55. Kembali Sadar

1273 Words
"Aku suka kamu semakin dekat denganku. Tapi aku takut semakin jatuh hati padamu." *** "Gila, temen gue bisa cakep gini, ya?" Magenta tersipu malu mendengar kalimat itu dari Lila. Dia sudah mengenakan kostum basketnya yang menampilkan lengan atas begitu jelas. Di lengan itu juga terdapat handband kapten. Magenta, dia tengah mengemasi barangnya lalu dimasukkan ke dalam tas. Setelah berganti pakaian tadi, dia kembali lagi ke kelas untuk menghampiri ketiga sahabatnya. Pertandingan masih sekitar 30 menit lagi. Masih banyak waktu untuk sedikit bercengkerama dengan Lila, Ruby, dan Diego. "Gue cakep sejak dalam rahim, lo aja yang nggak nyadar!" Magenta mengangkat tasnya lalu disampirkan di bahunya yang lebar. Diego telah selesai mengenakan sweater hijau army, dia memasukkan permen lolipop ke dalam mulutnya. "Heh, Sukijat! Masih cakepan juga gue. Itu lo aja yang mamerin otot lengan. Kalo gue sih, nggak mau lah pamer-pamer, buat apa coba?! Ntar fans gue yang banyak malah nambah banyak lagi. Bisa meninggoy gue!" "Ya kan Genta mau main basket, bukan mau main bola salju. Ya keles mau make baju tebel tandingnya. Nggak enak dilihat!" Ruby memoleskan liptint pada bibirnya yang pucat. Dia hanya diam-diam membawa, yang penting tidak ketahuan oleh anak OSIS. Lila terpingkal-pingkal, dia membayangkan jika yang dikatakan Ruby itu nyata. "Itu mah mata lo yang pengin liat seger-seger! Astagfirullah, Ruby!" "Ya gimana dong, La, mana liat cowok kalo main basket pake jersey, terus keringetan tuh cakepnya nambah!" Ruby memasukan liptint dan cemnin kecilnya ke dalam tas. Dia berganti untuk mengurusi rambutnya. Menyisiri itu dengan jemarinya sendiri. Diego berdecak pinggang melihat Ruby dan Lila yang jauh berbeda. Ruby yang sibuk mempercantik diri sebelum menonton pertandingan, sementara Lila terlihat begitu berantakan rambutnya. "Halah, paling cowok yang begituan yang sua mainin cewek. Mending yang kayak gue nih, kalem dan sholeh!" celetuknya. Magenta begitu bergidik ngeri mendengar ucapan Diego itu. Dia menyentil kening Diego begitu keras. "Heh, lo tuh lanyap amat mulutnya! Buktinya gue orang yang setia, tuh! Dan satu lagi, mana ada lo kalem sama sholeh, pelajaran agama aja lo malah milih tidur sambil dengerin musik!" "Khilaf itu, Bro! Kuy lah, ntar lo telat lagi, kan lo pemanasan dulu!" Diego berjalan mendahului ketiga sahabatnya. Pikirnya, jika sudah merasa terpojokkan, lebih baik pergi saja. Ruby dan Magenta segera mengekori Diego. Namun Lila berjalan begitu lambat dan mendadak dihadang oleh Navi. Lila mau melangkah ke kiri, Navi juga ke kiri. Melangkah ke kanan, cowok itu juga mengikuti. "Apa?" tanya Lila begitu ketus. "Nggak usah ngehadang gue! Gue mau nonton basket. Gue pasti belajar, ntar lo ke rumah gue aja!" lanjutnya. "Nggak! Ntar lo malah kabur lagi!" sarkas Navi. Dia bersedak tangan dan mengangkat dagu. Lila menatap sinis kepada Navi. Ah, bisa tidak sih, cowok itu berhenti untuk memaksanya belajar? "Ya udah, lo ikut nonton!" Navi mengangguk, dia setuju dengan ajakan Lila. Tanpa ragu, dia meraih tangan gadis itu lalu menggenggamnya begitu kuat. "Biar lo nggak kabur!" Dia lantas menarik Lila untuk mulai berjalan. Jangan. Jangan tanyakan perasaan Lila saat ini. Yang jelas, dia bisa merasakan telapak tangan Navi yang begitu dingin. Debaran hebat menyelusup pada jantung Lila. Dia begitu gugup dan jujur saja rasanya hampir menggila karena digenggam Navi. Mereka berdua mulai memasuki GOR SMA Sky Blue. Menyelusup dalam kerumunan, mencari keberadaan sahabat Lila. Ketemu. Ruby dan Diego sedang duduk di tribun paling bawah dengan keduanya sama-sama memerhatikan Magenta yang sudah berkumpul dengan tim basketnya. Navi dan Lila mendekati kedua sahabat Lila itu. Mereka berdua masih saling menggenggam. Pantas saja hampir semua siswa yang sedang di tribun kompak melihat mereka berdua. Cowok the most wanted menggandeng seorang gadis? Tentu saja itu adalah patah hati berjamaah bagi para kaum hawa. Disamping itu, Magenta yang jelas sekali melihat Lila datang bersama Navi, dadanya menjadi sesak. Dia bahkan tidak fokus untuk melakukan pemanasan. Ia mencoba membuyarkan pandangannya, bagaimanapun, cowok itu harus fokus untuk pertandingan kali ini. Pertandingan dimulai dengan jump ball. Tim SMA Sky Blue yang pertama mendapatkan bola. Lagi-lagi, lawan mereka adalah SMA Khatulistiwa. "Magenta semangat!" Mendengar teriakan dari Lila, semangat Magenta yang tadi pudar tiba-tiba kembali membara. Dia malah menggiring bola begitu gesit lalu mengoper kepada Haidar dengan teknik overhead pass. Bola basket masih dibawa oleh Haidar. Cowok kelas XI IPS 2 itu, tiba-tiba dikepung oleh tim Khatulistiwa. Lantas, dia mengoper kembali bolanya ke arah Magenta. Magenta dengan sigap menerima operan melambung dari Haidar. Posisinya sudah dekat dengan ring. Tak perlu berlama lagi, dia mengambil tolakan bersiap untuk jump shoot. Begitu dia melompat, bola dilempar, dan berhasil masuk dalam ring. Lila yang menonton itu tak bisa berhenti menyerukan nama sahabatnya. Dia sampai melambai-lambaikan tangan ke arah Magenta. "Sahabat gue emang the best!" teriak Lila. "Sahabat terus disebutnya, kapan ya lo bisa nerima Genta di hati lo, La?" tanya Diego yang menyadari Navi ada di samping kanan Lila. Ruby memasukan keripik singkong keju dalam mulutnya. Dia begitu asyik menonton pertandingan karena pemain basket di lapangan itu penuh dengan cowok ganteng idealnya. "Ya lo tau sendiri, Di, hati Lila tuh udah sold out cuma buat Navi. Kalo gue jadi Lila, sih, gue milih Genta. Soalnya gimana yah, Genta itu mau ngelakuin apa aja dan itu tulus banget karena dia bener-bener sayang. Dan sementara Navi, dia itu sangat abu-abu bikin pusing. Mana omongannya pedes kayak sambel ayam geprek!" Diego menyenggol sikut Ruby, memberi kode kepada cewek itu agar menengok ke arah Navi. Ya, terlalu fokusnya menikmati pemandangan cowok ganteng, Ruby sampai tidak menyadari ada Navi. "Emm La, lo yakin lo nggak ada rasa sama Genta?" "Ayo, pulang, udah sore," celetuk Navi membuat Lila tidak jadi menjawab pertanyaan Diego. "Lah, gue masih pengin nonton ... " keluh Lila melirih. "Magenta lagi cakep bang--" Belum juga Lila menyelesaikan ucapannya, dia sudah ditarik kuat oleh Navi untuk undur diri dari tribun. Lila mengerucutkan bibirnya selama perjalanan menuju parkiran. Dia merajuk kepada Navi yang terlalu seenak jidat memaknya pulang. Parkiran SMA Sky Blue sangat sepi kali ini. Namun, kendaraan di parkiran itu masih berjejer begitu rapi. Ya, pasalnya, para siswa sedang menonton pertandingan yang sedang sengit tadi. "Bisa nggak, sih, lo berhenti maksa gue belajar? Gue pengin sama temen-temen gue. Gue pengin kayak yang lain nikmatin waktu buat hiburan!" protes Lila setelah duduk di kursi mobil. Navi mencondongkan tubuhnya ke arah Lila. Membuat Lila mati gaya. "Safety first," ucap Navi setelah memasangkan sabung pengaman untuk Lila. Cowok itu mulai menyalakan mobilnya dan segera meninggalkan SMA Sky Blue. Dia tidak peduli dengan Lila yang terus mengoceh sepanjang jalan. Tetapi dia juga tidak meminta Lila untuk berhenti mengoceh. Aneh sekali. "Hari ini ke rumah gue. Mola pengin ketemu sama lo." Lila mendelik tajam. Ke rumah Navi lagi? Mengapa semakin kesini, dia merasa semakin dekat dengan Navi? "Iya udah, tapi gue juga mau refreshing. Apa lo mau kalo gue pingsan karena baca buku terus?" "Mana ada orang pingsan gara-gara baca buku, dodol!" "Ya siapa tahu gue yang pertama kayak gitu. Lumayan, nama Lila Rosetta bisa masuk on the spot sama rekor dunia!" Navi menoyor dahi Lila. Dia sangat tidak paham mengapa ada gadia yang bentukannya seperti Lila. "Udah ngerjain tugas dari gue?" "Boro-boro gue ngerjain. Gue aja nggak paham harus diapain soalnya. Lo sih, bikin soal kok nggak jelas!" "Lo bakal tahu cepat atau lambat. Dan kalo udah tahu, ngomongnya tunggu gue tanya." Lila berdehem. Dia memilih mencoba tidur daripada berdebat dengan Navi. Bersender di kaca mobil, menikmati melodi musik ballad yang Navi putar, Lila dapat dengan mudahnya masuk dalam dunia mimpi. *** Lila membuyarkan lamunan panjangnya. lamunan tentang dirinya dan Navi yang dulu. Gadis itu lantas menatap lekat Navi yang tengah berkutik dengan buku matematika. Tampan. Jika kebanyakan cowok terlihat tampan saat berolah raga, tetapi Navi justru terlihat begitu tampan saat mengerjakan soal matematik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD