“Nanti jam delapan aku ke sini lagi,” kata Rainier di depan rumah Lyssa. Lyssa mengangguk, melihati Rainier mengenakan jaketnya. Seperti biasa, cowok itu memarkir motornya di depan rumah Lyssa. Lyssa maju, mengancingkan resleting jaket sang kekasih. Rainier tersenyum, mengacak rambut Lyssa sayang. “Kamu nggak ada yang dipengenin? Biar nanti aku bawain,” tawar Rainier. Lyssa menggeleng. “Kamu datang dengan selamat saja aku sudah bahagia.” Gadis itu diam sejenak sebelum melanjutkan. “Kamu. Kamu adalah kado paling spesial dalam hidup aku,” ujar Lyssa tulus. Rainier tersenyum, membelai pipi Lyssa sayang. “Betapa aku ingin kamu jadi cewe matre, yang minta ini itu.” Bibir Lyssa manyun. “Kalau aku gak matre, apa itu akan menjadi alasan untukmu berhenti menyukaiku?” “Hahaha, tentu saja tida

