Rumah Evan berada di kawasan elite, setiap rumah di sana tak kalah dari istana di buku-buku dongeng. Halaman yang luas, taman yang cantik, air mancur, bangunan megah.. Rata-rata rumah di sini bergaya klasik dengan ornamen-ornamen dan tembok ukir, bukan bergaya minimalis modern seperti di komplek rumah Lyssa. Sampai di gerbang perumahan, Lyssa masih harus menelepon Tante Sheila supaya diizinkan masuk oleh satpam penjaga. “Beneran nomor tujuh belas, Mbak?” tanya pak supir sangsi. “Iya, Pak. Tujuh belas kok.” “Tujuh belas.. yang tadi enam belas.. tapi kenapa belum ada juga..” Lelaki itu pelan menjalankan mobil. “Mungkin kelewat tadi, Pak,” kata Lyssa. “Hm.. Bisa jadi. Nanti kalau sudah mentok jalan, saya putar balik.” Tak sampai mentok jalan, kedua manusia dalam mobil tersebut menganga

