BAB 3 (Bismillahirrahmanirrahim Allahumma shali’ala Muhammad wa’ala ali Muhammad)

1533 Words
"Ketika hatimu dirundung luka, ketahuilah, Allah selalu menantimu kembali untuk menghapuskan duka." === Sedih. Marah. Kecewa. Putus asa.  Semua rasa itu  campur aduk menjadi satu di dalam hati Hana. Ketika kemarin menerima undangan pernikahan dari Lutfi sang pujaan hati, bagi Hana dunia seakan hancur, runtuh, kiamat dan sudah tidak berarti apa-apa lagi untuknya. Itu disebabkan perasaannya kepada Lutfi sudah terlalu jauh dan dalam, maka kecewa yang ia rasakan juga kian dalam. Ya, itu memang kesalahan Hana. Ia dengan mudahnya memendam perasaan yang begitu dalam kepada lelaki yang belum halal untuknya, jelas, menyakitkan. Menyakitkan jika yang selama ini kita angan-angankan tidak menjadi kenyataan. "Ya Allah ini beneran kan? Bukan mimpi?" gumam Hana dalam tangisnya, Kemudia ia membuka chat grup lagi di ponselnya dan menepuk-nepuk pipi wajahnya. "Ya Allah, ini beneran Lutfi mau nikah? Dia nyebar undangan," gumam Hana. Ia pun berkali-kali memastikan penglihatannya tidak salah.Sayangnya, semua itu benar. Lutfi ternyata sudah punya tambatan hati lain selama ini. "Ya Allah sakit banget ya Allah, hati ini sakit banget, nyesek, rasanya gak kuat," ucap Hana sambil menangis sesenggukan. Tetiba ia teringat percakapan dengan adik sepupu Lutfi yang juga teman kuliahnya yang juga satu pengajian dengan Hana, beberapa bulan yang lalu. Flashback on "Oh iya, Sheira, siapa besok sodara yang mau walimah?" tanya Ustadzah Aisyah. "Itu, namanya Bang Kevin Ustadzah, kakak sepupuku yang di Jakarta. Emang kenapa, Ustadzah?" tanya Sheira. "Oh enggak kok, kirain si Lutfi yang walimah. Soalnya udah banyak yang mau ngajakin dia ta'arufan. Usianya juga udah cukup dan udah mapan juga," jelas ustadzah Aisyah. "Yah si Bang Lutfi mah ga usah diharepin Ustadzah," ucap Sheira. "Loh, emang kenapa, Shei?" tanya ustadzah penasaran. "Dia mah udah punya calon sendiri, dan keukeuh sama calonnya itu. Gak mau nikah kalo bukan sama calon pilihannya," jelas Sheira. "Oh gitu, udah ada calon sendiri berarti ya. Iya memang kadang ikhwan itu sudah pada punya calon sendiri. Proposal akhwat yang ada di saya numpuk banyak banget, sedangkan stock ikhwan sedikit yang siap nikah. Mereka itu, kalo gak nunggu mapan, pasti sudah ada akhwat yang  mereka incar. Jadi kalian yang sudah kasih CV ke saya tapi belum ada kabar, mohon bersabar ya. Kencengin doa di sepertiga malam terakhir. Atau kalian juga bisa mengandalkan orang tua kalian untuk mencarikan kalian jodoh. Asal lelaki itu baik agamanya dan shalih, insya Allah dia akan bisa jadi suami yang baik." "Iya, baik ustadzah," ucap mereka serempak. Ketika sedang sesi curhat dalam lingkaran pengajian kelompok yang rutin Hana ikuti, percakapan itulah yang Hana dengar. Seketika hatinya menciut mengetahui sang pujaan hati sudah punya calon untuk diajak ke pelaminan. Tapi memang dasarnya Hana nekat "Ah, selama janur kuning belum melengkung, kan masih halal untuk ditikung bukan, Bung?" gumamnya dalam hati saat itu. Ia pun semakin gencar berdoa kepada Allah agar bisa disatukan dengan Lutfi, tak peduli jika Lutfi sudah punya calon sekalipun. Bukankah Allah Maha Membolak-balikan hati hamba-Nya? Flashback off "Ternyata apa yang dibilang Sheira itu bener ya Allah," ucap Hana sambil tertawa getir.Tak ingin terus berlarut-larut, Hana segera bergegas untuk mengambil air wudhu dan mendirikan shalat. Ia ingin mengadu lebih khusyuk pada Sang Pencipta. Ia mendirikan shalat dengan berlinang air mata. Seusai shalat ia bermunajat kepada Rabbnya. "Ya Allah, hati hamba sakit ya Allah, sakit banget memendam perasaan ini selama bertahun-tahun. Hamba kira dari gelagatnya selama ini, dia juga punya perasaan yang sama dengan hamba. Tapi, nyatanya dia mau nikah sama perempuan lain ya Allah," ucap Hana sambil menangis. "Ya Allah, kuatkan hamba-Mu ini, jangan sampai hamba menjadi hamba yang lemah hanya karena patah hati, tugas hamba di bumi ini masih banyak selain mencari jodoh. " Seketika Hana ingat doa-doa yang ia panjatkan selama ini "Ya Allah, jikalau Lutfi memang jodohku, satukan kami segera dalam pernikahan. Namun, jika bukan, jauhkan kami dan gantikan dengan pasangan yang lebih baik dari dia ya Allah. Aamiin." Seketika, sisi baik dalam hati Hana langsung membisikinya, "Han, tau gak? Allah tuh lagi jawab doa kamu loh. Inget kan selama ini doamu apa? Kalo bukan jodoh, minta dijauhkan dan diganti sama yang lebih baik. Allah ini udah jawab doa kamu loh. Udah jangan sedih. Tinggal tunggu kapan Allah kasih pengganti Lutfi buat kamu." Hana pun menangis semakin keras kala mendengar isi hatinya. Ya benar, Allah sedang menjawab doanya. Ternyata Allah tidak mengizinkan Hana bersatu dengan Lutfi di pelaminan. Apakah Allah jahat tidak mengabulkan doa Hana?  Hei, Allah itu Maha Rahman, Dia sangat menyayangi makhluk-Nya. Apa yang menurut manusia baik, belum tentu baik di sisi Allah. Manusia tidak bisa melihat masa depan, Allah lah yang bisa melihat apa rencana manusia baik untuk dirinya dunia akhirat atau tidak. Karena itu, jangan berprasangka buruk pada Allah, karena Allah sesuai dengan sangkaan hamba-Nya. Setelah selesai berdoa, Hana segera membaca Al Quran agar hati dan jiwanya merasa lebih tenteram. === Hana mencoba untuk terlihat kuat dan tegar. Ia masih berusaha menata puing-puing hatinya yang hancur. Ia tidak mau terlihat sedih dihadapan ibunya. "Han, kamu gak apa-apa? Kok ibu perhatiin dari tadi kayanya kamu ngelamun aja. Muka kamu juga pucet," ucap ibu khawatir. "Eh? Nggak kok, Bu. Hana gak apa-apa, emang Hana sedikit pusing," jelas Hana sambil mengurut pelan pelipis kanannya. "Oh, ibu kira kamu sakit. Kalo sakit sana istirahat ke kamar." "Nggak kok Bu. Hana malah mau pamit, mau pergi ke pengajian biasa ya, Bu," izin Hana. Hana menicum tangan kanan ibunya lalu kedua pip ibunya. "Oh iya sana, hati-hati ya, salam ya buat Ustadzah Aisyah," ucap Ibu Hana. "Iya Bu, insya Allah Hana sampaikan. Hana pergi dulu ya, Bu, assalamu'alaikum." "Wa'alaikumussalam." Hana pun segera menuju tempat pengajian yang telah disepakati bersama kelompoknya. Ia segera menunggu pesanan ojek onlinenya datang. === Tak lama setelah semua anggota kelompok berkumpul,  Ustadzah Aisyah pun datang dan segera memulai pengajian itu. Seperti pengajian biasa pada umumnya, pengajian kelompok Hana ini diawali dengan membaca Al Quran secara perorangan dan bergantian. Biasanya, masing-masing membaca satu halaman Al Quran beserta terjemahannya. Setelah itu barulah Ustadzah Aisyah akan menyampaikan materi. Setelah sesi materi beres, biasanya Hana dan teman-temannya akan curhat tentang masalah yang mereka hadapi. Mereka senang curhat dengan Ustadzah Aisyah karena beliau akan memberi solusi menurut ajaran Islam. "Nah, buat gadis-gadis single nih, yang lagi dalam pencarian jodoh. Saya sarankan agar memperbaiki shalatnya ya," ucap ustadzah. "Kita shalat kok, ustadzah, lengkap lima waktu, ditambah dhuha dan tahajud juga, insya Allah," ucap Sheira. "Iya, kalo itu saya yakin kalian sudah melaksanakannya. Sekarang saya tanya, sholat yang lima waktunya sudah tepat di awal waktu belum? Begitu adzan kalian langsung sholat atau mepet-mepet diakhir waktu?" tanya ustadzah. Semua anggota kelompok itu tertohok dengan pertanyaan ustadzah. Karena selama ini mereka belum taat shalat di awal waktu. "Iya ustadzah, kami masih belum bisa tepat waktu, kadang masih mentingin kerjaan. Shalatnya nanti abis selesai kerjaan," ucap Nania anggota pengajian yang lain. "Nah itu dia, mulai dari sekarang yuk kita sama-sama buat shalat tepat waktu ya. Mencari jodoh,rezeki dan keturunan mulai dari memperbaiki shalat kita. Kita senang atau sedih kalau kita manggil orang tapi orang itu malah diem aja atau cuek sama kita?" "Sedih dong ustadzah," ucap mereka serempak. "Nah begitu juga Allah, Allah udah manggil kita lewat adzan untuk ketemu Allah. Tapi kita malah abai. Padahal kita udah dikasih kaki yang sehat bisa berjalan, tangan dan anggota tubuh lainnya yang sehat. Allah juga udah baik ngasih kerjaan ke kita, masa kita masih tega abai sama panggilan Allah?" jelas ustadzah. "Iya ustadzah." Mereka pun berjanji dalam hati ingin segera memperbaiki shalat mereka agar tepat di awal waktu. "Selain shalat tepat waktu, perbanyak taubat dan istighfar ya. Coba kalian buka mushsaf surat Nuh ayat 11-13. Coba Hana tolong dibacakan terjemahnya," perintah ustadzah "Maka aku berkata (kepada mereka), "Mohon ampunlah kepada Tuhanmu, sungguh dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu," baca Hana. "Nah, dengan kita bertaubat, beristighar, memohon ampun kepada Allah, insya Allah, Allah akan memperbanyak rezeki untuk kita." “Kok bisa begitu sih, Ustadzah? Apa hubungannya?” tanya Sheira yang masih belum paham. Ustadzah Aisyah hanya tersenyum mendengar pertanyaan Sheira. “Iya, karena sejatinya yang menghalangi rezeki dalam bentuk apa pun sampai kepada kita itu adalah dosa. Dosa itu ibarat tameng yang menghalangi rezeki sampai kepada pemiliknya. Maka, untuk menghancurkan tameng yang berupa dosa itu, kita diwajibkan beristighfar. Jika manusia beriistighfar, Allah akan merasa senang dan dosa-dosanya akan gugur, tapi selama dosa yang dilakukannya bukan termasuk dosa syirik ya,” jelas Ustadzah Aisyah dengan sabar dan detail. “Oh, begitu. Sheira baru paham sekarang. Makasih ya Ustadzah atas penjelasannya,” “Iya, sama-sama, Sheira.” === Malam harinya, Hana masih termenung dengan apa yang dikatakan Ustadzah Aisyah tadi saat pengajian. Sambil merenung, ia pun membuka instagramnya. Tak sengaja ia melihat quotes yang sangat tepat untuknya saat ini. Quotes itu berbunyi, "Jika engkau terlalu berharap kepada manusia, maka akan Allah timpakan rasa kecewa dan sakit hati karena berharap kepada makhluk-Nya. Karena sejatinya harapan dan cinta hanya pantas disandarkan pada Allah semata. Dan sesunggunya Allah itu mencemburui hati hamba-Nya yang berharap kepada selain-Nya." Air mata seketika membasahi pipi putih Hana. Ia menangis sambil beristighfar. Merutuki kebodohan dan kesalahannya selama ini. Ia sudah baper sendiri pada sikap Lutfi.  Beberapa tahun ini hatinya hanya dipenuhi dengan rasa cinta pada Lutfi. Pantas saja, Allah cemburu. Ia pun beristighfar memohon ampun kepada Allah. Ia bertekad tidak akan mengisi hatinya dengan lelaki manapun. Ia ingin memenuhi hatinya dengan cinta kepada Allah. "Kayaknya, Allah nyuruh aku hijrah, bertaubat, kembali ke jalan-Nya yang lurus. Maaf ya Allah sudah mencintai makhluk-Mu terlalu dalam. Padahal dia belum halal buatku," batin Hana sambil menangis sesenggukan. Hana pun memutuskan untuk kembali ke pelukan cinta Sang Pencipta.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD