Pasangan itu saling berpandangan. Teman-teman Rainier kini hening, diam mendengarkan pembicaraan pimpinan mereka dengan wanitanya. Rainier lagi, “Asal kamu tahu saja, obat yang kami buat jauh lebih baik daripada yang beredar di pasaran.” Rainier menatap tulus pada Lyssa, melanjutkan kalimatnya. “Lab kami juga produksi minuman keras. Ingat wiski yang kamu minum pas di Black Night? Itu hasil lab kami.” Lyssa meletakkan pulpennya, sebuah fakta berkelebat dalam otaknya. “Oh... Jadi ini yang kamu sebut sebagai ‘usaha’...?” Gadis itu tulus memperingatkan, “Ingat Rainier, kita itu masih anak sekolahan.” “Lalu kenapa jika kami anak sekolahan? Apa hanya orang tua saja yang boleh berjualan alk*hol?” Lyssa bergeleng. Tidak mau berdebat lagi. Gadis itu kembali menekuni latihan soal Bahasa Inggrisn

