"Nona? kita sudah sampai" Kalina menggeliat kecil sambil mengerjapkan matanya beberapa kali. Detik kemudian ia bergegas keluar dari mobil lalu segera masuk kerumah.
Kalina dan Sammy duduk di ruang tamu, sementara Reyno dan Ami sedang berbincang di kamar Zoey
"Ibu lebih suka yang ini daripada Luna Rey" Kata Ami menepuk pundak Reyno yang sedang menatap Zoey tidur.
"Kalo aku gak suka keduanya tapi Zoey menyukai Kalina bu" Sahut Reyno datar
"Kalau gitu pilih Kalina saja" Jawab ibu enteng
"Akan Rey coba kalau ibu sudah benar-benar menerima Kalina dan masalalunya"
"Masalalu yang seperti apa maksud kamu nak?" Ibu mengernyitkan dahinya
"Rey menolong Kalina di jalan bu, keadaanya nyaris sama seperti Arina dulu"
"Hah?" Ibu terkejut menutup mulutnya mendengar pernyataan Reyno
"Iya bu, Kalina dijual sama pamannya tapi dia kabur, Rey menemukan Kalina babak belur seperti baru dipukuli" Jawab Rey tersenyum getir
"Terus kamu...?" Pertanyaan ibu terpotong Rey yang mencoba menjelaskan.
"Itu udah sekitar seminggu lebih bu, Tapi Rey lihat dia anak yang baik kok"
Kemudian Rey bicara lagi
"Saat ini status Kalina adalah salah satu pelayan dirumah Rey, cuma tugasnya ringan.. mengurusi pakaian dan kamar Rey saja bu"
"Rumahnya dimana?"
"Surabaya bu"
Ibu hanya manggut-manggut dan tersenyum
"Kalau gitu coba saja menjalin hubungan dengan Kalina, sampai kalian saling mencintai.. Barulah menikah, Zoey sudah semakin besar, dia butuh sosok Ibu pengganti"
Jelas Ibu Ami, percakapan mereka terhenti ketika mendengar suara ketukan pintu.
"Ayah pulang" seru pria paruh baya masuk kerumah yang ternyata adalah ayah Reyno
"Malam Tuan" Sam membungkuk sopan pada pria itu
"Oh Sam, ini siapa?" tanya Ayah Reyno (Harun Tjandra)
"Calon mantu yah" Jawab Ibu dari ruang tengah menyambut Ayah
"Halo tuan" Sapa Kalina pada pria tersebut
"Eh kok tuan? Panggil Ayah dong kalau calon mantu" Harun mengembangkan senyumnya
"Hehehe" Kalina hanya mampu terkekeh sambil mencubit lengan Sammy pelan
"Ayo makan dulu semuanya" Ajak Ami.
Semua orang menikmati masakan Ibu yang memang enak itu. Terlebih Kalina, sejak siang perutnya belum terisi makan berat. Kalina menghabiskan makanannya hingga tandas.
"Ehmm Enak" Celoteh Kalina sambil memejamkan matanya dan saat itu juga dia langsung tersadar bahwa dirinya sedang tidak makan sendirian, yang lain terbelalak dan tertawa kecil melihat tingkah Kalina. Wajah Kalina seketika merona karena malu.
"Kalau enak sering kesini, nanti Ibu masakin yang enak-enak" ucapnya pada Kalina
"I.. Iya nyonya" Sahut Kalina terbata
"Panggil Ibu dong" Perintah Ami pada Kalina
"Hehehe" lagi-lagi Kalina hanya tertawa.
Setelah acara makan bersama selesai, ketiganya pamit pulang.
"Ibu jaga kesehatan ya, Ayah juga, akhir-akhir ini Rey agak sibuk jadi mungkin bakalan jarang main" Ujar Reyno dan langsung di pukul bahunya oleh Ibu
"Kalo gitu nanti ibu yang main kesana!" Gerutu Ami. Reyno hanya tersenyum
"Sering main kesini ya nak, biar makin dekat sama Zoey" Harun menepuk pundak Kalina
"I.. Iya Tu.." Kalina terbata
"Ayah nak" Harun menimpalinya
"Iya Ayah" Kalina tersenyum kecut
Calon mantu apanya, Ayah Ibu? Mommy baru Zoey? Cicit Kalina kecil sambil tersenyum getir.
Kalina, Reyno dan Sammy berlalu dari rumah Ibu dan Ayah menuju rumah Reyno sendiri.
Dalam perjalanan Kalina hanya diam membisu hingga tiba di rumah.
Semuanya masuk ke kamar masing-masing, Kalina sedang mandi di kamarnya, selesai itu dia menggunakan setelan piyama berwarna merah marun berlengan pendek dengan celana sebatas paha saja.
Kalina merebahkan dirinya di ranjang, 15 menit berlalu Kalina masih belum juga mengantuk.
Tok.. Tok.. Tok.. terdengar seseorang yang mengetuk pintu kamar Kalina.
"Siapa?" tanya Kalina dari dalam
"Aku"
Kalina terkejut langsung beranjak dari ranjangnya kemudian membukakan pintu untuk Reyno.
Seketika mata Reyno terbelalak melihat pemandangan indah di malam hari begini.
Tidak kusangka tubuhnya benar-benar mulus, dan sexy . Batin Reyno lalu menggigit ujung bibir bawahnya sedikit.
"Tuan?" Kalina menjentikan jarinya menyadarkan Reyno dari lamunannya.
Reyno langsung terkesiap menelan salivanya gugup lalu mencoba mengalihkan pandangan.
"Ini HP baru , yang lama dibuang saja sudah jelek" Reyno memberikan Dus berisi HP bermerk buah apel yang digigit.
"Ini pasti potong gaji lagi, bisa-bisa aku bakal bekerja disini seumur hidup buat bayar hutang doang" Kalina menggaruk lehernya yang tidak gatal dengan wajah masamnya.
"Siap-siap saja, hutangmu makin banyak" ucap Reyno dengan seringainya membuat Kalina memajukan bibirnya beberapa mili.
"Boleh masuk?" Tanya Reyno
"Mau ngapain Tuan?"
"Ngobrol sebentar"
"Oh silahkan" Kalina duduk di tepi ranjang, sedangkan Reyno duduk di kursi kecil setelan meja rias, Reyno memulai pembicaraannya
"Kalina ?"
"Ya tuan"
"Di kampung, kamu punya pacar?" Kalina mengernyit bingung mendapat pertanyaan yang sedikit pribadi menurutnya.
"Tidak Tuan"
"Kalau begitu nggak masalah ya? Kamu jadi pacarku saja mulai hari ini" ucapnya enteng
"Eh? Apa? Gimana Tuan?" Kalina tergagap
"Aku mau nikah, sama kamu" Reyno menarik kecil sudut bibirnya
"Tuan ?"
"Ya ?"
"Tapi kita gak saling cinta Tuan" keluh Kalina mencoba menolak
"Kalau gitu, kamu harus belajar mencintai saya Kalina" tegas Reyno seakan tak mau dibantah
"Ini dipaksa?" Kalina menautkan kedua alisnya
"Emang kamu berani nolak?" Reyno menyeringai lagi
Beneran di paksa nih ? Batin Kalina
"Aduh gimana ya Tuan.."
"Tidak ada penolakan" Terangnya sambil menatap tajam kedua bola mata Kalina.
"Bagaimana dengan tuan, selagi tuan menuntut saya untuk belajar mencintai tuan?"
"Saya akan memperlakukanmu dengan baik, tenang saja"
"Tapi saya hanya ingin menikah dengan orang yang mencintai saya Tuan"
"Aku tampan, dan baik hati. Cepat atau lambat kamu pasti akan mencintai ku" Reyno menyeringai devil
Lalu bicara lagi
"Kita coba dulu ya, daripada berandai-andai mulai sekarang biasakan diri menjadi pacarku" Tegas Reyno pada Kalina. Kalina terlihat menimbang permintaan Reyno, lagipula apa ruginya? Hanya pacar kan? Belum tentu jadi istri. Pikir Kalina
"Boleh tahu usia tuan?" Kalina mencoba bertanya
"30 tahun belum genap" singkatnya
"Saya baru mau 19 tahun, perbedaan usia kita terlalu jauh tuan" lagi-lagi Kalina berusaha menolak. Tapi bukan Reyno namanya jika mengalah begitu saja.
"Perbedaan usia bukan masalah, yang penting perbedaan kelamin. Lagipula apa aku terlihat setua itu?" Reyno tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya hingga membuat pipi Kalina merona.
"Tuan !" Kalina kesal lalu memalingkan wajahnya
"Panggil mas mulai sekarang"
"Tidak mau"
"Kan kamu tadi juga nyaman panggil orang tuaku ayah dan ibu" Reyno memicingkan matanya
"Itu kan.."
"Gak usah beralasan lagi Kalina, bersikap baiklah pada pacarmu ya, jangan lupa panggil mas !!!"
"Ayo coba panggil mas!" Pintanya lagi
"Kalau masih diam, besok pagi kita langsung menikah saja" Goda Reyno pada Kalina
"Iya iya Mas! " ketus Kalina tanpa menatap
"Nah gitu dong, mulai besok latihan jadi pacar sekaligus istriku, pagi jam stengah 7 naiklah ke kamarku"
"Kenapa harus mas segala?"
"Karena kamu orang jawa, aku suka mendengarnya. Coba ulang ! Lebih lembut" Reyno tersenyum genit membuat Kalina tersipu lagi dan memalingkan wajahnya.
"Berani menolak?" Ancam Reyno
"Mas...." Panggil Kalina dengan nada lembut, sangaaaaat lembut. Membuat Reyno menekan dadanya sendiri sambil tersenyum gemas.
"Aduh, mau lompat!!" Ucap Reyno menyipitkan matanya sambil menekan dadanya
"Apanya??!!" Tanya Kalina sedikit panik
"Jantungku" Reyno terkekeh lalu pergi meninggalkan Kalina, yang cemberut memajukan bibirnya itu.
Kalina masih tidak menyangka dengan kejadian yang dialaminya seharian ini.
"Benar katamu tuan, saya gak bisa menolak. Alasan apa yang pantas? Kamu punya segalanya, kamu tampan, kamu menolongku dari kesusahan, hanya satu kekuranganmu hanya satu. Suka tidur dengan berganti-ganti pasangan" Kalina bermonolog dalam diam sebelum tidur.
Esok paginya sesuai dengan ucapan Reyno, Kalina naik ke lantai 2 menuju kamar Reyno, menempelkan jarinya pada sensor dan, walaaaa pintu terbuka. Rupanya Reyno baru selesai mandi masih dengan rambut basahnya.
"Kemari.." Ucapnya menjentikan jari telunjuknya mengisyaratkan Kalina supaya mendekat. Reyno mengeluarkan Hairdryer dari laci.
"Keringkan rambutku" memerintah Kalina sambil tersenyum manis, benar-benar kelebihan kadar ketampanan. Gumam Kalina
Kalina hanya mengangguk pelan menuruti perintah Reyno, butuh waktu kurang lebih 10 menit hingga Kalina selesai menata rambut Reyno. Kemudian Reyno memerintahkan Kalina untuk menyiapkan setelan jasnya yang akan dipakai ke kantor. Kalina tetap menurut, padahal dalam benak Kalina banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang ingin dilontarkannya.
Setelah disiapkan, di depan Kalina pula Reyno melepas bathrobenya hingga seluruh tubuhnya terlihat, hanya bagian inti saja yang tertutup CD.
"Mas jangan disini" Teriak Kalina menutup kedua matanya dengan lengan tangannya membuat Reyno menyeringai devil
"Bukannya kamu sudah lihat yang lebih dari ini tempo hari" Godanya sambil memakai kemejanya, Kalina langsung sigap membantu mengancingnya meski sedikit canggung.
"Ngomong-ngomong soal itu, kenapa sih mas?"
"Kenapa apanya?"
"Kenapa gak cari istri dan nikah aja, daripada melampiaskannya dengan cara beg.."
Ucapan Kalina terhenti melihat lirikan tajam Reyno .
"Apa aku salah bicara?" Tanya Kalina dalam hati
Reyno menghempas nafas kasar lalu menjawab pertanyaan Kalina
"Aku gak pernah kepikiran menikah semenjak Mamanya Zoey meninggal"
Lalu mengancing lengan kemejanya sendiri
"Maaf mas , aku gak bermaksud"
"Gak papa kok, kamu juga harus tahu. Aku melakukannya kalau lagi kangen sama mamanya Zoey, wajah mereka juga pasti kututupi supaya aku bisa berfantasi seolah itu mamanya Zoey" Reyno meraih dasi lalu Kalina dengan sigap membantunya memakai dasi pilihannya tadi.
Setelahnya Kalina diam tak bicara hingga aktivitasnya latihan jadi suami istri itu selesai.
Hari terus berganti setiap hari Kalina melakukan adegan mengurus suami seperti biasanya, hingga sudah masuk minggu ke dua.
Sudah beberapa malam, Kalina lagi-lagi mendapati Reyno membawa perempuan ke ruang kerjanya.
Akhirnya Kalina merasa kesal juga sekarang, padahal awalnya dia mengacuhkannya.
"Maksudnya apa? Aku disuruh belajar mencintai, sementara dia melakukan hal gila itu terus menerus. Kalau begini jadinya. lebih baik aku bicara jujur saja pada mas Reyno. aku muak !!" Gerutu Kalina dalam hati setelah beberapa menit sebelumnya Reyno melewatinya bersama wanita malam tanpa rasa bersalah.
Kemudian Kalina menuju dapur, karena merasa lapar. Sejak kesepakatan menjadi pacar Reyno berjalan, status Kalina di rumah itu tidak lagi setara dengan para pekerja di rumah sehingga membuat para pekerja lebih segan dan sopan pada Kalina.
Kalina meraih teflon, dan menyibukan diri dengan masak-memasaknya supaya tidak memikirkan kegiatan apa yang dilakukan Reyno di ruang kerjanya seperti biasa.
"Nona mau makan apa ? Biar saya saja" Pinta Bi Jum salah satu juru masak Reyno.
"Gak bi, aku kangen masak.. Udah lama banget gak megang wajan begini, hehehe" Jawab Kalina terkekeh kecil
Bi Jum hanya memperhatikan betapa lihainya Kalina memasak.
Sampai akhirnya jadi juga masakan Kalina, kali ini tenderloin steak dengan taburan black papper di atasnya.
"Bi Jum mau coba?" Tawar Kalina
"Enggak, buat non Kalina saja. Bibi sudah mengantuk" Tolaknya dengan senyum
Kalina membawa steaknya ke meja makan dan menyantapnya, sebelum itu Kalina sudah memotong steaknya kecil-kecil.
Tak lama kemudian perempuan bayaran itu turun dari lantai dua lalu keluar melewati pintu utama. Reyno menghampiri Kalina di meja makan, menghempaskan bokongnya duduk di meja makan.
"Kamu lapar apa kesurupan ?" Reyno menegurnya karena sedari tadi cara makan Kalina benar-benar berisik, Kalina sengaja mengeraskan suara garpu dan pisaunya supaya tidak mendengar suara Reyno.
Kalina tetap diam tak bergeming sembari menahan emosinya, dadanya terasa sesak sekali ingin rasanya mengatakan semua uneg-uneg dalam hatinya.
"Kamu makan steak terus jadi bisu? Gitu?" tanyanya lagi
"Aku lagi makan, gak sopan makan sambil bicara" jawab Kalina ketus
"Yaudah kalau gitu aku mau, suapin ya?" Dengan wajah nakalnya Reyno mencolek dagu Kalina membuat Kalina kehilangan selera makan, dan meletakan garpu serta pisau nya ke meja.
"Abisin aja, aku mendadak kenyang" Kalina langsung meninggalkan meja makan dan masuk ke kamarnya sendiri.
"Kenapa aku rasanya jijik pada mas Reyno? Aku sangat tidak terima dengan perlakuannya. Ya Tuhan bantu aku mengurus hatiku ini" Kalina mengusap dadanya mencoba meredam amarahnya
Reyno menyusul Kalina, ia segera mengetuk pintu kamar Kalina namun tak ada jawaban.
"Kalina ! buka atau aku dobrak?"
Kalina dengan sigap membukakan pintunya, dia merebahkan dirinya lagi dan lanjut menonton acara TV kesukaanya. Sementara itu Reyno duduk di tepi ranjang.
"Kamu itu lagi kenapa sih? PMS?"
"Mas dengerin" Kalina memasang wajah seriusnya, Reyno pun mendekat dengan wajah jenakanya. Reyno mengira Kalina hanya sedang badmood bukan sedang kesal padanya.
"Kenapa?" Reyno memainkan kedua alisnya
Kalina menghela nafas perlahan sebelum bicara. "Aku nggak keberatan mengurus Zoey sampai Zoey menemukan orang yang lebih pantes jadi Ibu sambungnya.." ucapan Kalina terpotong
"Maksud kamu?" Reyno mengerutkan dahinya
"Aku gak bisa nglanjutin hubungan yang gak sehat ini mas. Kamu ngajak aku nikah tapi hampir tiap malam kamu tidur dengan berganti-ganti wanita, aku gapapa kalau harus jadi pembantu kamu sampai hutangku lunas, daripada aku terus makan hati. Apalagi kamu masih saja hidup dalam bayang-bayang mamanya Zoey" Kalina memalingkan wajahnya dari pandangan Reyno
"Aku gak bisa kalau gak menyalurkan hasrat ini, aku pria normal Kalina. Yang penting kan aku memperlakukanmu dengan baik" Ujar Reyno
"Gak mas, ini gak bener.. Aku gak merasa dicintai sama sekali, juga aku gak bahagia" Kalina mematikan TVnya lalu menarik selimut dan membelakangi Reyno.
Reyno menatap bahu Kalina lalu pergi meninggalkan kamar wanita itu.
Reyno masuk ke kamarnya sendiri dan menuju kamar mandi.
Sambil membersihkan dirinya.. di bawah kucuran shower, dia memikirkan semua perkataan Kalina
"Ada benarnya juga ucapan Kalina, aku memang jahat menuntutnya mencintaiku. sementara aku bercinta dengan wanita lain" batin Reyno
Esok paginya, Kalina mulai tidak mengurusi kebutuhan Reyno lagi. Yang biasanya Kalina menyiapkan baju, dan lain-lain, kali ini Kalina langsung ke meja makan, sarapan roti dan s**u. Dan langsung berangkat ke kampus menggunakan ojek online.
Padahal waktu masih pagi sekali, Reyno turun dari kamarnya sudah ada Sam di meja makan.
"Kalina mana Sam?"
"Gak tahu bos saya disini sendiri sejak tadi" Jawab Sammy sambil mengunyah sarapan paginya
"Kepala Nan? Lihat Kalina?" Tanya Reyno pada kepala pelayan
"Nona sudah berangkat pagi-pagi sekali Tuan"
"Hah? Pakai apa?" Reyno cengo dibuatnya, tak habis pikir ternyata Kalina benar-benar marah padanya .
"Ojek online sepertinya"
Reyno menelan salivanya berat. Mengingat-ingat bagaimana wajah kesal Kalina semalam.
"Bos bertengkar dengan nona?" Tanya Sammy, Reyno mengusap wajahnya kasar tidak menghabiskan sarapannya lalu bergegas ke kantor.
"Sam, standby di depan kampus. Jemput Kalina bawa ke kantor setelah itu"
"Baik Bos"
Setelah mengantarkan Reyno ke kantor, sesuai perintah Sammy ia langsung menuju kampus Kalina, menungguinya dari dalam mobil.