Jinora 3

1230 Words
Setelah pertemuan singkat Jinora dengan orang tua John, hubungan mereka semakin mesra dan juga bahagia. Bahkan setelah satu minggu kemudian, John melamar Jinora. Ia datang bersama kedua orang tuanya ke rumah Giselle. Saat ini mereka tengah berkumpul di ruang tamu. Membicarakan tentang kelangsungan hubungan kedua pasangan itu. Jinora terlihat begitu cantik dengan dress panjang berwarna putih, sementara John menggunakan jas hitam dengan kemeja putih ,dan di lengkapi dasi yang senada dengan warna jas. Mereka duduk berseberangan, dengan sesekali saling tatap dan merasa malu pada diri masing-masing. "Jadi bagaimana, Nyonya? Apa anda setuju jika pernihakan mereka akan dilangsungkan dalam waktu satu bulan dari sekarang?" tanya ayah John memastikan. "Aku menyerahkan keputusan ini pada Nora, jika ia menyetujuinya, maka aku juga akan mendukungnya," terang Giselle. "Nora setuju, Tante. Lagipula tidak ada alasan untuk kita menolak," jawab Jinora. "Baiklah kalau begitu, kalian tenang saja. Untuk urusan wedding organiser biar Mama dan Papa yang urus," ujar Ibu John. "Baiklah kalau begitu, kita semua sepakat dengan hari dan tanggal itu, aku harap hubungan mereka akan selalu seperti ini," celetuk Giselle. Akhirnya mereka sepakat untuk mendaftarkan pernikahan antara John dan Jinora pada bulan depan dan di tanggal yang sudah disepakati. Acara itu memang berlangsung begitu singkat, karena ayah John yang harus segera kembali ke Jakarta, di sana hanya tinggal John saja yang masih berbincang bersama Jinora. Sementara Giselle memilih untuk masuk kedalam kamarnya ,dan beristirahat. John dan Jinora duduk berdampingan di ruang tamu. Kali ini Jinora nampak begitu manja dengan John. Ia bersandar pada bahu John, lalu tangannya menggenggam tangan John. "Kamu bahagia?" tanya John. "Iya ... sangat bahagia." "Kamu cantik malam ini, kenapa tidak pernah merias diri?" tanya John. "Apa kamu mau, kalo aku dilirik sama keeper lainnya?" goda Jinora. "Yang ada aku bakal suruh Radja buat makan mereka," sahut John. Radja adalah singa kesayangan John. Setiap hari Radja hanya mau bersama John, singa jantan itu sangat manja jika sudah bertemu dengannya. John biasa mengajaknya untuk bermain bola atau kejar-kejaran. "Kau selalu begitu," ucap Jinora. "Sudah malam, aku harus pulang," pamit John. "Baiklah." Jinora beranjak dari tempatnya, tetapi langsung saja tubuhnya di tarik olrh John hingga terjatuh dalam pangkuan pria itu. Mata mereka saling beradu, John menarik perlahan dagu Jinora hingga tidak ada jarak lagi di antara keduanya. Bibir mereka saling bertemu, John melumat bibir Jinora dengan lembut. Pria itu juga mengulum bibir bawah kekasihnya ,dengan napas keduanya yang saling memburu. lidah John kini menjulur dan menyusuri rongga mulut Jinora. Saat tangan John mulai menyentuh bagian d**a Jinora, ia langsung mendorong tubuh John perlahan. Jinora melepaskan ciuman itu, dan berdiri dari posisinya. "Udah malem, gak enak kalo Tante nanti bangun," ujar Jinora beralasan. "Kamu bikin aku jadi gak sabar buat nikah," celetuk John yang akhirnya mendapatkan pukulan di bagian dadanya. "Udah sana!" John terkekeh melihat wajah kekasihnya yang terlihat merona karena ucapannya itu. Akhirnya John keluar dari rumah Jinora, ia masuk kedalam mobil dan melaju kencang menuju rumahnya. Sementara itu, Jinora tengah menahan jantungnya agar tidak meledak. Ya, ia merasa sangat bahagia malam ini. Karena sebentar lagi statusnya akan menjadi Nyonya Pandeirot. Mereka juga sepakat ,setelah menikah Jinora akan tetap bekerja di Taman Safari, sementara John melanjutkan bisnis keluarganya. *** Hari ini, Jinora kembali bekerja seperti biasa. Jadwal pemeriksaan satwa hari ini membuatnya sangat sibuk dan tidak begitu peduli dengan John. Hal itu tentu saja membuat John kesal, pria itu menemui Jinora di ruang kesehatan dengan tangan yang terluka karena digigit Radja. "Astaga! Kok bisa gini sih," seru Jinora yang panik melihat darah keluar dari tangan John. "Radja lagi sensitif," jawab John singkat. "Tumben, kamu juga biasanya gak gini kalo kerja, kenapa sih?" tanya Jinora. "Gapapa." "John, Radja ngamuk! Cuma kamu tuh yang bisa kendaliin," ujar Jody seorang keeper singa betina. "Tunggu! John masih di oabatin tangannya!" sahut Jinora sembari menarik tangan kekasihnya untuk duduk. Dengan sabar Jinora membalut luka yang ada ditangan kekasihnya. Setelah selesai, ia melepaskan John untuk kembali ke kandang singa. "Aku tahu kamu pasti ngambek kan? Maaf ya, hari ini aku sibuk banget," bisik Jinora sebelum John pergi. John tersenyum lalu berkata,"nanti makan malam sama-sama, aku jemput jam enam." Jinora mengangguk, setelah itu John menghilang dari balik pintu. Sementara itu, Jinora kembali mengobati beberapa satwa yang sakit di kliniknya.  "Nora ,aku izin pulang dulu ya? Kata Abah ,Umi pingsan nih," ujar Anita dengan wajah panik. "Loh kok bisa sih? Iya deh, kamu pulang aja liat kondisi Umi ," ujar Jinora memberi izin pada temannya itu. Akhirnya Jinora harus bekerja sendiri di dalam klinik. Sementara satwa yang masih perlu di tangani ada lima lagi. Dan saat ini waktu sudah menunjukkan pukul tiga lebih empat puluh lima menit.  Tok ... Tok ... Tok ... Suara ketukan pintu membuat Jinora harus mengalihkan perhatiannya lagi. "Masuk aja," ucap Jinora. "Belum selesai, sayang?" tanya Giselle yang ternyata masuk ke dalam klinik. "Belum ,Tante. Anita pulang duluan, katanya Umi pingsan," jelas Jinora. "Astaga ... semoga tidak terjadi apa-apa ya," ujar Giselle. "Tante pulang aja dulu, Nora masih lama ... kurang empat lagi tuh pasiennya," ujar Jinora. "Ya udah deh," jawab Giselle. Akhirnya Giselle pun memilih untuk kembali ke rumahnya terlebih dahulu.  Waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam, suasana Taman Safari sudah sangat sepi dan sunyi. Hanya ada beberapa keamanan saja yang berjaga. Mereka kini memeriksa setiap ruangan didalam Taman, hingga bertemu dengan Jinora yang baru saja keluar dari dalam klinik. "Mbak Nora, kok baru selesai?" tanya Jojon ,keamanan Taman Safari. "Iya ,Pak. Kerjaannya baru aja selesai," jawab Jinora sembari tersenyum pada Jojon. "Cepet pulang ya, Mbak. Udah petang juga," ujar Jojon. "Iya, Pak. Saya pulang dulu," pamit Jinora. Akhirnya Jinora masuk kedalam mobil dan melaju hingga sampai di rumah.  Jinora melihat mobil John terparkir didepan halaman rumah Tantenya, Ia hampir saja lupa dengan acara makan malam dengan kekasihnya itu. Jinora mengambil napas panjang sebelum masuk ke dalam rumah, kini ia siap mendengarkan omelan John. "Sayang! Kenapa gak kasih kabar kalau kamu lembur? Aku mau jemput ini tadi ke kerjaan, tapi Tante Giselle bilang kamu udah dijalan, kamu kan tahu kalau aku gak suka lihat kamu pulang lewat dari jam yang udah di tentuin! lagi pula kondisi satwa disana gak lagi sekarat kan!" gerutu John. "Udah? Mungkin kalo buat kamu gampang ngomong kayak gitu! Terus kalo ada apa-apa sama satwa itu gimana? Siapa yang akan tanggung jawab?" balas Jinora. "Mati ya mati aja kali, Yang! Kamu seharusnya kerja itu yang bikin kamu untung! Bukannya nyita waktu kamu dari aku!" "Aku capek! Mending kamu makan malam sendiri aja! Aku mau langsung tidur aja." Jinora melangkah masuk kedalam rumah, tetapi John menahan tangan Jinora ,dan menariknya. Jinora mengaduh karena merasa sakit saat pergelangan tangannya ditarik oleh John. "Kok kamu kasar gini sih? Aku capek! Mending kamu pulang aja sana!" bentak Jinora. "Aku gak mau pulang sebelum kita makan malam!" bantah John. "Kalian kenapa berantem? Lagian kan karena masalah jam kerja aja kok jadi gini sih?" Giselle mencoba untuk melerai keduanya. "Maaf ,Tante," ucap John menyesal. "Nora mau mandi terus tidur, capek! Tante temenin John makan gih!" ujar Jinora sembari kembali melangkah ke dalam rumah. Sementara John masih duduk di ruang tamu bersama Giselle. Pria itu masih menunggu kekasihnya untuk turun dan menemuinya. "John, mending kamu pulang aja dulu ya? Nora pasti banyak banget kerjaan hari ini, sampai dia marah begitu," ujar Giselle. "Ta-tapi ,Tante. John cuma khawatir aja," ucap John. "Iya, Tante tahu itu, tapi untuk saat ini Nora lagi gak bisa di ganggu, besok kamu bicarakan lagi baik-baik sama dia ya?" John mengangguk, pria itu akhirnya memilih untuk mengalah dan pergi dari sana. Sementara Giselle menemui Jinora di kamarnya. Ceklek "Udah pulang?" tanya Jinora. "Udah, baru aja." "Kesel aku tuh! Udah tau kerjaan lagi banyak, maunya dia di perhatiin terus dimanapun berada, emangnya Nora CCTV apa?" gerutu Jinora. Giselle terkekeh mendengar celotehan keponakannya itu. Wanita itu mencubit pipi Jinora lalu beranjak dari sana untuk kembali ke dalam kamarnya. Sementara Jinora memilih untuk tidur agar besok tidak kesiangan saat bekerja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD