Seorang gadis dengan rambut pirang panjang yang tergerai indah, memakai seragam yang ketat dengan body bak gitar spanyol membuat banyak pasang mata kaum Adam tidak berhenti menatapnya.
Arana Earlyn, siapa yang tidak mengenal gadis itu di SMA Devandra? Tak hanya di SMA Devandra, anak sekolah lain pun mengenal gadis itu karena kecantikan dan body nya yang sempurna, tapi ketenarannya tak hanya karena itu, tapi juga karena ia yang suka mencari masalah dan membuat guru pusing tujuh keliling menghadapi gadis itu.
Dan sekarang gadis itu berjalan memasuki sekolah dengan angkuhnya, para siswi memilih berjalan menjauh atau menundukkan wajahnya tak berani berhadapan dengan seorang Arana.
"Lo tau ga?" Tanya seorang gadis yang datang tiba-tiba dan merangkul bahu Arana.
Arana menaikan satu alisnya menoleh ke arah Nesya sahabatnya. "Apa?"
"Anak Respect kembali buat kagum satu sekolahan," ujar Nesya dengan mata berbinar.
Arana menggedikan bahu nya tak peduli, karena yang di perbuat anak Resepct tidak akan jauh berbeda dengan dirinya, namun bedanya anak Respect dikagumi semua murid sedangkan dirinya ditakuti dan menjadi bahan gibahan para siswi, Arana sungguh tidak mengerti.
"Iih Na, lo kenapa si gapernah tertarik sama anak Respect? Mereka itu ganteng tau," kesal Nesya karena ketidak pedulian Arana.
Tiba-tiba Gita datang menghampiri mereka dengan senyum menghias wajahnya dengan warna bibir yang sedikit mencolok, memang penampilan Gita selalu mencolok dan membuat para siswi ingin mengatainya tapi tentu tidak ada yang berani melakukanya terang-terangan kecuali para guru yang selalu memberi teguran bahkan hukuman.
"Kenapa lo?" Tanya Arana kepada Gita yang mengembangkan senyumnya di pagi hari.
"Akhirnya anak Respect balesin dendam gue sama pak Septi," ucap Gita membuat Arana membuang napas nya pelan, dimana-mana selalu saja membahas Respect, padahal jelas-jelas yang mereka lakukan adalah membuat onar tapi seolah semua orang buta dan menganggap semua itu tindakan kepahlawanan para murid.
"Gila sih anak Respect taburin paku diparkiran guru, bikin semua ban motor sama mobil guru kempes terutama guru galak terus yang ngasi tugas ga ngotak." Jika membahas Respect Nesya akan semangat 45 berbeda jika belajar ia akan lesu dan terlihat tak punya semangat hidup.
Arana memutar bola matanya malas tidak tertarik dengan topik yang dibahas kedua sahabatnya, gadis itu memilih berjalan menuju kelasnya dibanding tetap berdiri di koridor mendengarkan bacotan kedua sahabatnya tentang cowok-cowok nakal yang dianggap pahlawan itu.
Untuk menuju kelasnya, Arana harus melewati lapangan yang sekelilingnya dipenuhi para siswi yang melihat lima cowok yang dihukum ditengah lapangan dengan keringat yang membasahi baju mereka.
Seketika siswi yang dilewati Arana bubar karena takut akan menjadi sasaran Arana berikutnya. Arana tak peduli akan hal itu dan tetap berjalan dengan angkuhnya menuju kelasnya.
***
Dilain tempat, lima orang cowok dihukum berdiri dilapangan karena ulah yang mereka lakukan sehabis pulang sekolah kemarin membuat guru murka dan memberikan hukuman berlipat-lipat kepada mereka.
"Bahagia banget gue kalau dihukum gini," ujar Anje dengan senyumnya, padahal sudah jelas ia kelelahan dengan keringat yang membanjiri tubuhnya.
"Dasar sinting!" Gumam Zean dapat didengar Anje.
"Iya, bahagia banget dilihatin siswi-siswi," sambung Wanda dengan memasang wajah sok gantengnya dan menyisir rambutnya sesekali menggoda siswi yang lewat dengan kedipan namun anehnya siswi yang ia goda langsung kabur.
"Gausah sok ganteng lo, siswi yang lo goda aja langsung kabur, makanya ikutin kata Vanya kemaren, oplas dulu jadi ganteng," ucap Andara.
Wanda menoleh kearah Andara yang sedang mengipas wajahnya dengan tangan. "Kata mak gue nih ya, syukuri sama yang dikasih tuhan, gini-gini juga mak gue selalu muji gue ganteng."
"Nenek gue juga selalu muji bapak gue kasep walau udah tua," timpal Anje.
Valdo hanya mendengarkan bacotan temanya itu tanpa minat untuk ikut membuka suara.
"Anjir gila Arana woi! Body nya bener-bener kayak gitar spanyol," heboh Wanda ketika melihat Arana melewati mereka dengan angkuhnya.
"Itu mak nya pas bunting ngidam apasi? Anaknya bening bener," ucap Andara tak melepaskan pandanganya dari Arana sang ratu sekolah.
"Itu berkat goyangan bapaknya," jawab Anje membuat Valdo yang mendengarnya seketika tersedak.
"A'a Valdo kenapa?" Panik Andara, entahlah cowok itu selalu memakai kata A'a kepada Valdo yang terkadang membuat Valdo ingin meleapskan bogemannya ke wajah cowok itu.
Valdo menggelengkan kepalanya. "kayak gaada cewek yang lebih bening dari dia aja," gumam Valdo di dengar Zean yang berdiri disebelahnya membuat Zean melirik Valdo dari ekor matanya.
"Val, lo gaada niatan buat jadiin Arana cewe lo? Sumpah lo berdua cocok banget," ucap Anje dianggukki Andara dan Wanda.
Valdo mengangkat sudut bibirnya. "gue gasuka sama cewe bar-bar dan suka caper kayak dia."
"Anjir Val, kata-kata lo nyelekit banget, kalau tuh cewek denger bisa ngamuk dia," ucap Wanda.
Valdo menggedikkan bahunya acuh dan kembali memasang wajah datarnya membuat teman-temanya menggelengkan kepalanya tak mengerti dengan Valdo yang selalu sinis ketika mereka membahas Arana.
Hukuman mereka berakhir membuat kelima cowok itu bernapas lega, tidak, ini belum berakhir sepenuhnya, saat jam istirahat mereka harus membersihkan perpustakaan dan lanjut membersihkan toilet sepulang sekolah, guru-guru memang tidak nanggung soal memberi hukuman terutama kepada geng Respect yang sangat suka mengerjai guru.
Lima cowok itu sama sekali tidak keberatan yang terpenting mereka senang berhasil mengerjai guru dan melampiaskan kekesalan mereka, tak hanya kekesalan mereka, namun juga kekesalan murid lain yang memang jika menyangkut pelajaran guru itu terutama pelajaran pak Septi yang sekalinya memberi tugas bisa membuat jari keriting.
Geng Respect berjalan menuju kelasnya yakni XI ipa 3 dimana kelas mereka tetanggaan dengan Arana sang dambaan kaum adam yang berada di XI ipa 2.
Mata Valdo tak sengaja melirik kedalam kelas XI ipa 2 dan mendapati Arana yang sedang berbincang dengan dua sahabatnya dimeja paling depan. Cowok itu dengan segera mengalihkan perhatiannya dan kembali berjalan.
Dan kebetulan mereka berpapasan dengan Vanya saudara kembar Valdo yang juga satu sekolah, di Sma Devandra milik pamannya.
"Aduh Vanya, serius deh makin cantik, beneran gamau jadi pacar gue?" Goda Wanda.
Vanya melihat Wanda dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan wajah datarnya. "Gaada yang menarik dari lo," tandasnya.
Andara yang berdiri sontak tertawa dan menepuk bahu Wanda begitupun dengan Anje beserta Zean yang tersenyum tipis, memang Valdo dan Vanya tidak jauh berbeda, sama-sama dingin dan susah untuk disentuh.
Bagi Valdo dan Vanya tidak ada yang boleh masuk dalam kehidupan mereka, jika sekalinya berani masuk maka jangan berharap akan bisa keluar.