Suasana Kantor

1257 Words
Adiva dan Astrid sampai di Candrama grup, Adiva merasa gedung yang saat ini ia datangi sangatlah mewah dan megah. Candrama grup merupakan grup yang memiliki banyak anak perusahaan dan bekerja di Candrama grup pusat merupakan orang-orang terpilih. Adiva tersenyum karena karier mandirinya dimulai dengan bekerja di perusahaan ini. Ia dan Asrid mengambil jalan terpisah karena Adiva akan menuju ruang HRD untuk menandatangani kontrak. Sebenarnya Adiva sedikit terkejut karena ia bisa langsung bekerja hari ini setelah menadatangani kontrak. Adiva sampai di ruangan HRD dan ia melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan HRD. Seorang perempuan yang berumur empat puluhan dengan kaca mata membingkai matanya menatap Adiva dengan tatapan menilai, hingga membuat Adiva merasa bingung karena perempuan itu menatapnya dengan tatapan penasaran. "Silakan duduk!" Ucapnya tanpa basa-basi membuat Adiva menganggukkan kepalanya dan ia segera duduk dihadapanya. Perempuan itu lagi-lagi menatap Adiva dengan tatapan menyelidik dan itu membuat Adiva tidak nyaman "Uhuk-uhuk," Adiva sengaja berpura-pura batuk hingga perempuan itu segera mengalihkan pandangannya dan mengambil berkas yang ada diatas mejanya. Ia kemudian menyerahkan berkas itu kepada Adiva. "Silakan ditanda tangani kontraknya!" Ucapnya dingin. Adiva bingung karena ia sama sekali tidak ditanya nama dan tujuan masuk kedalam ruang HRD dan ia diminta langsung menandatangani kontrak. "Berikan saya waktu untuk membacanya Bu," ucap Adiva. Walau bagaimanapun Adiva tidak mau gegabah menandatangani kontrak kerja begitu saja. "Tidak perlu membaca, Candrama grup adalah perusahaan besar dan terpercaya. Apakah anda khawatir perusahaan ini akan merugikan anda? Asal anda tahu, tidak mudah bekerja disini. Jika anda tidak mempercayai perusahaan ini, anda tidak perlu menandatangani kontrak ini!" Ucapnya tegas membuat Adiva menghela napasnya. Mencari pekerjaan saat ini sangat sulit dan ia tidak mungkin kembali bekerja di perusahaan Papinya lalu kembali bertemu dengan Atika yang selalu memancing emosinya. Tanpa banyak berpikir lagi Adiva segera menandatangani kontrak itu dan ia menyerahkannya berkas itu kepada perempuan itu. Perempuan itu menyunggingkan senyumannya dan ia segera mengulurkan tangannya meminta Adiva menjabat tangannya. Adiva menyambut uluran tangan perempuan itu dan ia segera menjabat tangan perempuan itu "Selamat bergabung di perusahaan kita," ucapnya. "Mulai saat ini anda akan bekerja di bagian sekretariatan yang berada dilantai lima belas, nanti anda temui Pak Rafi kepala sekretaris," ucap perempuan itu. "Maaf Bu, saya bukan melamar pekerjaan sebagai Sekretaris," ucap Adiva. "Ini perintah atasan kita, saya hanya menjalankan perintah dan mengenai posisi yang akan nada tempati itu tergantung dari keputusan atasan," jelas perempuan itu membuat Adiva hanya bisa pasrah. "Baiklah terimakasih Bu, saya permisi..." ucap Adiva melangkahkan kakinya keluar dari ruangan ini dan ia segera mencari lift menuju lantai lima belas. Adiva memang cantik dan mempesona membuat beberapa karyawan laki-laki yang melihatnya merasa sosok Adiva sangatlah menarik. Adiva juga menujukkan senyumannya, ketika ia berpapasan dengan orang-orang yang sedang melihatnya. Adiva masuk kedalam lift yang juga berisikan beberapa karyawan lainnya. Adiva menekan tombol lift angka lima belas dan itu membuat beberapa orang kembali menatapnya dengan tatapan penasaran. Lift terbuka dan Adiva melangkahkan kakinya keluar dari lift, ia mengedarkan pandangannnya dan melihat beberapa karyawan terlihat sibuk dikubikelnya. Adiva mendekati salah seorang dari mereka. "Selamat Pagi, saya Adiva. Hari ini saya mulai bekerja di perusahaan ini," ucap Adiva memperkenalkan dirinya. "O... mungkin kamu karyawan sementara yang menggantikan Rina, ini file yang harus kamu perbanyak dan hmmm, foto copynya di sebelah sana!" Ucapnya menujuk ruang foto copy yang berada disudut ruangan ini. Adiva menganggukkan kepalanya dan ia hanya bisa menuruti perintah karyawan senior karena mereka sepertinya sangatlah sibuk saat ini. Adiva membawa file itu dan melangkahkan kakinya mendekati mesin fotocoy. Dengan cepat ia mengerjakan tugas yang diberikan senior perempuannya itu dan ia memang telah terbiasa menggunakan mesin fotocopy karena dulu saat ia manggung ia yang selalu mendapatkan tugas ini. Adiva kemudian mendekati karyawan yang memberikannya perintah untuk memperbanyak file yang ia bawa ini. "Ini Bu, sudah saya selesaikan," ucap Adiva. "Ternyata kamu cepat juga, itu tempatmu dan silahkan mengerjakan file yang sudah menumpuk diatas meja!" Ucapnya. Adiva mengerutkan dahinya, karena sesuai apa yang dikatakan HRD jika pekerjaannya adalah sebagai sekretaris CEO mereka. "Maaf Bu, saya bukan ditempatkan di sini, saya..." ucapan Adiva segera dipotong karena sepertinya wanita ini tidak membutuhkan penjelasannya. "Jangan bikin saya pusing, kamu tahu pekerjaan kita sekarang sudah sangat banyak dan harus segera diselesaikan, kamu mau nanti di semprot Pak CEO kita? Kamu bisa nangis nanti," ucapnya. "Tapi Bu, saya..." ucap Adiva dan itu membuat wanita itu kesal. "Nggak usah banyak omong sebentar lagi rapat!" Teriaknya membuat karyawan lainnya menatap kearah Adiva dan mereka kemudian kembali fokus dengan pekerjaan mereka. Astaga sibuk banget mereka.... Batin Adiva yang takjub dengan rekan kerja barunya yang terlihat sangat sibuk hingga tidak menghiraukan kehadirannya. Langkah kaki terdengar dan sosok tampan yang saat ini sedang mendekati mereka, laki-laki ini memakai jas dan terlihat sangat formal. Apalagi ada kaca mata yang bertengger di hidungnya dan juga sebuah ipad yang sepetinya sangat penting baginya untuk menunjang pekerjaannya. Terdengar bisik-bisa para karyawan tentang dirinya membuat Arinda memilih menatapnya dengan tatapan menilai. Laki-laki itu terkejut melihat Adiva dan ia kemudian kembali menormalkan ekspresi wajahnya. Mereka semua kemudian diberi perintah oleh perempuan yang tadi memerintahkan Adiva. Perempuan itu menepuk tangannya tiga kali dan itu membuat para karyawan lainnya menghentikan gerakannya. Adiva membuka mulutnya takjub dengan cara kerja karyawan Candrama yang sangat displin. Ia menahan tawanya karena mengingat sosok sahabatnya Astrid, ia penasaran apakah divisi Astrid akan seperti ini juga. Adiva tak bisa membayangkan jika Astrid menjadi sangat kaku dan patuh seperti mereka. "Dengarkan perintah Pak Rafi!" Perintahnya. 'Terimakasih Bu Sabrina." Ucapnya. Perempuan ini ternyata adalah kepala divisi Skretariatan dan ia juga terlihat kaku. Adiva penasaran jika karyawan-karyawan Candrama sekaku ini, maka akan bagaimana penampilan CEO mereka. "Rapat akan segera dimulai, data-data dari berbagai perusahaan harus telah siap untuk dilaporkan. Kalian tahu apa konsekuensinya jika laporan kalian bermasalah?" Tanya Rafi. "Iya Pak kami tahu," ucap Bu Sabrina seolah mewakili karyawan lainnya menjawab pertanyaan Rafi. Rafi Stone merupakan asisten CEO yang hampir selalu mengikuti CEO mereka kemanapun CEO Candrama grup berada. Ia bahkan terlihat seperti wakil CEO alih-alih seorang asisten CEO. "Laporan di sekretaris Tan mencangkup laporan di semua bagian perusahan-perusahan yang dimiliki Candrama grup. Pekerjaan kita bertujuan untun membatu CEO kita, bak itu laporan bulanan atau tahunan," jelas Rafi. "Rapat akan dimulai sekitar sepuluh menit lagi dan saya harap nanti semuanya sudah selesai. Sabrina segera siapkan ruang rapat utama!" Ucap Rafi. "Baik Pak," ucap Sabrina. Adiva mengamati cara kerja di perusahaan ini, sebagai orang baru ia masih harus banyak belajar. Rafi meninggalkan mereka dan ia menuju ruang CEO mereka. Adiva memilih untuk mengikuti cara kerja Sabrina dan saat ini Sabrina mengurusi semua hal yang berkaitan dengan persiapan rapat. Beberapa menit kemudian terlihat beberapa orang telah memasuki ruang rapat. "Kamu," panggil Sabrina menatap Adiva yang saat ini sedang berdiri dihadapannya. "Ya Bu," ucap Adiva. "Bawakan berkas disana dan nanti saat rapat akan dimulai, kamu yang berugas untuk membagikan berkas itu. Hmmm...kamu juga bantu Riza membawakan minuman untuk para petinggi," ucap Sabrina. "Baik Bu," ucap Adiva Beberapa menit kemudian rapat akan segera dimulai dan terlihat para petinggi mulai berdatangan dan segera masuk ke ruang rapat utama. Semua peserta rapat telah masuk membuat Adiva segera menuju pantry dan ia membantu karyawan lainnya menyiapkan minuman untuk peserta rapat. Adiva kembali masuk kedalam ruang rapat dan ia menyerahkan file kepada paras peserta rapat untuk dibaca. Adiva kembali membawakan kopi dan teh untuk peserta rapat. Adiva tidak menyadari jika saat ini ia sedang ditatap oleh seorang kaki-laki dengan tatapan menilai. Adiva memberikan kopi dan teh kepada peserta rapat dan ia mengangkat wajahnya, saat ingin meletakkan secangkir kopi itu dihadapan laki-laki ini. Adiva mengangkat wajahnya dan ia terkejut saat melihat laki-laki tampan yang pernah bertemunya di Bali sepertinya adalah Bosnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD