Jinora 1

1219 Words
Pagi ini, Jinora nampak mengenakan seragam zoo keeper. Wanita berdarah Indo - Amerika itu sudah tinggal di Bogor selama lima tahun ini. Pekerjaannya sebagai dokter hewan khusus satwa liar ,membuatnya harus berurusan dengan satwa liar yang ada di Taman Safari, Bogor. Tidak hanya sebagai dokter hewan, Jinora juga dikenal sebagai orang yang sangat mudah menjinakkan hewan di sana. Kedekatan wanita itu dengan satwa di sana membuatnya memiliki sebutan sebagai Queen of Florest. "Tante, Nora berangkat dulu ya?" pamit Jinora. Giselle yang masih sibuk dengan urusannya di dapur hanya menjawab dengan suara yang menggema di seluruh rumah. "Hati-hati di jalan ,sayang! Tante berangkat jam sembilan ya!" teriak Giselle. "Oke!" balas Jinora. Wanita itu menggunakan mobil Honda Jazz untuk sampai di Taman Safari. Jarak rumah menuju Taman Safari memang tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu lima belas menit saja. Sampai di tempat kerjanya, Jinora di sambut oleh John. Pria bertubuh tinggi dan memiliki otot yang terlihat menggoda jika mengenakan kaos tanpa lengan. John Pandeirot adalah kekasih Jinora, mereka sudah menjalin hubungan selama enam bulan.  "Pagi, sayang," sapa John. "Pagi ... masih pagi kok udah pamer ginian sih?" protes Jinora. "Nana siram aku pakai air yang ada di bak, jadinya basah deh baju aku," jelas John. Nana adalah nama gajah yang ada di sana, John bekerja sebagai zoo keeper yang menangani satwa gajah dan beberapa mamalia besar lainnya. Setiap pagi, pria itu akan memandikan Nana agar terlihat lebih segar saat ada pengunjung yang datang untuk melihatnya.  "Nora! Susi sakit gigi," ujar Anita , asisten Jinora. "Apa? kok bisa sih!" Jinora memilih untuk segera menuju ruang kesehatan.  Jika sudah menyangkut kesehatan satwa di sana, Jinora akan mengabaikan semua yang berada didekatnya, termasuk John. Pria itu sudah terbiasa saat Jinora mulai mengabaikannya karena harus segera menangani satwa yang sedang sakit. Sampai di ruang kesehatan, Jinora sudah mengenakan jas putihnya ,dan juga mengenakan masker kesehatan. Ia kini tengah memeriksa Susi, seekor orang utan yang berusia lima tahun. Jinora memeriksa deretan gigi milik Susi, ia melihat ada lubang pada salah satu giginya, dan menyebabkan nyeri. "An, ambilin excavator sama sonde dong!" titah Jinora. "Ini Ra," ucap Anita sembari memberikan alat yang diminta oleh Jinora. "Susi tenang dulu ya ... giginya mau dibersihin dulu, kalo gerak nanti bisa tambah sakit," ujar Jinora pada Susi. Satwa itu memejamkan matanya karena takut, sementara Jinora dengan perlahan membersihkan bagian yang mengotori lubang pada gigi.  "Ra, tadi kayaknya Jojo lagi ngambek, gak mau keluar kandang tuh," ujar Anita. "Kenapa semua jadi pada manja sih?"  Jinora mengakhiri perawatan pada gigi Susi. Ia menambal gigi yang berlubang, lalu menyuruh Anita untuk mengembalikan Susi ke habitatnya. Kini waktunya untuk Jinora berkeliling, ia akan mengabsen beberapa satwa untuk di periksa kesehatannya. Dimulai dari kawanan Surili, monyet langka spesies primata dari Jawa Barat. Ciri khas dari monyet ini dengan primata lainnya adalah warna bulu abu-abu di seluruh bagian tubuh, tetapi berwarna putih di bagian d**a. Surili merupakan nama dalam bahasa Indonesia dan Sunda untuk menyebutkan monyet pemakan daun yang penyebarannya hanya terbatas di Pulau Jawa bagian barat. Surili Jawa termasuk ke dalam keluarga Cercopithecidae genus Presbytis.  Jinora nampak dengan santai masuk kedalam hutan buatan yang memiliki banyak primata dengan banyak jenis itu. Wanita itu bersama Anita mendatangi wilayah yang terdapat kawanan Surili di sana. Jinora mengisyaratkan untuk kawanan itu segera berkumpul dengan meniup peluit besi. Dan beberapa detik kemudian, kawanan Surili datang mendekati Jinora dan Anita.  "Koko, sini!" panggil Jinora. Seekor Surili berjalan mendekati Jinora, Koko nampak begitu manja ketika Jinora mengulurkan tangan untuk meraih tubuh satwa itu. Sedangkan Anita mengeluarkan alat untuk mengukur suhu tubuh. Tentu saja kegiatan itu memakan waktu cukup lama, karena kawanan Surili disana berjumlah kisaran dua puluh lima ekor. Dan tidak semua mau menurut pada Jinora, karena ada beberapa satwa yang memang sulit untuk didekati. "Ra, habis ini periksa kandang harimau ya? Inara kayaknya mau lahiran itu," ujar Anita mengingatkan. "Oh iya, habis ini kita kesana." Setelah menjawab, tiba-tiba saja seekor Surili mengigit tangan Jinora, "Aduh!" keluhnya. "Ra, kamu gapapa?" tanya Anita panik. "Gak kok, An." Anita segera mengeluarkan NaCl untuk membersihkan tangan Jinora. Tentu saja ia membawa cairan itu, karena peralatan medis memang selalu tersedia pada tas besar yang dibawa Anita. Setelah selesai mengobati luka gigitan itu, Jinora dan Anita beranjak menuju kandang harimau. Inara adalah Harimau Sumatera, merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia.  Harimau sumatra mempunyai warna paling gelap di antara semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat kadang kala dempet. Harimau sumatra jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci dari kepala ke kaki atau sekitar 250 cm panjang dari kepala hingga kaki dengan berat 300 pound atau sekitar 140 kg, sedangkan tinggi dari jantan dewasa dapat mencapai 60 cm. Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198 cm dan berat 200 pound atau sekitar 91 kg. Belang harimau sumatra lebih tipis daripada subspesies harimau lain. Warna kulit harimau sumatra merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga jingga tua. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan. Ukurannya yang kecil memudahkannya menjelajahi rimba. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan mereka mampu berenang cepat. Harimau ini diketahui menyudutkan mangsanya ke air, terutama bila binatang buruan tersebut lambat berenang. Bulunya berubah warna menjadi hijau gelap ketika melahirkan. Dan hanya ada dua puluh di Taman Safari Bogor. Jinora dengan tenang mendekati Inara, ia melihat satwa itu tengah menahan sakit karena akan melahirkan. Dan Jinora berusaha membantu Inara untuk dapat melahirkan dengan lancar. Karena hari ini adalah kali pertama Inara melahirkan. Sehingga tenaga medis sangat diperlukan di sana. "Inara, tenang ya ... Nora akan bantu sampai selesai," ujar Jinora dengan suara lirih. John tengah berdiri di pintu masuk kandang, ia melihat wanita terhebat menurutnya. Suatu anugerah untuk John bisa mendapatkan kekasih yang begitu berani dan juga pintar. Pandangan mata pria itu kini tertuju pada perban yang membalut tangan kiri Jinora. John memanggil Anita untuk dimintai keterangan. "Tangan Jinora kenapa?" tanya john. "Digigit Surili tadi, gak tau kenapa kok tiba-tiba gigit gitu," jelas Anita. "Sobek? atau punya luka biasa?" tanya John lagi. "Luka biasa kok, Mas. Ya ,sobek juga sih ,dikit ... soalnya tadi ditarik ama Surilinya," jelas Anita lagi. "Hmm, ya udah." Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya bayi harimau itu lahir. Jinora yang baru saja keluar dari kandang Inara ,kini membersihkan tangannya yang bersimbah darah dari proses melahirkan Harimau itu. John kembali menghampiri kekasihnya, lalu mengajak Jinora untuk segera beristirahat. Pria itu sudah menyiapkan hidangan makan siang di kantin. Sebelumnya John memesan makanan pada Giselle untuk dirinya dan Jinora. "Duduk!" ucap John. "Kamu kenapa sih? Khawatir sama tangan aku?" tanya Jinora yang melihat kekasihnya sedikit khawatir. "Ya ... apalagi? Kerjaan kamu itu berhubungan dengan nyawa kamu sendiri, kalau gak ada yang sama kamu terus kumpulan satwa nyerang gimana?" omel John. "Yaelah, kamu udah kenal aku berapa tahun sih? Gitu aja masih ngomel tiap aku luka kayak gini." "Bukannya gitu ,sayang. Kamu susah sih dikasih tau! Kan berkali-kali aku bilang, kalau mau ke hutan itu bilang aku, pasti aku temenin," ujar John. "Kamu itu punya kerjaan sendiri, jangan ngikutin aku terus! Yang ada pak bos bisa marah ke aku nanti!" tegas Jinora. "Duh ... pasangan fenomenal kok tengkar mulu sih," goda Anita yang datang membawa senampan makanan. "Siapa suruh duduk disini?" sahut John. "Gapapa, An. duduk aja!" sela Jinora. John terlihat berdecak kesal dengan sikap Jinora saat ini, tetapi pria itu tidak akan bisa berlama-lama untuk merasa kesal pada kekasihnya itu. Dan setelah kejadian itu, dalam sehari John benar-benar tidak mendapat perhatian Jinora sama sekali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD