My Perfect Stranger 5

1142 Words
Hari-hari Becca lalui tanpa rasa, tanpa tawa dan tanpa air mata. Hidupnya seakan mati, hanya raganya lah yang terlihat tetapi nyawanya melayang entah kemana. Ia selalu menyendiri di keramaian, ia menjadi seorang sangat menyedihkan di sekolahnya, bahkan guru-guru dan teman-temannya bertindak kasar kepadanya tak lagi ia lawan, ia membiarkan dirinya di sakiti tak peduli apa-apa lagi. Tujuan awalnya hidup untuk membuat Ibunya bangga padanya tak lagi ada, ia tidak berjuang lagi, semuanya terasa semu. Ketika hari pemakaman Ibunya Becca bahkan tidak pulang ke rumah dan malah berada di gundukan kuburan Ibunya sepanjang malam, tidak ingin meninggalkan Ibunya itu. Reygan bahkan sampai berkali-kali membuat Becca tersenyum kembali, tetapi hal itu tidak lah mudah. Reygan hanya bisa selalu ada di samping kekasihnya itu, memberikan bahunya dan memberikan pelukan untuk membuat Becca tennag ketika kekasihnya itu sedang menangis. Becca sangat-sangat membenci Ayahnya yang entah berada di mana sekarang, setelah kejadian Ibunya yang meninggal di dalam kamar mandi sedikitpun Robert tak pernah menampakkan dirinya. Biarkan saja begitu, Becca juga tak ingin lagi melihat wajah ayahnya yang terkutuk yang sudah membuat ibunya menderita selama ini. Setelah pulang sekolah Becca pergi ke warung ayam goreng milik ibunya, ia akan membuka kembali warung itu setelah sekian lama di tutup. Becca akan melanjutkan usahan Ibunya untuk menafkahi kebutuhannya sendiri. Setelah selesai dengan ayam gorengnya di dapur dan juga menyiapkan soda di kulkas, Becca membersihkan meja-meja dan juga merapikan kursi-kursi, tanda 'open' juga telah melekat di dinding luar warungnya. Tiba-tiba seorang pelanggan datang dan langsung duduk di kursi dekat Becca yang tengah membersihkan meja. "Selamat datang, ingin memesan apa?" ucap Becca tanpa ekspresi seraya menyudahi aktivitasnya. Tak menjawab, pria berumur kisaran dua puluh lima tahun itu malah memandangi Becca dari atas sampai bawah. Hal itu tentu saja membuat Becca langsung menggebrakkan mejanya dan menatap nyalang ke arah pria itu. "Pergi dari hadapanku pria c***l!" "Maafkan aku, aku tidak bermaksud buruk padamu. Aku hanya ingin melamar pekerjaan di tempatmu, apakah boleh aku bantu-bantu di sini? Aku baru saja kehilangan pekerjaanku." Becca menatap pria yang tengah mengenakan kemeja putih dengan celana panjang hitam ala karyawan di perusahaan, ia menjadi curiga karena pria itu pasti lulusan tinggi dan mengapa malah ingin bekerja sebagai pegawai di warung ayam goreng nya. "Aku tidak membutuhkanmu, silahkan kau pergi saja dari sini," ucap Becca acuh tak acuh seraya meninggalkan pria itu. "Aku sudah mencari pekerjaan di mana-mana tapi tak ada yang menerimaku, bantulah aku, aku sangat membutuhkan pekerjaan ini. Dibayar kecil pun tak apa," ucap pria itu sambil mencekal pelan tangan Becca. Becca menghela nafas panjang, jika dipikir-pikir tak salah juga ia menerima orang baru karena ia tak mungkin mengurus sendiri pelanggan yang datang nantinya. Becca melepas cekalan pria itu lalu membalikkan tubuhnya menghadap pria yang sedang menatapnya itu. "Baiklah, kau boleh bekerja di sini, tetapi kau harus mengerjakan semuanya, dan mengusir pelanggan yang bersikap tak senonoh kepadaku. Mengerti?" Pria itu mengangguk cepat sambil tersenyum cerah. "Terima kasih, aku akan bekerja keras di sini, sekali lagi terima kasih," ucap pria itu seraya menggenggam tangan Becca. "Jangan sentuh aku sialan!" pekik Becca galak, ia sangat sensitif di sentuh oleh orang asing. Pria itu langsung saja melepaskan tangannya dan meminta maaf sambil menunduk. "Oh iya, namaku Fianto, senang berbisnis denganmu Rebecca," ucap pria bernama Fianto itu seraya tersenyum miring ke arahnya. "Dari mana kau mengetahui namaku?" tanya Becca penasaran. "Siapa yang tak kenal denganmu, kau adalah wanita yang dibicarakan di perusahaan ku selama ini. Kau sangat cantik dan badanmu sangat bagus, kau pantas menjadi primadona dan direngkrut oleh beberapa perusahaan terkenal, Aw!" Becca langsung mengetuk kepala Fianto dengan keras dan melipat tangan di depan d**a. "Jangan banyak bicara, segeralah bekerja, pelanggan sudah datang," ucap Becca sebelum ia melenggang pergi. Fianto sangat kewalahan melayani pelanggan yang sedari tadi berdatangan tanpa henti, satu pergi dan beberapa lagi berdatangan hingga pria itu kebingungan harus melayani yang mana dahulu. Sangat jauh berbeda dengan Fianto yang kerepotan, Becca hanya duduk di kursi kasir seraya memantau pekerjaan Fianto dengan santainya. Sesekali ia tersenyum miring karena selamat dari pekerjaan melelahkan itu, untung saja Fianto datang tepat waktu untuk melamar pekerjaan. Seorang pria paruh baya datang menghampirinya dan mengeluarkan dompetnya dari saku, sepertinya hendak membayar makanannya. Becca langsung melihat list makanan yang dipesan pria itu dan mengucapkan nominal harganya. Bukannya membayar pria paruh baya itu malah membelai wajahnya yang langsung ditepisnya dengan kasar. "Kau sangat menarik sejak pertama kali aku melihatmu, bergabunglah dengan perusahaanku dan kau akan ku jadikan wanita sukses." Becca berdecih seraya menepis tangan pria itu dari wajahnya. "FIANTO, SINGKIRKAN PRIA TUA INI DARI HADAPANKU!" Mendengar namanya di panggil, Fianto yang sedang sibuk menggoreng ayam langsung saja meninggalkan gorengannya dan berlari menemui Becca di meja kasir. Fianto menyeret pria itu dari hadapan Becca dan mengusir pria tua itu keluar dari warung. "Jangan datang lagi ke sini, kau tak layak untuk menjadikannya salah satu dari pegawaimu," ucap Fianto seraya tersenyum sinis menatap pria tua itu. Rebecca memegangi kepalanya, pusing melihat sikap pelanggannya yang sangat kurang ajar kepadanya. Rebecca melihat Fianto yang baru saja mengusir pelanggan sialan yang sudah membuat moodnya hancur, setelah itu tatapannya jatuh kepada seorang pria bertubuh tinggi dengan pesonanya baru saja memasuki warung ayam gorengnya. Melihat pemandangan tak biasa, beberapa gadis-gadis yang sedang makan di warung lantas saja histeris melihat kedatangan pria itu. Rebecca berdecih pelan melihat kelakuan gadis-gadis itu yang berusaha menggoda si pria tampan yang kini tengah berjalan ke arahnya. Pria dengan kacamata hitam yang menciptakan aura nya kini perlahan membuka kacamatanya dan menatap Rebecca yang tiba-tiba terpaku di tempatnya. Pria itu adalah Arnold, Rebecca benar-benar tidak menyangka jika pria kaya seperti Arnold mau menginjakkan kaki di warung kecil miliknya. "Aku memesan ayam goreng dan juga soda untuk satu orang," ucap Arnold dengan suara beratnya yang mampu membuat detak jantung Rebecca berpacu mendengarnya. Jujur, jika di dekat Arnold ia seperti kehilangan kesadarannya karena aura yang dipancarkan Arnold sangat menakutkan menurutnya. "Hey! Kau mendengarkan ku tidak?" ucap Arnold sambil melambaikan tangannya di depan wajah Rebecca. "Ohh, iya, silahkan duduk di kursi kosong. Aku akan mengantarkan pesananmu," ucap Rebecca lalu berjalan menuju dapur untuk mengambil pesanan Arnold. Melihat Rebecca yang tiba-tiba datang ke dapur sambil membawa nampan yang berisi ayam goreng dan soda dingin membuat Fianto kebingungan karena setahunya tugas Rebecca hanya duduk dan mengurus bagian kasir.  Rebecca dengan gugup meletakkan ayam goreng dan soda di meja Arnold lalu dengan cepat melangkah pergi namun Arnold sudah lebih dahulu menahan Rebecca dengan mencekal lembut pergelangan tangannya hingga membuat Rebecca menatap Arnold dengan kening yang berkerut dan tatapan bertanya nya. "Apa masih ada yang kurang? tanya Rebecca sambil menepis tangan Arnold dari tangannya. "Bisakah kau menemaniku makan?" Rebecca berdecih pelan sambil melipat kedua tangan di depan d**a. "Tugasku hanyalah mengantarkan pesanan untuk pelanggan, bukan untuk menemani pelanggan ku makan," ucap Rebecca lalu berlalu pergi meninggalkan Arnold begitu saja dengan jantung yang berdegup kencang karena ia tidak kuasa melihat tatapan Arnold kepadanya tadi. *** Tap love ya!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD