3. berat sebelah

1327 Words
"ngga! gua bilang ngga yah engga!" "keras kepala banget sih Lo Ja?!" "Gue oke, Lo yang lebay!" "Anjing ni bocah," kata Zidni setelahnya berlalu pergi, masuk kedalam kamarnya dengan membanting pintu. Ruby menghela nafasnya kasar, bingung mau bertindak bagaimana untuk menengahi kedua saudara ini. Agaknya keputusannya menelfon Zidni untuk pulang adalah kesalahan besar Kakak dari si kembar itu pulang dengan keadaan pipi kanan yang merah bekas tamparan tangan, jangan lupakan sudut bibirnya juga yang sedikit terluka mengeluarkan darah. "Jidni kenapa?" Juna datang memasuki rumah dengan sepasang sepatu futsal yang dibawanya ditangan kiri, menghampiri Jane yang duduk di meja makan dengan kepala merunduk dalam. "Ja, kenapa?" tanya Juna sekali lagi dengan tutur yang lebih lembut karena menyadari suasana yang terasa lebih tegang saat ini. Ruby menggaruk belakang kepalanya dengan canggung, mencoba berpikir suatu hal agar ia bisa kabur dari sini segera "Oh! Haloo baba, iya iya Ruru pulang sekarang!!" Ruby berucap lantang dengan telfonnya, setelahnya mengambil tas dan jaket miliknya yang tergeletak begitu saja di sofa. "Gua ga jadi nginep deh, Ja. Baba nelfon nangis nangis minta anaknya pulang. Byeee!" lanjutnya, keluar dari rumah diiringi tatapan bingung dari Juna. "Tuh anak heboh bener," "Gua ngantuk, duluan ya." Juna berdecak kesal ketika Jane juga meninggalkan nya. "Jangan lupa mandi, badan Lo bau kecut!" ucap Jane sebelum benar benar memasuki kamar mereka berdua • Dilain ruang, si sulung didalam kamarnya kini tengah menahan suara tangisnya setengah mati, duduk ditepian kasur dengan tangan terkepal kuat menampilkan urat uratnya yang terlihat menonjol memperlihatkan seberapa emosinya ia saat ini. Beberapa saat yang lalu, tepatnya saat Zidni tengah singgah di apartemen ayahnya, sebuah hal yang tidak terduga terjadi begitu saja. Flashback; "Bisanya nyusahin papi gue mulu," celetuk Ardhan yang lewat di belakang sofa tempat Zidni duduk. Ardhan—anak bungsu dari wanita yang dinikahi Papinya itu duduk di depan Zidni dengan angkuhnya, menyilangkan kaki di atas sofa sembari menatap yang lebih tua dengan sengit. "Lagi butuh uang yah? Adek kembar Lo kelaparan apa gimana?" tanya nya sekali lagi yang mampu membuat Zidni naik pitam seketika "Anak ingusan macem Lo mending diem deh," Zidni berucap sinis, mencoba berucap tenang kendati dadanya terasa terbakar, panas. "Mending elu samperin emak lo, minta s**u terus bobok, jangan lupa pake popok!" Ardhan tertawa lebar, "Lo gila? Mata Lo rabun? Nyuruh anak SMP buat make popok—ah, gue rasa Lo emang gila ngeratapin keluarga Lo yang ancur" ucap Ardhan dengan kikikannya. "Moga aja si kembar kesayangan Lo ga ikutan gila, kasian. Eh, tapi gue liat liat si Jane kek orang penyakitan kurus kering, lesu, kurang kasih sayang hahahah" "b*****t Lo, anjing!" BUGHH!! "hahahah, kenapa? ngerasa bener bener kurang kasih sayang yah? kesindir?" Zidni hilang kendali, memukuli Ardhan dengan emosi yang meluap tanpa menyadari Seokjin yang datang saat Zidni kalap dengan emosinya, tanpa tau Ardhan yang merupakan tersangka utama dari perkelahian ini. Plakk! "Berani beraninya kamu pukulin Ardhan?! Dia ini adik kamu— "Cuih! Gasudi!" ucap Zidni, tangannya masih setia mengusap pipi yang keram selepas tamparan tadi. Seokjin yang kesal melihat tanggapan anak sulungnya, melemparkan kartu ATM di meja setelahnya menuntun Ardhan pergi masuk ke kamar "Pergi dari sini, dasar berandalan!" Zidni tertawa miris kendati sudut bibirnya terasa nyeri. Begitu dua orang itu hilang dari pandangannya, Zidni menghembuskan nafasnya kasar, mengurut dadanya sendiri yang debarannya sampai terasa hingga kerongkongan, nafasnya yang masih memburu juga tangannya yang bergetar hebat, "haha, lucu." ucapnya getir, "Sekarang apa bedanya gue sama anak yatim-piatu? Apa jangan-jangan gue lahir hanya karena nafsu s*x mereka?" "Apa gue pantes buat iri?" ••~•• Suga itu sering gengsi kalo ngungkapin kasih sayangnya sama Yoda, entah itu lewat ucapan atau sentuhan, abisnya Yoda kalo dikasih hati mintanya empedu, kaya kali ini nih, Suga yang lagi sibuk di ruang kerjanya tiba tiba didatengin makhluk astral, bung Yoda namanya. "Hai sob!" "Sab, sob, sab, sob! Abi sobek congor kamu sini." Ucap Suga tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop, sementara Yoda mengedikkan bahunya acuh seraya berjalan mendekat Cup! "Abiii~" Tak asing lagi kalau Yoda mengecup pipinya tiba-tiba seperti ini, berarti anak itu sedang membutuhkan sesajen "Mau apa kamu?" "Hehe Abi pengertian banget jadi cowok, uuunch gemesss" ucap Yoda seraya menarik jambang di kedua sisi pipi Abinya "Aduh! Gila ni anak, minta dikurbanin!" "Ck, yodaaa sakit nak!" Suga mendelik kesal seraya mencubit paha anaknya, Suga kan orangnya dendaman. "Udah ah cepetan! Abi sibuk, kamu lagi butuh apa?" Yoda tampak ragu, tapi tak dipungkiri wajah senangnya lebih mendominasi saat ini "Minggu depan kan Yoyo sama kawan kawan tercinta terkasih sayang, my bessprend poreper- Brak!! Suga menggebrak meja lalu memasang senyum mengerikannya untuk Yoda "Hehehe," "Kamu kebanyakan cing-cong! Abi sabet pake berkas juga lama lama mukamu" Yoda cemberut, "Yaudah ih! Udah tua ngga bisa diajak becanda" "Hhhh.." "Gini. Yoda mau tahun baruan nanti ajak anak-anak trejo ke villa, Abi yang bayarin!" "Astagaaaaa yodaaaaa! Tahun baru masih empat bulan lagi, kamu gangguin Abi cuman mau ngomong itu?" Suga frustasi sementara Yoda cuman ngangguk kesenengan "Tenang nak, Abi bayarin! Kalo perlu satu kampung Abi bayarin puas?!!" "Ah jangan sekampung nanti uang Abi habis ntar kita jadi gembel" "Iya nanti kamu mulung bantuin Abi cari nafkah!" ••~•• Adi yang lagi keliling-keliling manjahh sama Vespa merahnya mendadak berhenti pas liat Juna jalan sendirian bawa kresek putih Indomaret Adi melanin motornya biar sejajar sama Juna yang jalan santai. "Miskiiin? Mau kemana nih?" "Songong amat! Dahlah, ayok gass!" Juna ujug-ujug naik, untung Adi siap siaga walaupun agak mau oleng dikit "Main naek aja ntar kalo nyungsep, baret, gue jual ginjal elu ya njeng!" "Cepetan jalan, tuan sibuk. Nanti tuan potong gajihmu ya!" ucap Juna ga tau malu sambil nepuk nepukin pundak Adi kek lagi dibonceng tukang ojek "Potong gajih ndasmu! Yang ada gue potong titid lu! berani beraninya dudukin my honey" • Begitu sampe dirumah, Adi maen nyelonong masuk ngga meduliin tuan rumah yang ngga nawarin mampir. Di dalem ternyata ada Yoda yang lagi maen game sama Jane dan Zidni, mereka bertiga rupanya yang memerintah Juna untuk jajan di Indomaret. "Wiihhh semenjak berantem waktu itu sekarang jadi lengket banget" ucap Adi setelahnya main comot minuman Yoda, menenggaknya hingga tandas. "Sopan banget Lo bocah!" "Aelah, namanya juga haus" beberapa menit berlalu, mereka berlima asik sama dunia game nya, untung aja tuh congor ngga toxic, jadi aman, Zidni kan suka ambekan kalo ada yang ngomong kasar pas sama si kembar, padahalmah Juna sama Jane nya juga kalo ngomong isi kebun binatang semua suka dibawa bawa. "Ah! Ini siapa sih yang nelfon?! Eh, mami?" Juna yang awalnya kesel jadi ngga begitu marah pas yang telfon ternyata ibunya sendiri. Jane juga pas denger Juna nyebut nama maminya langsung matiin gamenya terus menggeser badannya kearah Juna seraya memasang wajah gembira. "Angkat cepetan Jun!" "Hallo, mam?" "Aaaa Juna, mami kangennn!" teriak diseberang sana, Juna dan Jane sampai bisa membayangkan senyum cerah mami nya saat ini Sementara itu Zidni yang merasa tak peduli, juga Yoda dan Adi yang tak ingin ikut campur, memilih fokus bermain handphone. "Mami Jane juga- "Juna, nanti mami ada kirimin baju baru buat kamu, ntar kamu terima yah, terus foto kirimin mami. Mami ngga sabar tau, itu jaket dari brand ternama yang mami beli, kamu pasti cocok makenya" "Mommy! Cepetan dad udah nungguin." Itu suara Giselle, putri tunggal dari suami baru Dara. Juna dan Jane mendadak terdiam dengan senyuman yang perlahan luntur "Mi, buat Jane adakan?" tanya Juna, karena bagaimanapun juga dari ketiga anaknya ini, Jane lah yang masih begitu mengharapkan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Dara menghela nafasnya kasar mendengar pertanyaan dari Juna, dia tak tau jika Jane mendengar semua yang ia bicarakan "Mami lupa Jun. Anak kembar juga ga harus apa apa samaan kan? Udah ya. Mami buru-buru, dahh Juna" "Mami, Jane mau ngomong!" Nyatanya teriakan Juna ini tak tersampaikan karena sambungan telepon yang diputus sepihak oleh Dara. Jane menggigit bibir bawahnya, melihat Juna yang menatapnya iba ia tak suka. "Nanti Lo pake terus gue yang fotoin, mami pasti seneng" ucap Jane setelahnya kembali bergabung dengan yang lain, Juna menghela nafasnya lirih. Kenapa slalu seperti ini? tbc..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD