4

1282 Words
Kyuhyun berjalan memeluk Aeji di sampingnya. Sejak cerita kejadian di kantor itu Aeji kembali ketakutan. Hal aneh terus mengikutinya. Namun Kyuhyun selalu mengatakan bahwa itu hanya kebetulan. "Mungkin tuan Kim yang memberikanmu selimut. Kebetulan aku meminta tolong cleaning service untuk mencucinya," tuan Kim yang ia kenal sebagai satpam jaga malam di gedung itu membuat Aeji berusaha berpikiran positif. Semua akan baik-baik saja. Kyuhyun sudah berada di dalam taksi bersama Aeji. Gadis itu masih merasa nyaman di pelukan Kyuhyun, membuat ia tanpa sadar terus mengeratkan pelukannya. Tak ingin merusak momen Kyuhyun juga ikut memeluknya. Pria itu tak keberatan, lain itu Kyuhyun juga menyukai ini. Waktu menempuh kurang lebih satu jam. Taksi ini telah berhenti di sebuah gedung tua yang tidak terlalu ramai. Namun ada beberapa orang yang berlalu lalang disana. Kyuhyun membayar taksi mereka dan kembali memeluk Aeji yang berdiam diri di depan gedung itu. "Ayo, aku yakin Jiya rindu padamu" Kyuhyun memang sudah mengetahui tentang Jiya. Berdasarkan cerita-cerita Aeji sebelumnya. Adiknya sudah lama tinggal di tempat ini. Rumah sakit jiwa. Jiya dirawat semenjak mengalami pemerkosaan pada usia 15 tahun. Tak lama setelah itu orangtua mereka juga meninggal dunia karena kecelakan pesawat saat perjalanan kembali ke Incheon. Jiya depresi berat. Bahkan ia sudah bisa di sebut dengan gila. Sudah 5 tahun Jiya tinggal disini. Dan Aeji harus membayar lebih untuk Jiya bisa tinggal bertahun-tahun disana. Karena ada peraturan rumah sakit sendiri terkait hal itu. Pintu putih bertuliskan 0288 itu sudah dihadapan mereka. Kyuhyun meremas lengan Aeji seolah memberikan kekuatan pada gadisnya. Aeji tampak sendu. Perlahan ia membuka pintu itu, membiarkan Aeji masuk terlebih dahulu. Kamar bernuansa putih itu menyapa mereka. Aeji dan Kyuhyun berjalan lebih dalam mencari sosok yang ia cari. Seorang suster tengah tersenyum pada Aeji. Setelah memberesi makanan yang ia bawa, suster itu pergi meninggalkan ruangan itu. Seorang gadis yang tengah terduduk di atas kasur itu masih bertatapan kosong. Tak ada perubahan setelah Aeji meninggalkannya 6 bulan yang lalu. Aeji mendekat dan duduk di samping ranjang adiknya. Di usapnya kepala Jiya dengan lembut. Aeji mengaitkan surai rambut Jiya ke belakang telinganya. Gadis itu tersenyum melihat betapa cantiknya adiknya ini. "Jiya sayang, kakak datang," panggilnya sambil mengusap pipi lembutnya. Namun seperti biasa tak ada balasan. Jiya terus diam dengan tatapan kosongnya. Kyuhyun menyentuh bahu Aeji. "Aku menunggu di luar," kata Kyuhyun yang diberi anggukan oleh Aeji. Karena pria itu berpikir mungkin kakak beradik itu butuh waktu sendiri. Kyuhyun tidak berhak untuk ikut campur. Aeji mendesah berat menatap adiknya. "Oh iya, hari ini ulangtahunmu. Maaf kakak tidak bawa apa-apa. Tapi setidaknya dengan kakak hadir membuatmu senangkan?" tanya Aeji yang tidak ada jawaban. Aeji masih terus menguatkan hatinya untuk tegar. Adiknya adalah keluarga satu-satunya yang ia miliki. Kini kesembuhan adiknya adalah prioritas nya. "Selamat ulang tahun yang ke 20 sayang. Semoga kau cepat sehat dan kita bisa bermain seperti dulu lagi. Kau tahu, uang kakak sekarang sudah cukup banyak. Setidaknya sanggup untuk mengajakmu belanja bersama. Bukankah itu menyenangkan?" Tatapan kosong itu sama sekali tak goyah. Aeji sangat sedih. Adiknya seperti menjadi batu sekarang. Tangannya meremas tangan adiknya. Hingga tanpa sadar air mata itu mengalir. Isak tangis Aeji tak mampu ia tahan. Gadis itu tidak sekuat yang mereka bayangkan. Aeji kesepian dan cukup terbebani di tambah kondisi Jiya yang seperti ini. "Jiya, kakak kesepian," kata Aeji di tengah isaknya. Jiya tak bergeming. "Kenapa kau seperti ini hm? Kembalilah menjadi Jiya yang dulu. Kakak berjanji akan melindungimu. Kakak mohon Jiya," kata Aeji yang sudah tak sanggup menahan tangisnya. Aeji menangis tersedu-sedu sambil mengusap wajah adiknya. Ini terlalu menyakitkan. Jiya adalah anak yang ceria dan ramah. Namun karena insiden itu semuanya jadi berubah. Keluarganya menjadi berantakan. Aeji terus menangis merasakan sesak yang ia pendam. Ia hanya ingin Jiya sembuh dan hidup normal. Bukan tinggal di tempat ini. Tempat yang seharusnya bukan Jiya tinggal. "Jiya, kakak mencintaimu," bisik Aeji sambil menatap wajah adiknya. Sesuatu yang yak terduga terjadi. Mata kosong itu mulai bergetar. Wajahnya yang menatap lurus ke tembok telah beralih ke arah Aeji. Gadis itu terkejut mendengar suara lirih dari bibir pucat adiknya. "Kakak..." "Iya sayang. Kakak disini," balas Aeji senang. "Kakak," suara Jiya semakin keras membuat Aeji tersenyum bahagia. "Iya sayang ini kakak," seru Aeji sambil membawa kedua tangan adiknya ke pipinya. Namun tangan itu tiba-tiba menolak. Airmata di wajah Jiya mulai turun. "Kakak jangan pergi," seru Jiya semakin keras.  Aeji bingung, jelas-jelas ia masih di hadapannya. Tiba-tiba Aeji menyadari bahwa Jiya tidak fokus padanya. Tangan kurus Jiya menjulur ke depan. Bukan kearahnya. Tapi ke arah lain. Aeji melihat belakangnya tidak ada siapapun. Namun Jiya terus berteriak jangan pergi membuat airmata Aeji semakin keras  Jiya beranjak dari kasurnya dan hendak berlari. Namun dengan cepat Aeji memeluk tubuh Jiya dengan erat. "Kakak jangan pergi!" "Kakak disini sayang!" Aeji juga terus berteriak. Jiya terus meneriakan jangan pergi membuat hati Aeji perih. Kyuhyun yang berada di luar langsung masuk dan berusaha menenangkan Jiya hingga membawanya paksa ke atas kasur. Beberapa dokter dan suster pun ikut membantu. Kyuhyun menatap Aeji yang masih dalam keadaan terkejut ditempat. Saat gadis itu berada di dekapannya, tangis Aeji tumpah begitu saja. Kini ia kembali melihat Jiya nya yang sudah gila. Bukan Jiya yang dulu. Tangan adiknya sudah di ikat, alat suntik penenang sudah di tancapkan. Aeji tak sanggup melihatnya lagi, Kyuhyun pun langsung membawanya keluar dari tempat itu. Hollow Man Kyuhyun berjalan membawa dua kaleng coklat hangat di tangannya. Ia melihat Aeji yang masih terdiam duduk di atas pasir putih membelakanginya. Pandangan gadis itu seolah sudah teralih oleh laut yang menampilkan senjanya. Kyuhyun dengan usil menempelkan dua coklat panas di pipi Aeji membuat gadis memekik dan kesal. "Dasar menyebalkan!" "Kenapa? Aku hanya menghangatkanmu," balas Kyuhyun jahil sambil duduk di samping Aeji. "Ini panas! Bukan hangat," gerutu Aeji sambil mengelus pipinya. "Baiklah, maaf maaf," Kyuhyun membukakan kaleng coklat itu lalu memberikannya pada Aeji. Gadis itu menerimanya dan menyesap rasa manis itu hingga kedalam tubuhnya. Hangat. Coklat hangat adalah kesukaan Aeji. Bukan Kyuhyun, karena pria itu lebih menyukai coklat dingin. Namun tak masalah. Kyuhyun memandang Aeji yang tengah tersenyum lirih. Ia tahu perasaan Aeji masih belum baik baik saja. Perasaannya masih berkecambuk. Hidup sendiri membuat dirinya menanggung beban. Beban yang tak seharusnya ia tanggung sendiri. Perlahan air mata itu mulai turun. Aeji yang terkejut langsung mengusap airmatanya. "Astaga kenapa debunya menusuk mataku?" ujar Aeji santai sambil terus mengusap airmatanya. "Pasti debunya sebesar kerikil makanya bisa membuatmu menangis hm?" jelas goda Kyuhyun membuat Aeji kesal. Kyuhyun yang melihatnya gemas. "Menangislah," ujar Kyuhyun sambil menarik Aeji dalam rangkulannya. "Siapa yang mau menangis?" balas Aeji sambil mengusap matanya. Kyuhyun hanya bisa menghela nafas. Pria itupun langsung menarik dagu Aeji, membuat mata merah itu terlihat begitu jelas. Di usapnya airmata itu dengan lembut, membuat Aeji terhipnotis dengan tatapan serius Kyuhyun. Pria itu jarang sekali serius padanya. Namun ia yakin pandangan kali ini berbeda. "Tidak bisakah kau membagi bebanmu padaku?" Bisik Kyuhyun sambil mengusap kedua pipi Aeji dengan lembut. Entah mengapa jantung Aeji kali ini berdegup tidak semestinya. "K-kenapa?" tanya Aeji dengan polos. "Apa perilaku ku selama ini belum jelas?" Aeji terdiam. Ia memang sedikit kurang peka. Bahkan bisikan orang-orang yang memang pernah memergoki Aeji bertemu dengan Kyuhyun pun tidak di indahkan. Kyuhyun menghela nafasnya jelas. "Ijinkan aku bertanggung jawab atas bebanmu. Dan berikan aku kesempatan untuk... mencintaimu" Deg Aeji terkejut. Ia tidak menyangka kalimat itu bisa keluar dari mulut jahil Cho Kyuhyun. Atasannya. "Shin Aeji, aku mencintaimu. Bolehkah aku... mencintaimu?" tanya Kyuhyun lagi mencoba memastikan Aeji mendengarnya karena gadis itu sedari tadi hanya diam dan matanya sudah tak fokuskan. Kyuhyun harap-harap cemas menunggu jawaban dari Aeji. Entah keheningan itu terjadi berapa lama. Namun angin sejuk kembali menghampiri mereka. "I-iya," Kyuhyun menaikan alisnya karena mendengar jawaban pelan Aeji. Gadis itu melirik Kyuhyun yang diam saja akhirnya langsung menutup wajahnya sambil bersuara dengan keras, "Aku juga mencintaimu." Kyuhyun tersenyum senang mendengar jawaban Aeji. Melihat reaksi Aeji yang malu-malu membuat Kyuhyun gemas. Pria itu langsung menarik tangan gadis itu dan mendongakan dagunya. "Boleh aku menciummu? Sudah lama sekali aku ingin melakukannya," tanya Aeji membuat wajahnya semakin memerah. "Kenapa harus bertanya? Menyebalkan," Kyuhyun yang mendengar jawaban segar dari Aeji tampak senang dan langsung mencium bibir Aeji dengan lembut. Membiarkan laut senja ini menjadi saksi bisu awal lembaran baru mereka. Lembaran menjadi sepasang kekasih. Yang selama ini mereka pendam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD