BAB 2 (Bismillahirrahmanirrahim Allahumma shali’ala Muhammad wa’ala ali Muhammad)

1715 Words
"Kadang Allah berikan kita kecewa dan sakit hati untuk memisahkan kita dari orang yang salah."=== Hana menggeliat dari tidur nyenyaknya. Ia terbangun karena mendengar alarm di ponselnya. Ia segera mengambil ponselnya yang ada di nakas dan mematikan alarmnya. Hmm ... tepat pukul tiga pagi, batin Hana.  Ia memang terbiasa bangun pukul tiga pagi untuk shalat tahajud. Shalat sunnah yang dianjurkan setelah melaksanakan shalat wajib memang shalat tahajud, karena akan menambah kemuliaan dan derajat manusia di mata Allah SWT. Hana masih duduk di tempat tidurnya mengumpulkan kesadarannya. Ia meregangkan otot-otot tangan dan lehernya kemudian mengikat rambutnya yang sedikit berantakan menjadi kuncir satu. Setelah beres ia pun pergi ke kamar mandi untuk berwudhu. Hana berusaha untuk salat tahajud minimal tiga kali dalam sepekan. Apalagi perintah untuk melaksanakan salat tahajud ini langsung tertera di Al Qur’an. Itu menunjukkan betapa istimewanya ibadah ini di mata Allah SWT. Tentu saja ibadah shalat tahajud itu istimewa. Saat semua orang terlelap dan terbuai dalam tidur nyenyaknya, sebagian orang saleh dan beriman malah bangun dan beribadah kepada Allah. "Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji." (Q.S. Al Isra':79) Saat sepertiga malam ini juga Allah turun ke langit bumi. Allah berjanji akan memperkenankan semua doa hamba-Nya pada sepertiga malam terakhir. Bukankah kita sering mendengar bahwa doa saat sepertiga malam adalah bagai anak panah yang tepat sasaran? Hana sebagai manusia yang punya banyak hajat dan keinginan memanfaatkan waktu mustajab ini untuk berdoa kepada Allah. Setelah shalat tahajud, tak lupa Hana berdoa untuk kedua orangtuanya, kelancaran rizki dan bisnisnya, juga disegerakan menikah dan punya anak. Selepas itu, ia bersiap-siap membaca Al Quran sambil menunggu waktu subuh. === Hari ini Hana berencana belanja ke pasar untuk membuat kue pesanan Lutfi. Hana berangkat agak pagi karena ia tidak ingin terjebak dalam kerumunan pengunjung toko bahan kue langganannya yang akan semakin ramai apabila menjelang siang. Hana berbelanja bahan kue seorang diri. Saat pulang ia lebih memilih menggunakan jasa taksi online karena barang belanjaannya cukup banyak. Meski hampir semua pekerjaan mulai dari melayani pelanggan, berbelanja bahan, mengemas kue hingga mengirim kue ia lakukan hanya berdua dengan sang ibu, Hana tetap menikmatinya dengan perasaan senang. Hana menganggap ini adalah jerih payah perjuangan yang harus ia alami sebelum nanti menjadi seorang pebisnis yang besar. Bukankah para pebisnis besar pada awalnya mengerjakan semuanya sendiri sebelum mereka memiliki ribuan karyawan?  Sepulang dari pasar, ia melihat ibunya tengah memasak di dapur untuk makan siang. "Assalamu'alaikum, Bu," ucap Hana sambil menyimpan dus berisi bahan-bahan kue di dekat meja dapur. "Wa'alaikumussalam, udah dapet bahan-bahannya semua, Han?" tanya ibu Hana sambil mengaduk sayur di dalam panci. "Alhamdulillah sudah, Bu," ucap Hana. Hana berjalan menuju kulkas lalu mengeluarkan sebotol air dingin. Ia mengambil gelas yang ada di atas kulkas dan menuangkan air dingin ke dalam gelasnya. Hana lalu duduk di kursi sebelah ibunya yang masih memasak. "Oh iya Han, ibu mau ngomong sama kamu." "Soal apa, Bu?" tanya Hana lalu meneguk sedikit demi sedikit air dingin yang menyegarkan. Huh, cuaca yang cukup panas meski belum terlalu siang membuat kerongkongan Hana kering. "Apa kamu gak mau cari kerja, lamar ke perusahaan lagi gitu?" Hana merasa terkejut ibunya membahas hal ini lagi. Hana menyimpan gelasnya di dekat meja sebelum menjawab pertanyaan ibunya. "Ibu, kita kan udah pernah omongin ini sebelumnya Bu, Hana pengen bisnis aja, biar bisa jagain ibu," jelas Hana. "Tapi kan sayang kuliah kamu, prestasi kamu waktu kuliah juga bagus loh, Han? Gak sayang tuh?" bujuk ibu Hana. "Bu, ilmu kuliah Hana juga Hana pake kok untuk bisnis kue ini. Ibu doain aja biar bisnis Hana ini tambah besar dan bisa bikin ibu bangga," jelas Hana. Hal ini memang menjadi dilema bagi Hana. "Hmmm ... ya sudahlah kalo emang itu mau kamu, ibu bisa apa, Han," ucap ibu Hana sambil mematikan kompor lalu pergi dari dapur meninggalkan Hana. Sejujurnya, dalam lubuk hati Hana yang paling dalam juga Hana ingin membahagiakan ibunya secara materi maupun non materi. Tapi selepas lulus, Hana mencoba melamar ke beberapa perusahaan, sayangnya lamarannya belum ada yang diterima. Padahal Hana termasuk gadis yang cerdas. Hana sempat berputus asa waktu itu dan memikirkan alasan kenapa gak ada perusahaan yang nerima dia. Apa karena ku bodoh ya? Apa karena aku gak dandan? Apa karena aku gendut? Ya, dulu selepas kuliah, Hana memang termasuk gadis yang memiliki tubuh "agak berisi" dibandingkan gadis seusianya. Ia juga malas dandan, karena menurutnya kecantikan alami lebih utama dibandingkan wajah dengan polesan make up. Toh para lelaki juga lebih suka cantik alami dibanding cantik dempulan. Karena cantik dempulan itu bisa menipu mata orang banyak, batin Hana. Setelah mengalami beberapa penolakan lamaran kerja, Hana berusaha keras untuk berdiet dan memperbaiki penampilannya. Termasuk agak sedikit memoles wajahnya ketika akan pergi keluar rumah, tapi make up yang tidak berlebihan. Karena Hana khawatir akan termasuk dalam kategori tabarruj yang termasuk kebiasaan wanita-wanita jahiliah yang dilarang dalam Islam. Ia hanya mengoles bedak tipis dan menambahkan lipgloss pada bibirnya. Setelah merenung sekian lama, akhirnya ia memutuskan untuk mengembangkan bisnis cake and cookies yang sudah lama dirintis ibunya sejak ayahnya meninggal dunia saat Hana duduk di bangku SMP. Ibunya punya keahlian memasak dan membuat kue. Selain menerima pesanan kue, ia juga kadang menerima pesanan kue kotak untuk selamatan. Ibunya focus pada proses produksi, sedangkan Hana sibuk pada pengadaan bahan, marketing dan pelayan konsumen. Tetap saja, kepuasan konsumen adalah yang utama bukan dalam bisnis apapun? Fokus Hana saat ini hanya dua yaitu bisnis dan segera mencari jodoh agar bisa segera menikah. Ia terus berdoa agar bisa menikah dengan sang pujaan hati. Ia sering membayangkan bisa menikah dengan Lutfi, dengan akad nikah yang khidmat dan resepsi yang sederhana. Hana tidak terlalu menyukai kemewahan, sederhana tapi penuh berkah dan diridhai oleh Allah lebih ia sukai ketimbang pesta bermewah-mewahan yang tak jarang malah menimbulkan ketidakbermanfaatan dan kemubaziran. Hana sering melihat makanan di pring-piring tamu resepsi yang masih tersisa banyak dan akhirnya terbuang sia-sia. Kadang Hana bergumam "Apa mereka gak tahu ya masih banyak manusia di bumi ini yang kelaparan? Di Indonesia, di Afrika, Palestina, Suriah dan masih banyak negara lain yang rakyatnya mau makan aja susah. Nah ini, dengan gampangnya buang-buang makanan. Kan gak ngehargain jasa petani juga." Hana juga membayangkan punya anak-anak kembar yang lucu-lucu dengan Lutfi dan bisa membina keluarga yang sakinah, mawadah, warrahmah sampai ke surga. Eiits, tunggu Han. Istighfar. Dosa tau, membayangkan yang belum halal, batinnya memperingatkan. === Rika, sahabat Hana tetiba berkunjung ke rumah Hana. "Assalamu'alaikum, Hana," ucap Rika sambil mengetuk pintu. "Wa'alaikumussalam, eh ada Rika, masuk, Ka," ucap ibu Hana sambil membuka pintu dan mempersilakan Rika untuk masuk. Rika pun mencium tangan ibu Hana dengan takzim lalu mencium pipinya kanan kiri. Rika sudah menganggap ibu Hana sebagai ibunya juga. Pun seballiknya, ibu Hana sudah menganggap Rika seperti anak sendiri karena Hana dan Rika sudah lama bersahabat. “Gimana kabar Ibu?” tanya Rika. “Alhamdulillah sehat. Kamu apa kabar, Ka? Kata Hana lagi isi lagi ya? Berapa bulan?” tanya ibu Hana sambil mengelus perut Rika yang masih datar. “Iya, Bu. Alhamdulillah isi lagi. Kemarin periksa ke dokter sih baru jalan dua bulan. Doain biar sehat dan lancar lahirannya ya, Bu.” “Iya, pasti dong. Kamu kan udah ibu anggap anak sendiri. Pasti ibu doakan yang terbaik buat kamu dan cucu ibu.” “Oh iya, Hana mana, Bu?” "Ada di dalam kamarnya, kamu langsung masuk aja. Si kecil Rehan kok gak diajak main kesini? Ibu kangen loh sama dia," ucap ibu Hana. "Dia lagi diajak main sama ayahnya ke mall bu, minta dibeliin mainan terus dari kemarin," jelas Rika. "Oh gitu, yah padahal ibu pengen banget gendong Rehan," ucap ibu Hana sedih. "Iya nanti kalau Rika ke sini lagi insya Allah Rika ajak, Bu. Makanya ibu suruh Hana cepetan nikah dong biar ibu bisa cepet momong cucu," ledek Rika. "Hah, tuh anak udah tiap hari ibu ledekin biar cepet nikah, tapi ya gimana. Emang dia belum ada calonnya. Kamu kalo ada temen lelaki single kenalin lah ke Hana, Ka," perintah ibu Hana. "Iya Bu, tenang aja. Rika emang mau nyomblangin dia sama temen suami Rika." "Yang bener kamu?" ucap ibu Hana terkejut. "Iya Bu, ya doain aja semoga mereka cocok dan jodoh ya." "Iya, aamin, ibu mah selalu berdoa buat kebahagiaan Hana, soalnya dia anak ibu satu-satunya. Usia ibu makin lama makin tua. Ibu gak tahu ibu masih punya kesempatan buat lihat Hana nikah, hamil, melahirkan dan sampai ibu gendong cucu ibu. Ibu khawatir kalau dia belum menemukan pendamping yang cocok. Ibu takut kalau dia masih sendiri sedangkan nanti ibu pergi duluan dipanggil Allah ... " “Hus, ibu gak boleh ngomong gitu ah. Insya Allah ibu akan selalu sehat dan panjang umur sampai nanti Hana nikah dan punya anak.” “Aamiin.” "Yaudah Rika ke kamar Hana dulu ya, Bu." "Iya yaudah sana, paling dia lagi tidur-tiduran." Rika berjalan dari ruang tamu menuju kamar Hana. "Eh cewek jomblo lagii ngapain lo?" tanya Rika sambil menyembulkan kepalanya dari ballik pintu kamar Hana. "Astaghfirullah, ngagetin gw aja lo, Rik," ucap Hana sambil memegang dadanya. "Makanya jangan bengong aja lo." "Siapa juga yang bengong, gue lagi liat-liat IG tau," elak Hana. "Oh, cari cogan ya?" tebak Rika "Yaelah masa cari cogan, gw mah nayri resep-resep baru buat inspirasi g bikin kue," ucap Hana kesal karena dituduh sedang fangirling oleh Rika. "Ohh...eh gue mau ngenalin lo ke temen laki gue, mau gak? Mau ya, mau?" paksa Rika. "Hah? Lo serius sama omongan lo kemaren?" "Ya serius lah, masa ngga sih. Gue serius nyariin lu jodoh sista." "Hm...gimana ya ntar deh gue pikirin dulu." "Yaelah pake mikir segala. Ya udah jangan kelamaan, keburu taken sama orang loh," ucap Rika memperingatkan Hana. "Iya iya, bawel lo." Tak lama kemudian, muncul notofikasi pesan grup w******p di ponsel Hana. Ketika dibuka ternyata itu pesan dari Lutfi di grup panitia tabligh akbar. Dan ternyata pesan dari Lutfi itu seketika membuat tubuh Hana lemas.   Lutfi Azzar Assalamu'alaykum wr.wb Bismillahirrahmanirrahim Dengan tidak mengurangi rasa hormat, kami bermaksud mengundang rekan-rekan di grup ini pada acara resepsi pernikahan:   Lutfi Azzar Dan Arina Quinsha   Yang akan dilaksanakan pada Hari: Ahad, 6 Januari 2019 Pk. 11.00-14.00 Tempat: Gedung Pertemuan I Balikota Kami sangat mengharapkan kehadiran dan doa restu teman-teman Wassalamu'alaykum wr.wb Yang berbahagia: Lutfi dan Arin Ya Allah cobaan apalagi ini, ucap Hana dalam hati. Rika yang melihat perubahan raut wajah Hana pun penasaran. "Lo kenapa, Han?" tanya Rika. "Ka, bisa tinggalin gue sendiri dulu, kepala gue pusing banget, gue mau tidur," pinta Hana Rika menyadari ada yang tidak beres dengan sahabatnya ini. Tapi untuk saat ini ia akan membiarkan Hana sendiri dahulu."Lo gak apa apa kan ,Han? Oke gue pulang dulu ya, gue juga takut laki sm anak gue udah pulang. Oke, assalamu'alaikum," pamit Rika sambil beranjak dari tempat tidur Hana dan ke luar dari kamar Hana. "Wa'alaikumussalam,” jawab Hana dengan mata berkaca-kaca menahan tangis. Ya, Allah ini bukan mimpi kan? Dan harapan Hana hancur seketika.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD