My Perfect Stranger 4

1202 Words
Arnold dan kedua temannya melangkah menelusuri koridor sekolah, mereka hendak pergi ke kantin, namun langkah Arnol terhenti ketika ia melihat Rebecca sedang duduk menyendiri di taman sekolah. Arnold diam-diam tersenyum tipis dan ingin sekali menyusul gadis cantik itu, namun langkahnya tiba-tiba terhenti ketika melihat seorang cowok lebih dulu merangkul tubuh Becca dengan akrabnya. Arnold mengumpat di dalam hati dan tersenyum sinis, untuk saat ini ia akan membiarkan gadis nya itu untuk dekat dengan pria manapun, namun suatu saat nanti ia akan benar-benar mendapatkan Rebecca dan menjadikannya miliknya seutuhnya. Rebbeca sedang duduk di salah satu kursi taman seraya memejamkan mata, menghirup udara banyak-banyak sambil menutup mata. Memikirkan segalanya membuatnya lupa untuk menghirup udara segar, ingin sekali ia pergi dari sekolah dan berlari ke warung ayam goreng milik ibunya, dari pada di sekolah yang terasa sangat memuakkan menurutnya. Makhluk bumi yang berada di sekolah ingin sekali ia lenyapakan saking muaknya dirinya. Seseorang tiba-tiba merangkulnya erat membuat Becca lantas membuka matanya dan tersenyum manis ke arah orang itu. Ia memang muak dengan semua penghuni di sekolahnya namun tidak dengan seorang cowok yang tengah merangkulnya kini, ia bahkan sangat menyayanginya. "Sedang apa sendirian di sini? Tidak pergi ke kantin? Aku menunggumu dari tadi, tapi kau tidak datang." Lagi-lagi Becca tersenyum, mendengar suara berat cowok itu saja bisa membuat kesesakannya lenyap seketika, seakan punya keajaiban sendiri cowok itu lah yang menjadi alasan kenapa Becca masih berada di sekolah terkutuk itu. "Aku sedang tidak lapar, Rey," ucap Becca seraya mengayun kan kedua kakinya. Reygan, cowok itu paham betul apa yang sedang terjadi dengan Becca. Reygan menghela nafas pelan seraya menggenggam tangan kanan Becca. "Bertahan sedikit lagi, kita akan keluar dari sini bersama-sama." Becca mengangguk pelan, benar yang diucapkan Reygan, mereka hanya beberapa bulan lagi berada di sekolah itu, ketika kelulusan selesai mereka akan segera pergi dari sana dan meninggalkan kenangan buruk mereka di sekolah itu. "Kau dari mana saja kemarin? Aku menunggumu." "Oh itu, aku pulang lebih cepat karena harus pergi kerja paruh waktu. Maaf karena sudah membuatmu menunggu." "Tak apa, aku juga langsung pulang kemarin." Becca tersenyum tipis seraya menatap kekasihnya itu. Ia dan Reygan sudah setahun menjalin kasih, hubungan mereka tidak pernah renggang. Hanya Reygan sosok yang bisa ia percaya, cowok bertubuh atletis itu adalah idaman sekolah karena parasnya yang tampan. Reygan bukan anak orang kaya, sama sepertinya, namun Becca tidak pernah terganggu dengan hal tidak penting itu, ia akan tetap mencintai kekasihnya itu. Namun aneh, walaupun Reygan tak kaya penghuni sekolah terlihat memperlakukannya sangat baik berbeda dengan dirinya. Reygan merapikan rambut Becca dan membelai lembut pipinya. "Bagaimana kabar ibumu, apa dia baik-baik saja?" Raut wajah Becca lantas berubah, ia menunduk sambil menghela nafas pelan. Ketika terbangun pagi tadi, ia sudah disuguhi nasi goreng pedas kesukaannya, Ratih yang membuat nya susah payah karena Ibunya itu masih lemah karena habis dipukuli Ayahnya kemarin. Banyak memar di seluruh badan Ratih, kaki dan tangan Ibunya itu juga membiru serta wajahnya yang penuh luka. Ingin sekali rasanya ia membunuh ayahnya sendiri, namun niatnya itu selalu di larang Reygan. Pernah sekali Becca hendak meracuni Ayahnya dengan makanan yang disuguhinya namun Ratih langsung membuangnya dan menangis histeris melihat kelakuannya. Entahlah, sepertinya Ratih tidak ingin melihat Ayahnya mati begitu cepat sebelum suaminya itu benar-benar menderita. Memahami diamnya Becca membuat Reygan menjadi canggung karena cowok itu tahu betul apa yang sedang terjadi dengan Ratih. Reygan mendekap Becca sambil menepuk lembut bahu Becca. "Hmm, sepertinya kita sudah lama tidak jalan-jalan, mau pergi main nanti malam?" Becca lantas mendongak menatap Reygan dengan mata berbinar dengan cepat ia mengangguk dan membalas dekapan Reygan, kekasihnya itu. *** Pulang sekolah Becca dan Reygan pergi kencan, mereka menghabiskan waktu bersama bersenang-senang di salah satu festival malam yang menyajikan banyak sekali wahana permainan dan juga aneka makanan yang mengugah selera. Kedua siswa SMA itu langsung saja menaiki semua wahana yang ada hingga mereka merasa puas dan tertawa terbahak-bahak karena merekalah yang paling antusias dibandingkan anak-anak yang ikut bermain di wahana itu juga. Reygan membelikan cemilan ringan untuk Becca, tidak lupa membeli makanan juga untuk diberikannya kepada Ratih. Setelah membeli makanan, Reygan mengantarkan Becca pulang karena hari sudah malam. "Aku sangat lapar, sudah lama tidak memakan ayam goreng buatan Ibumu, bolehkan aku mencobanya?" Becca yang tengah asik mengunyah cemilannya lantas tertawa pelan. "Aku tidak yakin kau bisa memakannya, jam segini biasanya ayam goreng sudah habis di makan pelanggan yang datang." Reygan merangkul Becca sambil mengelus lembut rambut Becca. "Oh ayolah, kau kan bisa membuatkannya untukku, hm?" "Baiklah, baiklah, kau sangat cerewet!" Becca menatap plastik kecil yang digenggam Reygan, lalu mengambilnya. "Apa ini?" "Oh ini macaron untuk Ibumu, aku membelikannya tadi, tidak enak berkunjung tanpa membawa buah tangan." Becca tersenyum ke arah Reygan lalu mengecup lembut pipi cowok itu, membuat Reygan terdiam sambil menatap Becca. "Kau baik sekali, aku semakin menyukaimu, Reygan." Reygan tidak bisa berkata apa-apa karena terlalu terkejut mendapat kecupan singkat dari Becca, cowok itu hanya mengangguk pelan sambil memaksimalkan detakan jantung nya. Tidak terasa keduanya telah sampai di warung ayam goreng milik Ratih, namun tempat itu telah tutup padahal masih jam tujuh malam. Becca mengintip dinding kaca, hendak mencari keberadaan Ibunya namun warung itu telah sepi, sangat aneh karena kursi-kursi masih berantakan. Becca menghubungi nomor Ratih, tetapi Ibunya itu tidak menjawab, Becca langsung cemas dan khawatir dengan Ibunya. "Tidak biasa Ibuku pulang lebih awal dan tak menghubungiku seperti ini, apa sesuatu telah terjadi pada Ibu?" ucap Becca dengan raut wajah khawatir dan tangan yang gemetaran. "Hey, tenang dulu, siapa tahu Ibumu sudah berada di rumah. Ayo kita langsung pulang saja," ucap Reygan seraya menarik tangan Becca meninggalkan warung itu. Di setiap langkah menuju rumah, Becca sudah pucat pasi dan sangat khawatir jika Ayahnya lah yang menyeret paksa Ibunya untuk pulang dan mungkin Ayahnya sedang menyiksa Ibunya di rumah. Ketika Reygan dan Becca telah sampai di rumah, pintu rumah Becca sedikit terbuka, lampu juga dipadamkan, membuat Becca semakin panik khawatir untuk masuk ke dalam rumahnya. "Lihat itu, bukannya itu darah?" ucap Reygan seraya menyentuh lantai yang berlumuran cairan air dan keduanya terkejut karena cairan kental itu adalah darah. Becca langsung saja masuk ke dalam rumah dan mencari ibunya, Reygan menghidupkan lampu dan ikut mencari keberadaan Ratih namun keduanya tidak menemukan Ratih dan hanya menemukan bercak-bercak darah di sofa dan di lantai. Becca sudah menangis sejadi-jadinya karena tidak menemukan Ratih. Reygan mencari Ratih di dapur tetapi tidak ada, cowok itu kemudian membuka pintu kamar mandi tetapi di kunci dengan sekali hentakan ia menendang pintu kamar mandi itu dan terbuka begitu saja. Reygan memasuki pintu kamar mandi dan terkejut melihat Ratih tak sadarkan diri di lanti dan sudah berlumur darah di sekujur tubuhnya. "Becca! Becca! Ibumu!" teriak Reygan keras. Becca langsung saja menemui Reygan di kamar mandi dan menangis histeris melihat Ibunya yang malang. Reygan memeriksa pernafasan Ratih namun cowok itu menghela nafas panjang sambil menunduk dalam membuat Becca menangis sejadi-jadinya melihat Ibunya. Sulit dipercaya Ibunya meninggal dengan cara keji seperti ini, selama ini ibunya sudah banyak mengalami penderitaan, Becca sangat kasihan kepada Ibunya yang malang itu. Becca tidak sanggup Ibunya pergi meninggalkannya secepat ini, ia tidak punya siapa-siapa lagi sekarang. "IBU JANGAN TINGGALKAN AKU, IBU!!!" jerit Becca histeris. "Ibu sangat baik padaku, ibu menyayangiku setulus hatinya, walaupun ibu sedang sakit ibu selalu ada untukku. Selama ini ibuku sudah banyak menderita karena Ayahku, ibu tidak pernah mendapat keadilan. Aku tak tahu lagi harus apa sekarang Reygan, aku tak punya siapa-siapa lagi," keluh Becca seraya mendekap tubuh Ibunya yang sudah tak berdaya. *** Tap love ya!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD