17. Teras Lab Anatomi

1828 Words

Kulihat tubuh tegap itu. Dia berjalan gagah di depanku. Rasanya, kata takut sudah hilang dari kamusnya. Langkahnya begitu tegas. Berbeda denganku. Yang sedikit-sedikit ingin mundur, lalu berhenti. Kegetiran masih menyelimuti diriku.  Kulihat, siluetnya terbentuk oleh cahaya terang di depan kami. Bayangan tubuhnya memayungiku. Menghalangi pandanganku akan sinar menyilaukan, namun merusak mata.  Aku nggak pernah punya saudara lelaki. Aku juga nggak pernah punya kakak. Yang aku lakukan selama ini, adalah aku merasa harus menjadi kuat untuk adik-adikku. Bagaimanapun situasinya. Menjadi tumpuan bagi Bapak dan Ibuk. Meyakinkan mereka, bahwa mereka bisa mengandalkanku. Kapanpun, dan dimanapun.  Tapi kali ini, aku butuh dia. Butuh Irsyad untuk menjadi kakakku. Butuh pelindung, untuk melindungi

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD