dan membuat cumbuan mereka terhenti sesaat. Melihat suasana seperti itu membuat suasana hati Shiv semakin memanas. Di satu sisi adiknya tengah mengandung anak lelaki b******k itu sedangkan lelaki tersebut sedang asyik bercinta dengan gadis lain. "Siapa kau?" teriak lelaki itu. Wanita yang bersamanya tadi sontak memakai sweater-nya kembali tatkala melihat kedatangan Shiv. Shiv mendekati lelaki itu dan langsung mencengkeramnya dengan kuat. Tanpa basa basi Shiv mendaratkan pukulan ke rahang lelaki tersebut. BUUUGGGHH! BUUUGGGHH! Lelaki tersebut tersungkur karena tidak sempat memberikan perlawanan balik. Merasa belum cukup puas Shiv meraih tubuh lelaki itu kembali dan memberikan dia pukulan lagi. BUUUGGGHH! Saat akan mendaratkan pukulan ke arah wajahnya, lelaki tersebut menangkis pukulan Shiv dan membalas balik. BUUUGGGHH! Tidak terima dengan balasan pukulan lelaki itu, Shiv bangkit dan menendang bagian d**a lelaki tersebut. "Berani-beraninya kau melakukan hal itu pada adikku," teriak Shiv sambil mencengkeram lelaki itu. Bukannya merasa bersalah, lelaki tersebut malah tersenyum menatap sorot mata Shiv yang tajam. "Di sana adikku menderita sedangkan kau di sini malah asyik mencari mangsa lain dengan merenggut kesucian mereka," hardik Shiv sambil memberikan tamparan pada lelaki itu. "Kenapa kau hanya menyalahkan aku? Adikmu sendirilah yang mau memberikan tubuhnya padaku," balas lelaki itu sehingga membuat darah Shiv mendidih. Ia meraih tubuh lelaki itu dan menyeretnya ke luar dari kamar. "Dasar lelaki b******k!" Shiv menyentakkan lelaki itu hingga ia terjerembab ke arah tangga. "Tanyakan sendiri pada adikmu, kenapa dia mau menyerahkan dirinya padaku. Aku hanya lelaki biasa, siapa pun pasti tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas seperti itu," "TUTUP MULUTMU!" Shiv kembali menendang perut lelaki tersebut. Lelaki tersebut sepertinya tidak mengenal rasa sakit dari pukulan-pukulan yang diberikan Shiv, ia hanya menanggapinya dengan senyuman. Shiv sangat urka melihat ekspresi wajahnya yang melempar senyuman, ia pun berniat untuk menghabisi lelaki tersebut. "Akan kubunuh kau!" Saat kedua tangan Shiv hendak mencekik leher lelaki tersebut, Nitin sampai di sana dan mencoba untuk menghentikan tindakannya itu. "Shiv, apa yang kau lakukan?" cegah Nitin mencoba melepaskan tangan Shiv yang sudah melingkar di leher lelaki itu. "Shiv, lepaskan dia!" "Aku akan menghabisinya sekarang juga!" teriak Shiv semakin memperat cekikannya. Lelaki tersebut hampir kesulitan bernafas. Nitin mulai panik karena merasa tidak bisa menghentikan tindakan Shiv. "Shiv, hentikan! Kalau sampai dia mati kau sendiri yang akan susah," ucap Niti ln memberikan pengertian. "Kau bisa di penjara seumur hidup karena melenyapkan nyawa seseorang. Siapa yang akan menjaga nenek dan kedua adikmu kalau kau di penjara, Shiv." "Hentikan, Shiv!" Nitin berusaha terus melerai. Shiv terbayang sosok nenek yang terbaring di rumah sakit serta Nisha yang saat ini tengah mengandung. Shiv melepaskan cekikannya sehingga lelaki itu dapat bernafas lega kembali. "Kau harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu terhadap adikku," Lelaki itu tersebut mengatur pernafasannya kembali. "Aku ...tidak akan pernah ...mempertanggung jawabkan perbuatanku pada adikmu ...karena ini ...bukan kesalahanku sepenuhnya. Kami melakukannya atas dasar suka sama suka," jawab lelaki itu terengah-engah dan mengembangkan senyuman tipisnya. "Apa kau bilang?" "Lebih baik aku mati daripada menikahi adikmu, kau paham?" cetus lelaki yang sudah hampir tak berdaya itu dengan ekspresi licik. "KAU!" "Shiv, jangan lakukan itu, sudah cukup! Dia sengaja memancing emosi agar kau bertindak lebih jauh lagi terhadapnya," sergah Nitin mencegah Shiv yang akan bersiap memberinya pukulan lagi. Shiv menjadi kewalahan dan juga hampir putus asa dalam menghadapi sikap lelaki tersebut. "Sebaiknya kita pergi dulu, kita akan pikirkan cara lain untuk menghadapinya nanti!" ucap Nitin mengajak Shiv pergi. Shiv merasa enggan membiarkan lelaki tersebut bebas begitu saja. Nitin menarik badannya untuk segera membawa Shiv pergi dari sana. "Hei, kalau kalian tidak menginginkan anak itu, kalian bisa melenyapkannya. Kalau perlu dengan ibunya sekalian heheeehh!" celetuk lelaki itu sambil tertawa kecil. Shiv menghentikan langkahnya seketika. Dengan mengepal tangannya menahan amarah, Shiv kembali berbalik dan menatapnya tajam. Pria itu menyeringai tersenyum ke arahnya. "DASAR KAU b******n!" teriak Shiv dan memberikan tendangan keras hingga membuat lelaki itu pingsan seketika. Setelah merasa puas memukuli lelaki tersebut, Shiv dan Nitin kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan lelaki itu. Saat Shiv mencapai mobilnya, telponnya berdering. Ia melihat panggilan dari Yuvi. "Hello, Yuvi! Apa ada kabar tentang nenek?" "Iya, Kak. Cepatlah ke mari! Nenek sangat kritis," ucap Yuvi dengan nada menangis. Shiv terperangah dan tanpa pikir panjang dia dan Nitin langsung melajukan kendaraannya menuju Rumah Sakit.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD