My Perfect Stranger 2

1205 Words
Suara seorang guru yang tengah menjelaskan materi trigonometri di depan papan papan tulis bergema di sebuah kelas, beberapa murid tampak fokus mendengar serta sesekali mencatat materi di buku, ada pula yang tidak mendengarkan dan malah asik bermain ponsel dibalik buku mereka. Melihat ada salah satu muridnya yang sedang tidur, wanita usia dua puluh sembilan tahun itu mendesah kesal sambil berjalan ke meja muridnya yang sedang tertidur pulas, guru itu menendang meja muridnya itu hingga meja itu bergeser dan muridnya yang tidur terjatuh ke lantai. Murid perempuan yang tengah tertidur itu pun lantas terbangun dan memegangi kepalanya yang luka malah terbentur ubin lantai lagi, ia terperanjat ketika semua siswa-siswi tengah menatap ke arahnya serta guru nya yang sudah melipat tangan di depan d**a. "Kau lagi, kau lagi, tidak bisakah kau mendengarkan gurumu yang sedang mengajar? Modal tampang tidak akan membuatmu jadi bahagia, kau juga harus memiliki otak untuk masa depan mu nanti!" Gurunya berdecih pelan seraya membuang tatapannya. "Percuma parasmu cantik tapi itu tidak berguna," desisnya yang langsung membuat Rebecca Aurellixa menggebrakkan mejanya tidak terima. Lagi-lagi gurunya melotot ke arah Becca, menghela nafas kasar dan menunjuk Becca dengan jarinya hendak memanggil Becca untuk maju ke depan. Siswa-siswi langsung saja berbisik-bisik sambil melihat ke arah Becca yang dengan santainya berjalan mendekati guru matematika mereka. Ketika telah sampai di depan kelas, guru matematika mereka berdecih dan langsung saja melayangkan pukulan telak di pipi kanan Becca hingga membuatnya terhuyung dan tersungkur di ubin lantai. "Dasar murid tidak tahu etika! Berani sekali kau menghancurkan suasana di kelasku, kau pikir kau siapa?!" *** Becca baru saja keluar dari toilet dan membasuh wajahnya di wastafel, berkali-kali ia membasuh wajahnya hingga membuat rambutnya ikut basah karena cipratan air. Sudah biasa ia diperlakukan kasar oleh gurunya, itu belum seberapa karena perlakuan guru olahraga lebih sadis dari itu, itu semua diterima nya karena orangtuanya tidak memiliki kekuasaan apapun di sekolah makanya ia diperlakukan berbeda. Tiba-tiba saja beberapa gadis memasuki toilet dengan gaya centil mereka dan langsung mengepung Becca tidak lupa menoel kepala Becca dengan keras bermaksud menyapa. Keempat gadis itu berdecak melihat penampilan Becca yang tampak menyedihkan, keempat nya langsung saja menertawakan Becca dengan keras sambil sesekali menoel kepalanya. Becca mendengus keras, tidak terima dengan perlakuan siswi-siswi itu ia langsung menyiram mereka dengan air dan keempatnya langsung menjerit histeris. Becca melenggang pergi meninggalkan toilet seraya merapikan rambutnya yang berantakan. *** Becca dan Zeni ditunjuk wali kelasnya untuk melakukan piket kelas sepulang sekolah, namun Zeni sama sekali tak berniat untuk membersihkan kelas, gadis itu malah meninggalkannya seorang diri di kelas. Becca menghela nafas panjang dan mulai menyapu lantai kelasnya yang lumayan luas. Sesekali Becca menatap jendela hendak melihat Reygan menunggu kekasihnya itu melewati kelasnya. Namun bukan Reygan yang datang tetapi keempat gadis yang tak lain adalah Feny, Ceri, Fila dan ketua geng mereka Shila. Feny dan Ceri membawa tempat sampah yang berisikan sampah-sampah makanan busuk di dalamnya. Lantas saja Becca langsung menjauhi keempat gadis yang tengah menatapnya sinis seraya tersenyum miring itu, namun Shila langsung berjalan mendekatinya dan menarik kuciran rambutnya dengan keras hingga Becca meringis dan berusaha melepaskan tangan Shila dari rambutnya. Fila merekam mereka sedari tadi dan Kedua gadis yang tengah membawa tempat sampah busuk itu mendekati Becca. "Tidak! Tidak! Jauhkan tempat sampah itu dariku!" jerit Becca panik seraya berusaha melepaskan diri. Shila menarik rambut Becca hingga ia terduduk di lantai. "Cepat tuangkan benda busuk itu ke seluruh tubuhnya," ucap Shila dengan seringai di wajahnya. Feny dan Ceri terkekeh pelan dan langsung saja menuangkan tempat sampah itu ke kepala Becca, makanan busuk berjatuhan mengenai Becca. Setelah itu keempat gadis itu tertawa terbahak-bahak dan menjauhi Becca yang sangat bau karena aroma makanan busuk sudah melekat di tubuhnya. Yang dilakukan Becca hanya bisa terduduk lemas seraya mengepalkan tangannya, ia berdiri dari duduknya seraya menatap tajam ke arah ke empat gadis itu. "Uhh kau sangat bau Becca, jangan mencari masalah kepada kami jika kau tak ingin diperlakukan seperti ini," ucap Shila sambil menatapnya jijik. "Ayo kita pergi, di sini sangat bau!" Becca ingin sekali melempar keempat gadis itu dengan kursi-kursi namun ditahannya karena jika ia membuat keempat gadis itu terluka pasti ia akan langsung dituntut oleh oramgtua meraka dan bernasib ia harus dikeluarkan dari sekolah. Ketika keempat gadis itu pergi meninggalkannya Becca menangis sejadi-jadinya sambil membersihkan kelasnya yang sudah sangat berantakan karena keempat gadis sialan itu. Becca berusaha untuk tidak menangis dan menyeka air matanya dengan kasar, ini adalah nasib ketika orangtuanya tidak kaya dan tidak mempunyai kekuasaan, ia jadi diperlakukan tak adil oleh penghuni sekolah yang rata-rata adalah orang ternama. Setelah melihat kelasnya sudah bersih Becca langsung mengambil tasnya dan pergi ke toilet, ia mengambil baju kaos yang dari lokernya dan mengganti baju seragamnya yang sudah kotor dan bau dengan baju kaosnya. Ketika keluar dari toilet Becca sangat terkejut melihat seorang pria sedang bersandar pada dinding toilet perempuan. Pria itu adalah Arnold French, pria seangkatan dengannya di sekolah. Arnold sangat terkenal dengan playboy nya dan yang Becca dengar-dengar Arnold adalah cowok m***m yang sering sekali pergi ke club' malam padahal umur pria itu masih di bawah umur. Jantung Becca berdegup kencang, ia meremas pakaiannya seraya berusaha untuk mengabaikan keberadaan Arnold. Becca langsung saja mengambil tas dari loker dan memasukkan baju kotornya di sana, setelah itu ia melenggang pergi dengan langkah cepat. Namun ternyata ia diikuti sedari tadi oleh Arnold dari belakang. Arnold, cowok tampan, kaya raya dan memiliki segalanya itu entah kenapa selalu mengikutinya dan menatapnya seperti mangsa yang hendak pria itu tangkap, melihat tatapan Arnold kepadanya saja sudah membuat Becca keringat dingin. "Hey, kau, tidak bisakah kau menganggapku ada?" ucap Arnold dengan suara beratnya yang langsung saja menghentikan langkahnya dan ia memutar badannya dengan perlahan dan juga raut wajah panik. Arnold melangkah mendekatinya hingga membuat Becca gemetaran takut karena sebelum-sebelumnya ia hanya bisa langsung berlari ketika pria itu hendak mendekatinya namun kali ini sepertinya ia tak bisa menghindar karena Arnold sudah berada tepat di hadapannya dengan jarak yang cukup dekat, bahkan hidung mereka hanya berjarak beberapa centimeter. Arnold membelai lembut pipi Becca hingga membuat seluruh tubuhnya gemetaran ketakutan. "Apa kau mau bermain denganku?" Becca meneguk salivanya susah payah tak bisa berkata-kata, apalagi ketika melihat sorot mata cowok itu yang setajam mata elang. "A... Apa maksudmu?" ucap Becca gelagapan, ingin sekali ia pergi dari sana namun tangannya sudah digenggam Arnold dengan erat. "Kau terlalu polos atau sangat bodoh? Lihatlah dirimu, kau sangat jauh berbeda dengan gadis-gadis yang berada di sekolah ini," ucap Arnold seraya membelai rambutnya lalu kemudian bersuara lagi, "pantas saja aku tertarik padamu, Rebecca," bisik Arnold tepat di telinganya hingga membuat tubuhnya menegang kaget. Akhirnya Becca bisa bernafas lega ketika Arnold menajuhinya beberapa langkah, ia menatap kanan dan kiri hendak mencari keberadaan Reygan namun ia tak melihat kekasihnya itu sejak tadi. "Apa kau sangat menyukai pria b******k itu?" Arnold berdecih pelan. "Pria itu lebih b******k dariku, dia bahkan bermalam dengan para jalang untuk memuaskan nafsunya, asal kau tahu." Becca langsung saja melayangkan tamparan keras di wajah Arnold karena muak mendengar Arnold selalu mengatakan hal yang sama kepadanya. Becca langsung saja berlari pergi dengan cepat meninggalkan Arnold yang masih menatapnya dengan senyum miring. Di dalam hati Becca mengumpati dirinya sendiri karena sudah berani-beraninya menampar Arnold, pria yang sangat terkenal dengan harta dan tahtanya itu. Becca berdoa di dalam hati agar ia tidak mendapat hukuman ataupun tindakan kasar karena sudah menampar Arnold. Jujur ia menjadi merasa bersalah, namun mau bagaimana lagi, ia juga tidak suka mendengar pria itu menjelek-jelekkan kekasihnya, Reygan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD