Keputusannya untuk menampung Ayana di rumahnya sepertinya agak disesali oleh Adam saat ini. Bagaimana tidak, baru tadi pagi gadis itu tinggal di sini, sudah dua kali Adam dibuat kesal dengan tingkah Ayana.
Pagi tadi sebelum berangkat ke tempat kerjanya, Ayana tidak sengaja menumpahkan kopi hitam pada kemejanya. Sehingga dengan terpaksa, Adam harus berganti kemeja yang baru.
Belum hilang rasa kesal Adam pada Ayana, gadis itu kembali berulah dengan mematahkan gagang panci saat memasak makan siang untuk dirinya dan Emily. Dan gadis itu hanya menampilkan wajah meringis yang membuat Adam menahan umpatannya.
"Belum genap sehari dia tinggal di sini saja sudah membuat banyak masalah. Dasar gadis ceroboh." sungut Adam sembari memijat pangkal hidungnya.
Kepala Adam terasa begitu pening karena memikirkan tingkah Ayana. Ingin sekali dia mengusir gadis itu dari rumahnya. Sehingga dia bisa kembali hidup dengan tenang bersama putrinya saja. Tapi ada sesuatu yang membuat Adam menahan keinginannya itu.
Kehidupan Ayana tidak berbeda jauh dengan putrinya, Emily. Mereka berdua sama-sama menjadi korban dari perceraian orang tuanya. Sehingga dengan alasan itulah Adam memperbolehkan Ayana untuk tinggal bersamanya.
"Papa kenapa?" tanya Emily saat melihat ayahnya duduk di depan perapian sembari memijat hidungnya.
Adam yang semula tidak menyadari kehadiran sang putri lantas menoleh. Seulas senyum tampak terpatri di wajah tampannya.
"Papa tidak kenapa-napa, Sweety. Papa hanya sedikit pusing." balas Adam yang tidak sepenuhnya bohong.
Emily tampak manggut-manggut dan kembali berlalu meninggalkan sang ayah yang menatap kepergiannya dengan tatapan sendu.
"Maafkan Papa, Em. Papa tidak bisa mempertahankan keluarga kecil kita." gumam Adam menatap kepergian putri semata wayangnya dengan pedih.
Adam dulunya adalah seorang pengusaha sukses di bidang properti. Kesehariannya hanya dihabiskan dengan bekerja dan bekerja. Adam akui dia terlalu sibuk bekerja sampai tidak ada waktu untuk keluarga.
Sehingga sang ayah akhirnya menyuruh Adam untuk menggantikan sang kakak untuk mengelola sekolah miliknya. Adam juga ikut mengajar di sekolah tersebut. Semata agar Adam memiliki waktu yang lebih banyak untuk keluarganya.
Singkat cerita, Adam justru tertarik dengan salah satu siswinya. Awalnya pria itu begitu membenci siswi tersebut karena kedapatan bekerja sebagai simpanan para p****************g. Tapi setelah mengetahui cerita dibalik itu, Adam justru terjebak akan pesona siswi bernama Millie Watson tersebut.
Hubungan terlarang akhirnya terjalin di antara Adam dan Millie. Keduanya sering kali menghabiskan waktu bersama di luar jam sekolah. Dan puncaknya ketika Adam meminta Millie untuk tinggal di apartemennya.
Selayaknya pasangan yang sedang kasmaran, keduanya tak segan berbagi kehangatan satu sama lain. Adam sering meminta Millie untuk melayaninya. Dan sebagai balasannya, pria itu akan menjamin hidup Millie.
Hubungan terlarang mereka terus berlanjut sampai akhirnya benih-benih cinta mulai tumbuh di antara keduanya. Baik Adam maupun Millie semakin merasa nyaman satu sama lain.
Millie sangat bergantung pada Adam. Selain karena dia mencintai pria itu, Millie juga membutuhkan biaya untuk membayar sekolah. Mengingat ayahnya sudah tidak lagi peduli pada dirinya dan justru memaksanya untuk bekerja melayani p****************g.
Namun, di saat Millie begitu menggantungkan harapannya pada Adam, pria itu justru meninggalkannya begitu saja demi mempertahankan rumah tangannya. Millie yang mengetahui hal tersebut memilih untuk pergi dan tidak ingin berurusan lagi dengan Adam.
Tapi di saat Millie telah memiliki orang yang mencintainya dengan tulus, Adam justru kembali dan berusaha menculik dirinya. Pria itu terobsesi ingin memiliki Millie setelah pengkhianatan yang dilakukan oleh mantan istrinya.
Millie yang saat itu dalam keadaan mengandung benih Adam semakin tersiksa kala pria itu memaksanya untuk berhubungan badan. Gadis itu akhirnya tidak dapat mempertahankan janin yang ada di dalam kandungannya. Dan Millie akhirnya begitu membenci sosok Adam.
Akibat perbuatannya itu, Adam dijebloskan ke dalam penjara oleh kekasih baru Millie. Dia juga tidak diakui sebagai anggota keluarga Holland lagi. Dan setelah keluar dari penjara, Adam memilih untuk pergi jauh bersama Emily untuk memulai hidupnya yang baru.
Kembali pada masa sekarang, setelah Emily pergi menuju kamarnya, Adam lantas ikut beranjak dari tempat duduknya. Pria itu ingin membuat segelas kopi hitam sebelum memutuskan untuk tidur.
Langkah kaki Adam terhenti saat melihat seorang gadis tengah berdiri membelakanginya. Sepertinya gadis itu tengah membuat sesuatu. Tercium dari aroma wangi yang menghampiri indra penciumannya.
"Astaga."
Pekikan tersebut membuat Adam mengangkat wajahnya yang semula menunduk. Pria itu menatap datar Ayana yang tengah menatapnya dengan pandangan terkejut.
"Ada apa?" tanya Adam sembari menaikkan sebelah alisnya.
Ayana yang sempat tertegun lantas menggeleng dengan ragu. Gadis itu kembali berbalik memunggungi Adam. Dan berusaha fokus dengan kegiatan memasaknya.
"Apa yang kamu buat?" tanya Adam.
Ayana kembali dibuat terkejut dengan kehadiran Adam. Saking terkejutnya, gadis itu sampai menjatuhkan spatulanya dan berakhir tangannya terkena minyak karena gerakan refleknya.
"Awshh.."
Ayana meringis sembari mengibaskan tangannya yang terasa panas. Adam yang panik dengan sigap menarik tangan gadis itu dan membawanya ke arah wastafel.
"Kamu ceroboh sekali." cibir Adam sembari mengguyur tangan Ayana dengan air dingin.
Ayana yang tadinya meringis seketika mencebik. Gadis itu mempoutkan bibirnya sembari menatap Adam dengan pandangan kesal.
"Ini semua karena Om Adam yang tiba-tiba berdiri di belakang Ayana. Ayana kan jadi kaget." sungut Ayana tidak terima.
Adam hanya memutar bola matanya malas tanpa ingin menimpali ucapan gadis itu. Yang ada dirinya dan Ayana justru akan berakhir dengan perdebatan jika dia terus meladeninya.
Tak cukup hanya dengan membasuh luka Ayana dengan air, Adam lantas menyuruh gadis itu untuk duduk di kursi makan selagi dia mengambil kotak obat di ruang tengah.
Tak sampai lima menit, pria itu sudah kembali ke dapur dan menarik salah satu kursi yang ada di samping Ayana untuk duduki. Lalu dengan serius mulai mengobati luka gadis itu dengan salep.
Mendapat perlakuan manis dari Adam, bohong jika Ayana merasa biasa-biasa saja. Sedari tadi, gadis itu bersusah payah menormalkan detak jantungnya yang berdebar kencang saat jarak di antara mereka begitu dekat. Bahkan Ayana dibuat menahan napas kala pria itu meniup lukanya dengan lembut.
"U-udah, Om." cicit Ayana tergagap sembari menarik tangannya yang tengah digenggam oleh Adam.
Gadis itu tampak salah tingkah dan berusaha menghindari tatapan Adam yang memandangnya dengan raut heran.
"Lain kali jangan melamun saat memasak." kata Adam menasihati, sebelum kemudian beranjak meninggalkan Ayana yang menatapnya dengan wajah bersungut.
"Siapa juga yang ngelamun? Yang ada aku justru kaget gara-gara dia." cibir Ayana.
***