Permintaan Nenek

1314 Words
Shiv dan Nitin langsung melaju menuju Rumah Sakit setelah mendengar kabar terakhir dari Yuvi. Perasaan Shiv semakin gelisah karena takut terjadi sesuatu pada neneknya. Sesampai di sana, Yuvi terlihat cemas dan raut wajahnya tampak sedih. "Bagaimana keadaan nenek?" tanya Shiv saat sampai di depan Yuvi. Raut wajah Yuvi sedih, ia menyeka air mata di sudut matanya. "Dokter mengatakan keadaan nenek sudah sangat serius," ujar Yuvi menahan perasaan sedihnya. "Nenek ingin bertemu denganmu untuk terakhir kalinya," lanjut Yuvi sembari memalingkan wajah sedihnya. "Apa?" Shiv yang mendengarnya tampak shock. Ia bergegas ke dalam untuk menemui sang nenek. Wanita tua itu terbaring lemah dengan selang oksigen terpasang di indera penciumannya. Shiv lalu mendekati nenek dan duduk di samping tempat tidur wanita tua itu. Perlahan Shiv meraih tangan wanita yang telah keriput itu. "Nenek," ujarnya pelan. Perlahan nenek membuka kedua matanya karena merasakan sentuhan dari cucunya itu. Walau masih merasa lemah, nenek Anjum mencoba membuka bibirnya untuk mengatakan sesuatu. "Nenek," panggil Shiv lagi dengan raut wajah sedih. "Shiv," tangga nenek lemah. Suasana tampak hening. Nenek mencoba untuk menyampaikan sesuatu. "Nenek, aku," "Shiv," sergah nenek memotong perkataan cucunya. "Aku merasa hidupku tidak akan lama lagi," lanjut nenek. "Kenapa Nenek berkata seperti itu?" pungkas Shiv semakin cemas. "Karena aku dapat merasakannya." Shiv merasa sangat sedih mendengar ucapan nenek tersebut. Ia sangat takut bila harus ditinggal sang nenek. "Aku ingin kau menjaga adik-adikmu dengan baik. Kau harus melindungi mereka, jangan lengah!" ucap nenek walau masih terasa berat bibirnya untuk berkata. "Hanya saja aku memiliki satu permintaan kecil padamu." lanjut nenek kembali membuat Shiv seperti tidak siap untuk mendengar kelanjutannya. Shiv terdiam sejenak. "Semua yang terjadi pada keluarga kita sejak beberapa bulan terakhir ini adalah sesuatu yang membuat kita untuk merenungi diri. Kau ingat dengan gadis itu?" lanjut nenek hingga membuat Shiv mengangkat wajahnya menatap nenek. "Dewa telah mengabulkan doa dari gadis itu. Keluarga kita saat ini telah diuji, kaulah yang harus menghentikan kutukan itu." Shiv kembali terbayang dengan sosok Tara yang memaki dan memberinya tamparan keras waktu itu. Shiv merenungi perbuatannya yang buruk terhadap Tara. "Nenek, aku," "Aku tau kau melakukan itu hanya untuk membalaskan rasa sakit hatimu karena dia telah menghinamu. Tapi, Nak, itu semua bukanlah kesalahannya. Kaulah yang telah berbuat salah dan membuat masa depan gadis itu menjadi hancur." Nenek mencoba menarik napasnya perlahan karena ia merasa sedikit sesak di dadanya. "Sebelum semuanya terlambat carilah gadis itu dan minta maaf padanya!" ungkap nenek sambil melipat kedua tangannya. Shiv merasa bersalah melihat apa yang dilakukan nenek. Nenek rela memohon untuk kesalahan yang ia lakukan. "Pergilah temui gadis itu, Nak! Kau harus meminta maaf kepadanya. Aku berharap setelah kau meminta maaf, nasib buruk yang menimpa keluarga kita saat ini akan hilang." "Nenek, aku ...aku minta maaf untuk semuanya," "Jangan meminta maaf padaku, Nak! Permintaanku hanya itu, kau harus memperbaiki semuanya!" ucap nenek lalu meraih tangan Shiv dan menggenggamnya. "Berjanjilah kau akan mengabulkan permintaan terakhirku!" Shiv semakin bimbang, disatu sisi ia merasa enggan untuk melakukannya namun di sisi lain ini adalah permintaan terakhir dari neneknya. Shiv membalas pegangan erat tangan nenek dan berkata, "aku berjanji, Nek. Aku akan mencarinya dan akan meminta maaf padanya." ungkap Shiv dengan penuh keyakinan. Setelah Shiv menerima janji dari nenek, seketika genggaman tangan nenek menjadi longgar hingga tanpa sadar tangan wanita tua itu terjatuh ke samping badannya. Shiv terkesiap dan tidak dapat berkata apa-apa saat itu. Nenek yang selama ini menemani kehidupannya kini telah pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Shiv menatap wajah nenek yang pucat dan diam membisu. Tanpa terasa air matanya menggumpal dan menetes di pipinya. Seketika Shiv mengingat kejadian dan tindakan buruk yang ia lakukan. Ia pun menyadari bahwa semua hal buruk yang menimpa keluarganya karena perlakuan buruknya terhadap Tara. Shiv memicingkan kedua matanya dan membiarkan air mata terus membasahi pipinya. Shiv menarik napas dalam dan mengeluarkannya. Perlahan ia beranjak dari kursinya dan melangkah ke luar dengan raut wajah kosong. "Kakak!" Yuvi menegurnya saat melihat kemunculan Shiv di bibir pintu. "Kakak, apa yang terjadi? Bagaimana keadaan nenek?" tanya Yuvi karena heran melihat wajah Shiv tanpa ekspresi. Shiv tak menjawab pertanyaan Yuvi, ia terus menatap kosong dengan wajah masih basah karena menangis. Tanpa pikir panjang, Yuvi bergegas masuk ke dalam ruangan untuk memastikan keadaan nenek. Shiv masih terdiam membisu, Nitin menghampirinya dan merengkuh lengan sahabatnya itu untuk menghiburnya. Ia sadar bahwa telah terjadi sesuatu yang buruk kepada Nenek Anjum sehingga mimik muka Shiv sangat berbeda. Di sisi lain, Nisha yang sedang terbaring karena masih lemah, terbangun saat mendengar suara telpon berdering. Ia menguatkan tenaganya untuk bangun karena ia yakin itu panggilan dari Shiv atau Yuvi yang akan mengabari tentang kondisi nenek. "Hello!" Seketika ekspresi wajah Nisha berubah sedih. Tak terasa air matanya juga ikut ke luar karena tak kuat menahan rasa sedih dan kehilangan. Ia meletakkan gagang telponnya kembali. Nisha menangis sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia sangat merasa bersalah, karena ulahnya penyakit nenek menjadi kambuh hingga membuat ia meninggal. "Nenek maafkan aku hiks hiks hiks!" Tangisnya sesegukkan. *** Keluarga Rathore dirundung duka, namun disela kedukaan mereka, mereka juga harus dihadapkan pada permasalahan Nisha. Lelaki yang telah menghamili Nisha melaporkan Shiv ke Polisi atas tuduhan penganiayaan. Keluarga lelaki tersebut tidak terima atas tindakan yang telah dilakukan Shiv terhadap putra mereka malam itu. Di persidangan, "Yang Mulia, pria ini telah memberikan tuduhan tanpa bukti terhadap klienku serta melakukan tindakan penganiayaan yang hampir merenggut nyawanya," pungkas pengacara keluarga lelaki itu. Shiv berdiri di depan hakim sembari menahan amarahnya. Lelaki tersebut menatap Shiv sambil melemparkan senyuman licik kepadanya. Berbagai tuduhan dan pembelaan terdengar di dalam persidangan tersebut. Namun, karena kurangnya bukti-bukti, Shiv tidak dapat membuktikan lelaki tersebut bersalah. Pihak lelaki itu telah menyusun rencana yang matang untuk mengalahkan Keluarga Rathore di persidangan, dan benar saja Shiv kalah di persidangan itu. "Karena pihak penuntut tidak dapat membuktikan tuduhannya terhadap terdakwa, maka Pengadilan memutuskan untuk membebaskan terdakwa dari segala tuduhan, serta penutut harus membayar ganti rugi karena telah melakukan tindakan penganiayaan yang tidak mendasar terhadap terdakwa sebesar 2 lakh Rupee." Tok tok tok Shiv putus asa karena tidak mendapatkan keadilan. Nisha hanya bisa menangis karena nasib buruk yang menimpanya. Yuvi berdiri di sampingnya sambil merengkuh lengan adiknya itu. Saat berjalan meninggalkan pengadilan, langkah Keluarga Rathore terhenti karena sosok lelaki itu kembali memghadang mereka. Ia tersenyum bahagia melihat wajah Shiv dan yang lainnya tertunduk kecewa. "Bagaimana? Apa kalian cukup puas dengan permainanku?" tanya lelaki itu tersenyum lebar. Shiv dan yang lainnya hanya diam tanpa menghiraukannya. "Oh, jangan lupa kirimkan 2 lakh Rupee ke rumahku. Kalian tau 'kan apa akibatnya jika kalian tidak mengirimkannya?" Tanya membalas satu kata pun Shiv melanjutkan langkahnya kembali, begitu juga dengan Yuvi dan Nisha. "Hei! Selamat akan memiliki anggota keluarga baru! Carikan sosok ayah yang baik secepatnya untuk anak itu atau kalau kalian tidak menginginkannya kalian bisa membuangnya atau melenyapkannya." Sorak pria itu dengan nada yang cukup keras sehingga perhatian semua orang jadi beralih pada Shiv dan kedua adiknya yang sedang berjalan. Pria itu terus tertawa licik sembari menatap kepergian keluarga Rathore. FLASBACK OFF "Paman, Paman!" panggil Rohan sambil menggoyangkan badan Shiv yang kekar. Shiv sontak terkesiap dan membuyarkan lamunan di masa lalunya. "Kenapa Paman melamun? Ayo kita temui Bu Guru, ruangannya di sebelah sana," ungkap Rohan kembali. "Ii-iya, ayo!" Shiv kembali berdiri dan melanjutkan langkahnya bersama Rohan. Shiv mengusap kepalanya sejenak karena mengingat masa lalu yang begitu pahit. "Ini ruangan Bu Guru," Shiv dan Rohan berhenti di depan sebuah ruangan yang bertuliskan Kepala Sekolah. "Kenapa menemui Kepala Sekolah? Bukankah kau bermasalah dengan Guru Bahasa Inggrismu?" tanya Shiv sedikit heran. "Ibu Kepala Sekolah juga mengajar pelajaran Bahasa Inggris," "Oh, begitu ya?" gumam Shiv. Tok tok tok Rohan mengetuk pintu Kepala Sekolah. "Masuk!" Rohan dan Shiv masuk ke dalam ruangan itu, tampak Kepala Sekolah sedang menaruh buku ke atas rak. "Selamat pagi, Miss! Aku membawa orangtuaku seperti surat yang Miss berikan kemarin," ucap Rohan. "Bagus! Silahkan duduk!" balas Kepala Sekolah itu dan membalikkan badannya menatap Rohan. Namun, tiba-tiba suasana menjadi tegang. Shiv tersontak kaget melihat sosok Kepala Sekolah Rohan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD