Terjebak

1620 Words
Adiva meletakkan secangkir kopi dihadapan laki-laki itu dengan gugup. Hampir saja kopi itu tumpah diatas meja, jika tangan laki-laki itu tidak membantunya memegang cangkir kopi itu. Adiva menelan ludahnya dan ingatan kembali mengingat sosok tampan yang telah melewati malam bersamanya. Laki-laki tampan penuh karisma dan terlihat angkuh. Memiliki mata tajam bak elang, hidung mancung dan rahang keras yang membuatnya terlihat begitu gagah. Bibir seksinya itu, terbingkai begitu indah dan Adiva membayangkan bagaimana laki-laki itu pernah mencciummnya. Adiva menggelengkan kepalanya dengan wajah memerah dan ia segera melanjutkan pekerjaannya dengan langkah lunglai. Kakinya terasa lemas dan tak rasanya ia ingin segera berlari keluar dari ruangan ini. Laki-laki tampan ini pasti adalah orang yang sangat penting diperusahaan ini dan sialnya ia baru saja menandatangi kontrak kerja diperushaan ini. "Hey...sini!" Ucap Sabrina memanggil Adiva membuat Adiva segera mendekati Sabrina. "Bagikan file ini kepada semua perseta rapat!" Perintah Sabrina. Adiva menganggukkan kepalanya dan ia membagikan Berkas itu kepada semua peserta rapat. Tiba giliran laki-laki tampan itu dan Adiva meletakannya di meja tepat dihadapan laki-laki itu. "Kamu..." panggilnya. Adiva tidak menyadari jika laki-laki tampan itu memanggilnya. Adiva memilih untuk keluar dari ruangan namun sebuah tangan tiba-tiba memukul meja hingga membuat Adiva terkejut dan semua orang yang ada diruangan ini menatap kearah laki-laki itu dengan tatapan takut. Sebagai seorang asisten, Rafi sangat mengenal sikap CEO-nya ini. Ia melangkahkan kakinya mendekati Adiva dan meminta Adiva untuk membalikkan tubuhnya. "Anda dipanggil Pak Ghavin," ucap Rafi. Adiva membalikkan tubuhnya dan ia menatap Ghavin yang saat ini sedang menatap lurus kedepan. "Rafi biarkan dia berada diruangan ini, jika nanti ada sesuatu yang saya butuhkan, dia bisa mengambilnya dengan cepat!" Ucap Ghavin Candrama. "Iya Pak," ucap Rafi. Adiva menelan ludahnya dan ia menatap disekelingnya yang saat ini terlihat sedang memperhatikan dirinya. Beberapa orang terlihat tertarik dengan Adiva karena Adiva memanglah gadis yang cantik. Tapi seorang Ghavin Candrama takkan membiarkan siapapun mendekati Adiva karena Adiva hanya miliknya. Rafi memerintahkan Adiva berdiri disamping Sabrina agar Adiva bisa melihat Ghavin dan ia terpesona oleh sosok Gahvin. Semua itu adalah permintaan konyol Ghavin yang ingin Adiva menyadari jika ia adalah laki-laki tampan yang berkarisma dan hebat. Siapapun wanita jika melihat laki-laki tampan bak dewa ini untuk pertama kalinya, pasti mengatakan jika laki-laki ini adalah perwujudan Dewa Yunani yang sangat tampan. Wajah Ghavin bahkan lebih cocok menjadi aktor atau model internasional karena ketampanan dan kegagahannya. Bukan hanya tampan, yang menjadi daya tarik seorang Ghavin dimata perempuan yang menggilainya tapi keceradasanya dan kemampuan luar bisanya dalam semua bidang yang ia geluti. Rapat berlangsung selama dua jam lamanya dan Adiva mulai merasakan kakinya terasa sangat kebas, apalagi ia memakai sepatu highheels yang cukup tinggi. Adiva mendengarkan diskusi mereka dan ia tahu jika Ghavin Candrama bukan hanya ditakuti, tetapi disegani para karyawannya. "Kalian tahu saya akan selalu mengevaluasi semua pekerjaan kalian, baik itu setiap bulan diakhir atau diawal bulan. Perhotelan sekarang sedang mengalami pendapatan yang menurun di beberapa daerah, saya ingin kalian membuat program khusus untuk departemen yang menangani event," ucap Ghavin dan semua peserta rapat baik yang online atau pun yang berada disini menganggukkan kepalanya. "Detail apa yang saya inginkan akan dijelaskan lebih terperinci oleh Pak Rafi," jelas Ghavin. Rapat selanjutnya mengenai taman hiburan dan juga beberapa Mall yang dimiliki Candrama grup, Ghavin memang sedang mengadakan pembangunan bisnis di beberapa sektor yang menjanjikan. Adiva merasa memang Ghavin memiliki kemampuan bisnis yang sangat luar biasa. Sampai saat ini, ia belum mencari tahu mengenai laki-laki yang pernah menghabiskan malam bersamanya ini. Karena ia tahu hubungan satu malamnya dengan laki-laki ini, hanyalah kesalahan bodoh baginya. Rapat selesai, Ghavin segera kembali kedalam ruangannya, sementara Adiva mempercepat langkahnya menuju HRD. Adiva ingin mengundurkan diri dan membatalkan kontrak kerjanya sekarang juga. Ia tak mungkin bisa menghadapi Ghavin mengingat sikap Gahvin yang dingin dan terlihat suka memaksanya. Apalagi setiap ia melihat wajah tampan itu, ia akan mengingat bagaimana malam itu karena ia telah mengingat semuanya detail apa yang terjadi malam itu. Adiva merasa malu dan juga harga dirinya terluka. Adiva memasuki ruang HRD, namun sebuah tangan memegang lengannya. "Anda mau apa Nona Adiva?" Ucapnya dan Adiva terkejut saat melihat Rafi yang tak lain adalah asisten Ghavin yang saat ini menarik pergelangan tangannya. "Anda mengenal saya?" Tanya Adiva dengan suara yang bergetar. Adiva menghempaskan tangan Rafi dengan kasar. "Ya...atasan saya menyebut anda adalah miliknya," ucap Rafi membuat Adiva membuka mulutnya karena sepertinya ia telah dijebak oleh Ghavin. "Saya ingin membatalkan kontrak kerja, karena saya tidak mau bekerja disini!" Jelas Adiva. "Anda tidak akan bisa membatalkan kontrak kerja karena anda akan dituntut denda yang begitu besar, Bu Adiva," jelas Rafi. Adiva melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan HRD dan perempuan yang tadi meminta tanda tangannya, menatapnya dengan tatapan datarnya. "Jika kedatangan anda untuk membatalkan kontrak, anda harus menyiapkan denda kontrak berkali-kali lipat," ucap perempuan itu dan ia memberikan berkas yang telah ditanda tangani Adiva. Adiva membacanya dan ia merasa tertipu dengan isi kontrak ini. "Kalian menipu saya," lirih Adiva karena ia harus membayar denda miliaran rupiah jika ingin membatalkan kontrak. "Saya tidak menipu anda, karena anda yang menandatangi semua berkas ini," jelas perempuan itu. Dengan wajah memerah dan tatapan memburu Adiva segera keluar dari ruangan HRD. Ia melihat Rafi yang masih menunggunya didepan ruangan ini, Adiva mendekati Rafi dan ia menatap Rafi dengan tajam. "Dimana ruangan dia?" Tanya Adiva. "Saya akan mengantar anda Bu Adiva!" Ucap Rafi dan keduanya menuju lift lalu memasuki lift khusus petinggi Candrama grup. Didalam lift , Adiva memikirkan apa yang saat ini dinginkan Ghavin hingga Ghavin menjebaknya. Ghavin mungkin akan memanfaatkannya dan memintanya untuk melayaninya seperti malam itu, atau Ghavin hanya ingin menyiksanya. Adiva benci diperlakukan tidak adil dan ia akan berusaha meminta Ghavin agar melepaskannya. Lift terbuka dan Adiva mengikuti langkah kaki Rafi menuju ruangan Ghavin. Rafi berhenti disebuah ruangan yang memiliki dua daun pintu yang berukuran besar. Ia mendorong pintu itu dan mempersilahkan Adiva untuk masuk kedalam ruangan ini.. Adiva mengedarkan pandangannya dan ia melihat Ghavin yang sedang membaca berkas yang ada diatas mejanya. Adiva mempercepat langkahnya dan dengan berani, ia duduk dihadapan Ghavin tanpa dipersilahkan Ghavin, membuat Rafi terkejut. Perempuan cantik ini sangat berani menghadapi Ghavin Candrama dan ia terlihat marah kepada Gahvin. Rafi menghela napasnya, karena apa yang dilakukan Ghavin memang sangat keterlaluan tapi, Ghavin yang selalu menolak perempuan selama ini dan tiba-tiba ia menjebak perempuan ini, pasti perempuan ini sangat spesial bagi Ghavin. "Kenapa anda melakukan semua ini kepada saya?" Tanya Adiva dengan suara lantangnya. "Ketidaksopananmu saat ini hanya akan membuat saya memberikan hukuman untukmu," ucap Ghavin tanpa melihat Adiva dan ia tetap fokus menandatangi kontrak. "Batalkan kontrak kerja saya Pak atau pecat saja saya!" Teriak Adiva. Ghavin mengangkat wajahnya, mata tajam bak elangnya menatap Adiva dengan dingin, membuat sekujur tubuh Adiva bergetar dan Adiva merasa terintimidasi. Ya...tatapan Ghavin membuatnya takut dan ia tidak ingin Ghavin murka padanya lalu bersikap kasar padanya. "Lepaskan aku!" Pinta Adiva. "Kenapa aku harus melepaskan mu?" Tanya Ghavin menatap Adiva dengan sinis. "Karena kita tidak memiliki hubungan apa-apa," ucap Adiva. "Rafi...tinggalkan ruangan ini karena dia harus diberikan pelajaran!" Perintah Ghavin. Rafi memganggukkan kepalanya dan ia segera melangkahkan kakinya keluar dari ruangan ini. Sekarang Rafi benar-benar yakin, jika Adiva adalah perempuan yang ingin dimiliki tuanya ini. Dari sekian banyaknya perempuan cantik yang mencoba mendekati Ghavin, hanya Adiva yang tidak merayunya dan bahkan terlihat benci dengannya. Ghavin mengambil remote yang ada di laci meja kerjanya dan ia segera menekan tombol kunci agar pintu ruangan ini terkunci otomatis. Adiva berdiri dan dengan cepat dia melangkahkan kakinya menuju pintu itu lalu mencoba membukanya. Terlambat ia sama sekali tidak bisa membuka pintu itu "Kau tidak akan bisa membuka pintu itu," ucap Gavin dan ia tersenyum sinis seraya menunjukkan betapa berkuasanya dirinya. "Kenapa kau memperlakukan aku seperti ini Tuan," lirih Adiva. Terjebak dengan laki-lali tampan berkuasa, sombong dan dingin bukanlah keinginannya ataupun impiannya. Ia hanya ingin dimiliki laki-laki penyayang yang mencintainya dan setia dengan janji pernikahaannya bukan laki-laki jahat yang tega memanfaatkan dirinya yang sedang mabuk. "Karena kau pantas mendapatkannya,"ucap Ghavin dingin.. Dasar gila, psikopat...dia mau apa, jelas-jelas yang dirugikan adalah aku. Aku tidak memintanya untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi malam itu. Tapi kenapa da sengaja menjebakku disini.... Batin Adiva. "Kemari!" Perintah Ghavin. "Aku disini saja," ucap Adiva yang berdiri didepan pintu. "Mendekatlah!" Pinta Ghavin. "Nggak," tolak Adiva. "Kau tinggal pilih duduk dihadapan saya atau saya akan berbuat kasar kepadamu dan meminta hak saya!" ucap Ghavin. "Hak? Apa yang anda maksud hak?" Ucap Adiva. "Tentu saja saya berhak atas dirimu, apa kau lupa bagaimana saya mentransfer bagian diri saya kepadamu? Apa kau lupa mereka sekarang kemungkinan sedang bergerak didalam tubuhmu?" Ucap Ghavin membuat wajah Adiva memerah dan ia mengepalkan kedua tangannya. "Kau tahu mereka sangat berharga dan kau harusnya bersyukur karena bisa menjadi wadah yang menbuat mereka tumbuh disana," jelas Ghavin. Adiva membuka mulutnya dan ia hampir tidak percaya dengan apa yang diucapakan Ghavin. "Kau gila..." teriak Adiva. "Gila? Saya cukup waras dalam memilih hubungan dengan siapa saya ingin berbagi kehangatan," ucap Ghavin dan ia berdiri karena Adiva tidak kunjung mendekatinya. Adiva menyilangkan kedua tangannya dan ia memeluk tubuhnya sendiri. Ghavin melangkahkan kakinya dengan santai dan ia tersenyum sinis karena telah berhasil membuat Adiva terintimidasi padanya. "Jangan mendekat!" Teriak Adiva. "Apa yang saya inginkan harus saya dapatkan," ucap Ghavin yang saat ini terlihat seperti ibblis bagi Adiva. "Kamu telah menjadi milik saya Adiva dan kamu harus mengingatnya! Jika seorang Ghavin Candrama tidak akan pernah melepaskan apa yang telah menjadi miliknya!" Ucap Ghavin dingin. "Aku bukan milikmu!" Teriak Adiva. "Kau milik saya dan akan selalu menjadi milik saya!" ucap Ghavin. Jarak keduanya semakin dekat dan itu membuat tubuh Adiva bergetar hebat. "Saya sangat kuat dan kau sudah merasakannya, salah satu dari mereka mungkin akan menjadi benih yang akan menjadi calon anak kita," bisik Ghavin tepat ditelinga Adiva membuat Adiva menggelengkan kepalanya karena Ghavin ternyata bukan hanya tampan tapi gila.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD