13. Kotak Makan Stereoform

1763 Words

"Lo suka sama Dokter Gamma ya?" "Hah?" Aku seketika menoleh pada Irsyad. Panik, aku nggak siap harus menjawab Irsyad dengan kalimat seperti apa. "Kok lo mikirnya gitu sih? Gak laaahhh!" sangkalku. Benar, aku nggak suka Dokter Gamma. Aku hanya ... takjub dengannya. Dia pintar, kaya, baik, ramah, dan super gaul. Mungkin dia juga lupa dengan umurnya sendiri, saking gaulnya. Dia santai, nggak pernah berlama-lama memikirkan satu hal layaknya aku. Atau mungkin karena kecerdasannya, dia bisa berpikir lebih cepat dari durasi yang kupunya? Dia juga jujur. Sangat amat jujur, hingga kadang menyakitkan. Tapi entahlah, mengapa aku merasa nyaman dengan kejujurannya yang menyakitkan itu. "Lo nggak bisa boong sama gue, Ri!" "Lo yang nggak bisa baca hati gue, Syad," jawabku lirih tanpa memandang Ir

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD