Eps 2 Diterima Kerja

1861 Words
Tak lama kemudian Kalina siuman, gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali hingga akhirnya dia sadar bahwa dirinya sedang berada di tempat asing. "Ah aku dimana? Kenapa tubuhku rasanya sakit sekali, apa aku diculik?" Kalina bermonolog sambil mengedarkan pandangannya dan berusaha menggerakan tubuhnya yang terasa pegal. "Ini kamar ? Sungguh kamar ? ukurannya lebih luas 5x lipat dari kamarku" Kemudian kalina menyentuh ranjang yang ditempatinya "sangat nyaman, dan besar.." Tapi itu tidak penting, yang sekarang Kalina butuhkan adalah air, dia menoleh ke nakas samping tempat tidurnya lalu menemukan beberapa pil obat dan 2 botol air mineral berukuran 1liter masih bersegel. Kalina segera meraih botol tersebut dan menghabiskannya tanpa sisa, setelah itu Kalina beranjak dari tempat tidur mencoba keluar dari kamar, mencoba mencari tahu dirinya sedang ada dimana. "Aaaah , mengagetkan saja" Kalina terperanjat. Tepat di samping pintu kamar itu ternyata sudah ada seorang pria yang sedari tadi menungguinya. "Nona sudah bangun?" Tanya Sammy hanya diangguki oleh Kalina "Apa ? Nona ? Ini dimana sih ?" Kalina bertanya-tanya dalam hatinya karena masih belum menemukan jawaban. Penasaran, Kalina memberanikan diri bertanya pada Sammy. "Maaf om , ini dimana ya?" Sammy terbelalak mendengar seorang gadis yang ditunggunya malah memanggilnya dengan sebutan om. "Hahahaha, Om? Sejak kapan saya jadi adik ibu nona? Panggil saya Sammy / Sam" Terangnya  "Kan saya lebih muda, enggak sopan kalau hanya panggil nama" Kalina menjawab dengan senyum manisnya. "Apa dia tersenyum? dia tak takut padaku?" batin Sammy "Nona sekarang berada di Jakarta, kemari Nona" Sammy mengintruksi Kalina supaya mengikutinya menaiki tangga menuju lantai 2. tok tok tok "Bos?"  "Masuk Sam" "Hah? Bos? apa om Ruman menjualku lagi?" Kalina mengikuti Sammy masuk kedalam ruang kerja berdesign manly, dia berdiri tepat di belakang Sammy karena takut melihat pria yang ia sangka sudah membelinya dari Ruman. "Nona kenapa?" Tanya Sammy menolehkan sedikit kepalanya karena Kalina memegangi ujung jasnya seperti anak kecil yang ketakutan "A.. aku takut" Bisik Kalina pelan "Hey kau, kemari" titah Reyno dengan suara keras, Kalina masih diam saja tak bergerak barang selangkah. "Kau ini siapa sebenarnya?" Tanya Reyno membuat Kalina semakin bingung "Situasi apa ini? kenapa dia tidak mengenalku? tapi kenapa aku disini" Reyno bangun dari duduknya pindah duduk ke sofa di ruangan itu.  Kemudian Sammy mengajak Kalina duduk. "Siapa namamu?" Reyno menyilangkan tangannya di depan d**a dan menaikan kakinya ke meja di hadapannya. "Ka.. Kalina Om" Jawab Kalina terbata "Om? Apa saya terlihat seperti om om ?" Reyno sedikit kesal ,lebih kesal karena melihat Sammy terkekeh. "Tadi saya juga dipanggil begitu bos" Reyno memutar bola matanya malas dan bertanya lagi. "Ngapain kamu malam-malam di tengah hutan? seram tahu tidak?"  Kalina membelalakan matanya dan langsung mengingat kejadian semalam, dia meremas tangannya seperti orang ketakutan dan melekatkan pada tubuhnya layaknya orang kedinginan.  "Heh kamu kenapa?" Reyno menjentikan jari beberapa kali mencoba menyadarkan Kalina "Rumahmu dimana? Mau pulang sekarang?" Tanya Reyno kebingungan dan spontan Kalina langsung menjawab dengan mata yang berkaca-kaca. "TIDAK ! A.. AKU NGGAK MAU PULANG , AKU NGGAK MAU DIJUAL, AKU INGIN BEBAS , AKU , AKU.. AAA.. AKU hiks, hiks.. Aku pergi sekarang" Kalina mulai menangis dan mencoba meninggalkan rumah mewah milik Reyno, Reyno kaget dengan jawaban gadis malang itu. Dia mengibas-ngibaskan tangannya meminta Sammy mengejar Kalina. Sammy segera berlari dia mencengkram kuat lengan gadis yang hampir saja keluar dari pintu utama.Kalina menangis berlarian, seperti ada sakit yang tak bisa diungkapkan dia terus menekan-nekan dadanya. "Nona?" Sammy masih mencengkram lengan Kalina. "Aku mau pergi hiks... hiks.. aku takut om, hiks..aku gak mau pulang kerumah" Tangis Kalina pecah, Sammy tidak tahu apa yang harus dilakukannya karena dia prihatin melihat keadaan Kalina dia spontan memeluknya dan mencoba menenangkannya , sambil menepuk pundak Kalina pelan. "Nona ceritakan baik-baik, siapa tau saya bisa membantu, memangnya Nona tahu setelah keluar dari rumah ini Nona akan kemana?" Kalina hanya menggeleng masih dengan sesenggukannya. "Bicara ya, kita duduk lagi... disini" Sammy melepas pelukannya dan mendudukan Kalina di sofa ruang tamu. Sammy mengambilkan segelas air putih untuk menenangkan Kalina setelah diam beberapa saat Kalina mulai bicara dan bercerita. "Semalam mobil yang itu, Om kah?" Sammy mengangguk dan tersenyum kecil "Malam itu saya dijual Om, kurang lebih 2 jam saya sembunyi di pohon besar pinggir jalan itu"  "Siapa yang menjual nona?"  "Om Ruman, adik dari ayah saya om"  "Orang tua nona dimana, sampai membiarkan nona dijual?" "Kalau mereka masih hidup, ini gak mungkin terjadi Om, ayah dan ibu meninggal karena kecelakaan jembatan baru di tempat saya tinggal" Sammy menengadahkan kepalanya karena melihat Reyno merapatkan punggungnya ke dinding tepat dibelakang sofa, tapi Reyno hanya mengode dengan satu jari di bibirnya supaya Sammy tetap diam. (ssssttt)  "Oh maaf nona , saya gak tahu" "Gak papa om.." Kalina menjelaskan lagi "Setelah ayah ibu meninggal, Saya dipaksa kerja jadi pemandu karaoke selama 2 tahun terakhir, Jujur saya muak dengan semua perlakuan Om Ruman, ketika saya mencoba kabur dia selalu memukuli saya dan istrinya yang berusaha membela saya"  "Ini hari kelulusanku Om, Om Ruman sudah berjanji akan mengirimku ke Jakarta, bekerja apa saja dan supaya saya bisa kuliah.. Tapi ternyata dia tega membohongiku, selama ini di tempat karaoke saya hanya di lecehkan begini dan begitu, Oke saya masih bisa terima.. tapi malam itu Om Ruman menjualku, benar-benar menjualku.. Dia bilang babi hutan itu sudah membayarnya 200 juta"  Sammy terbahak, mendengar umpatan dari mulut gadis cantik itu. "Hahahahaha babi hutan?" "Iya om, udah botak, perutnya buncit, gendut, tega sekali Om Ruman menjualku pada orang yang pantasnya ku panggil ayah" Sammy tersenyum, ia merasa sepertinya Kalina mulai relax dilihat dari cara bicaranya. "Aku seneng udah sampai Jakarta" "Aku juga gak tahu om Sammy dan Om yang di dalam tadi orang baik atau bukan, tapi aku mau berterimakasih, besok aku mau cari kerja Om kalau aku boleh menginap di sini semalam lagi, tidur di sofa juga nggak papa" "Mau kerja apa kamu?" Tiba-tiba Reyno menyambar dari belakang  "O..om " Kalina terbata terkejut ada orang dibelakangnya "Panggil saya Tuan, kalau kamu mau bekerja, bekerjalah disini" Kalina membelalakan matanya dengan senyum mengembang di bibir mungilnya itu.  "Beneran Om ?" "Om lagi !" Reyno memutar bola matanya malas "Tuan .." Kata Kalina pelan "Pikirkan posisi apa yang kamu mau?" Tawar Reyno tegas "Juru masak? Aku bisa masak Tuan" Kalina begitu antusias "Sudah ada yang mengisi posisi itu" "Kalau gitu, bersih-bersih nyapu ngepel dan..." "Itu juga sudah ada" ketus Reyno "Hmm apa yah, cuci dan setrika baju deh Tuan?" Reyno terlihat berfikir dengan tawaran terakhir Kalina "Hmmm sebenarnya itu juga sudah ada, tapi okelah, Nanti Bi Rinah dipindah ke perkebunan aja Sam"  Sammy mengangguk setuju "Nama saya Reyno, panggil Tuan jangan lupa ! Ganti sprei juga tugasmu ya, setiap pagi setelah saya berangkat kerja kamu harus menggantinya. Sisanya biar Sammy yang jelasin, kamar yang tadi sekarang jadi kamarmu" Jelasnya lalu pergi meninggalkan Kalina dan Sammy "Nona sekarang istirahat dulu, ini sudah fajar. Besok mulai bekerja. Oh iya, obat yang tadi sudah saya siapkan diminum ya, supaya nona cepat sehat" Kalina mengangguk  "Satu lagi, saya sekertaris pribadi Tuan Reyno, Jangan panggil saya Om lagi! panggil saya sekertaris Sam / Nama saya saja kalau Nona tidak keberatan" Sammy mengembangkan senyum dan beranjak meninggalkan Kalina , Kalina sangat senang ia berjalan cepat menuju kamarnya, hari dimana ia kabur, akhirnya juga menjadi hari dimana dirinya mendapatkan perkerjaan yang menurutnya tidak begitu sulit.  ******** Jam 8.30 , Kalina terbangun dan langsung beranjak ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya itu dia mencari-cari dimana letak handuk, akhirnya ia menemukan bathrobe berwarna coklat muda terlipat rapi di dalam cabinet.  Setelah selesai Kalina keluar dari kamar mandi, ia berencana menggunakan pakaian yang semalam. "Kotor banget" gumamnya  Detik setelahnya terdengar suara ketukan pintu diiringi suara pria yang memanggilnya (Apakah Nona sudah bangun?) sepertinya itu Sammy. "Sebentar" Teriaknya , Kalina membuka pintu dengan tubuhnya masih di belakang pintu hanya kepalanya saja yang terlihat, Sammy meletakan beberapa paperbag di lantai.  "Sementara pakai ini dulu, pakai saja yang nona suka"  Kalina hanya mengangguk dan segera menutup pintu. Kalina membuka isi paperbag yang rupanya berisi pakaian. Lebih tepatnya dress, dan ada 3 stel dalaman. "Siapa yang memilihnya? Tapi kenapa bra sport? Ini lebih baik sih, daripada salah ukuran hahaha" Gumamnya dalam hati Kalina mencoba ketiganya dan akhirnya pilihannya jatuh pada dress berwarna salem dengan panjang rok di atas lutut dan sedikit lengan yang menutupi bahu. "Cantik" gumam Kalina mengulas senyum kecilnya Kalina mengeringkan rambutnya setelah dirinya mendapati hairdryer yang berada di rak samping pintu kamar mandi. Setelah selesai, Kalina keluar dari kamarnya. Rupanya sudah ramai orang di ruang makan, hanya Reyno dan Sekertarisnya yang duduk di kursi makan, beberapa orang yang sepertinya pelayannya hanya beridiri beberapa meter di belakang Reyno dengan wajah datar.  "Cantik sekali, benar-benar alami.. itu apa ? Montok banget gilaaa !!" Reyno membelalakan matanya melihat tubuh sexy Kalina lalu menggelengkan kepala berusaha menyadarkan otak kotornya. "Duduk" Perintah Reyno pada Kalina, Kalina pun menurut "Makan, lalu minum obatmu.." Kalina mengangguk pelan , Reyno bicara lagi "Kapan ijasahmu keluar?"  "Minggu depan Tuan" Reyno mengangguk, lalu menengguk segelas s**u yang sudah tersedia di depannya. "Sam , kau urus itu" Kata Reyno lalu mengelap mulutnya dengan tissue, lalu mengeluarkan Ponsel dengan layar retak parah meletakannya ke atas meja dan menggeser dengan jarinya ke arah Kalina.  "Ah benar, harta karunku" Kalina langsung meraihnya dan tersenyum kecil, mencoba menyalakannya. Syukurlah masih menyala, padahal semalam tinggal 35% saja baterainya. bisik Kalina kecil nyaris tak terdengar.  "Kau bisa mendaftar kuliah" Mata Kalina langsung berbinar seketika tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan  "Benarkah tuan?" Tanyanya "Tidak gratis, semuanya tergantung pada pekerjaanmu, biaya kuliah dan lain-lain kupotong dari gajimu selama bekerja padaku" Sambil meraih apel, dan satu pelayan bergegas menghampiri lalu mengupasnya untuk Reyno. "Terimakasih tuan, terimakasih banyak, saya tidak tahu harus membalas kebaikan Tuan dengan cara apa" ucap Kalina sedikit bergetar, ia menggigit kecil bibir bawahnya matanya mulai berkaca-kaca. "Cukup patuh pada peraturanku, dan tidak melakukan kesalahan. Ingat kau disini juga untuk bekerja !!" Tegasnya sambil memakan apel yang baru dikupas pelayan tersebut, Kalina mengangguk dan tersenyum senang. Reyno bangun dari duduknya, lalu keluar dari rumah menuju tempatnya bekerja. "Nona, nanti ada kepala pelayan bernama Nani, Nona tanyalah padanya apa saja yang ingin nona ketahui" Kata Sammy lalu beranjak menyusul bosnya ke mobil. Kepala pelayan memperkenalkan satu-persatu pekerja yang ada di rumah mewah milik Reyno, ada 4 untuk bagian dapur dan bersih-bersih rumah.  Ada 3 orang mengurusi taman, dan kebun buah, ada 6 pengawal yang ditugaskan berjaga di semua pintu keluar, 2 satpam di pos samping grebang utama, dan terakhir 2 orang berjaga di ruang kendali / ruang keamanan. Kepala pelayan mendaftarkan sidik jari Kalina untuk akses membuka kamar Reyno. "Nona? selain tuan Rey dan tuan Sam, hanya ada kita yang bisa mengakses pintu kamar ini. Tapi ingat nona hanya masuk kamar untuk mengambil pakaian kotor, meletakan pakaian yang sudah rapi dan membereskan isi kamar tuan tanpa menyentuh barang-barang lain milik tuan" Kata kepala pelayan memberi tahu,  dan Kalina hanya manggut-manggut seolah mengerti.  "Sekarang kerjakan apa yang harus nona kerjakan, saya permisi" Pamitnya pada Kalina. Kalina terpana melihat kamar yang baginya sangatlah besar. "Kalau dikampung, ini sih sudah jadi rumah 2 kamar, wah wah , apa ini? Walk in closet? Aku hanya melihatnya di internet saja selama ini, Lalu TVnya? Bisa untuk nobar orang se RT. Benar-benar orang kaya, Beruntung sekali yang jadi kekasih tuan Reyno, sudah Tampan, Tajir melintir pula" Kalina menggeleng menyadarkan diri dari monolognya yang mulai gawur. Kalina mulai memunguti pakaian kotor yang ada di walk in closet, mengambil handuk yang sudah digunakan, dan menggantinya yang baru. Baginya pasti akan lelah jika harus membersihkan kamar secara manual di kamar sebesar ini, tiba-tiba Kalina terkejut ada sesuatu yang menabraknya tepat di kaki "Wah rupanya sudah ada tukang sapu disini, sapunya orang kaya. Hahahaha" Kalina terkekeh sambil mengusap-usap robot vacuum cleaner "Terimakasih sudah meringankan pekerjaanku" katanya pada benda kecil yang berkeliling mengitari kamar Tuannya.  Kalina pun keluar dari kamar dan melakukan aktivitasnya sebagaimana mestinya
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD