4. senja sendu

1937 Words
Juna sama Jane tuh kembar, sampe sifat dan perilakunya pun kebanyakan kembarnya, mending dalam hal bagus lah ini? dalam hal yang kurang bagus masalahnya. Dari mulai jarang bahkan ga suka olahraga, hobi ngomong alias ngebacot, doyan ngemil, sukanya ngerjain orang. Itu sebab makanya Zidni suka pake koyo dan bau GPU persis remaja jompo, karena apa? Yah karena pusing ngurusin mereka. eh, tapi ada satu sih yang beda dari mereka yakni Juna kelewat cengeng nah kalo Jane kebalikannya. Dari semua itu satu hal yang paling ga bisa di tolerir bagi Zidni, yaitu males olahraga, mager nya ituloh yang bikin si sulung kesel. Padahal olahraga itu penting banget buat kesehatan dan kebugaran tubuh, ini si kembar yang hobinya rebahan males malesan jadi keliatan kuyu lesu bikin Zidni mikir nih anak dua banyak bawa aura negatif. Makanya hari ini, dengan tekad dan energi yang luar biasa si sulung berusaha narik si kembar dari singgasana nya yang disebut kasur untuk melakukan olahraga di hari libur ini "Bangun junaaa!" teriak Zidni yang masih setia narik kaki panjang Juna yang menujuntai kebawah kasur, hasil tarikannya sejak 5 menit yang lalu. Juna yang menolak dengan berpegangan pada kepala ranjang kini hanya bisa pasrah karena tenaga kakaknya sebelas dua belas sama Hercules, menariknya hingga terhempas jatuh kebawah kasur. "Abang ini hari minguuuuu!!!" "Iyatau lagian siapa yang bilang ini hari Mei." "Hhh.. gila" "Apa Lo bilang?! Bangun Juna!" Zidni mendelik, habis kesabaran pas liat Juna justru menarik guling nya terus lanjut tidur diatas lantai "Astaga, tobat gue tobat!" Zidni pengen nangis aja rasanya Baru satu orang loh ini, belum juga si Jane yang masih asik didunia mimpi "Jane bangun dek, kita olahraga yuk?" Zidni beralih ke Jane, naik ke ranjangnya terus puk pukin pipi Jane sambil mainin bibir adiknya yang tidurnya mangap kayak ikan koi "Jane? Abang ambil air es nih ya buat siram kamu, kalo dalam hitungan ke tiga kamu ga bangun siap siap aja nih kasur banjir! Atau ngga Abang bopong kamu sama kasur kasurnya ke empangnya pak Mamat biar kamu hanyut sekalian" kata Zidni panjang kali lebar. "Jane?" Krik.. krik.. Tak ada suara maupun sahutan dari ancaman Zidni, Si sulung berdiri sambil ngehela nafas kasar natep nanar ke dua kebo yang masih setia ngorok "Ini orang tidur apa simulasi alam kubur sih? Gue mau bangunin kasar ga tega, mau lembut juga gini ga bangun bangun" Zidni capek sendiri, berkacak pinggang sambil masang wajah berpikir keras sampe sedetik kemudian wajahnya berubah jadi cerah, dapet ide dia. "Gue telfon anak anak buat bangunin ni bocah aja kali yak? Ide bagus!" . Tapi lagi lagi karena yang lain juga males malesan di hari minggu, alhasil olahraga nya pun keburu siang, malah siang siang gini kesebelasan manusia ini belum sarapan udah disuruh kumpul di rumah orang, siapa lagi kalau bukan Zidni dalangnya. tapi Zidni yang tanggung jawab ternyata udah beli sarapan di depan perempatan sana, yaaaa walopun cuman risol dengan berbagai macam temannya yang biasa kita sebut gorengan, setidaknya Kaka dari si kembar ini bertanggung jawab "Makan gaess!" Jane yang dateng dari arah dapur bawa mangkok sama sendoknya, ditabuh kayak tukang bakso yang lagi jualan "Ngapain lu bawa mangkok garpu sendok? Mau makan gorengan sama mangkok biar kuku Lo tetep slayyy gitu??" tanya Damar bersungut-sungut, rupanya masih dendam karena dikasih sesajen hanya berupa gorengan "Dia ngga makan gorengan, tenggorokan nya lagi sakit jadi gue beliin bubur ketan item" sahut Zidni, Jane tersenyum mengejek disaat yang lain hendak melayangkan protesnya "Tadwi emwhak ghue maswak enyak bwuat saraphan dan guobwloknya ghuwe mwilih ke rumah elo dan cumwhan di suguhin rihwsol, nyweshel gue" ucap Jou namun begitu mulutnya penuh dengan dua potong gorengan Zidni meringis takut si Jou keselek terus mati. "Tapi enak kan?" "Ngga! Tahunya coba sama cabe lagi," "Engga engga tapi maruk iya!" Olahraga pagi ga jadi, ujung ujungnya mereka makan gorengan sambil curcol, "Minggu kemaren gue maen bowling sama Jane, payah banget dia gila!" tutur Mahdi "Ya lagian udah dibilang gue ga jago tetep aja minta ditemenin," Adi menenggak minumannya hingga kosong, lalu beranjak pergi ke dapur, "gue bikin kopi yak." "Sekalian oy!" "Gua juga deh," "Empat Di, sama gue. Itu kopinya di rak atas paling kiri" "Anjing, jadi pembantu gue!" teriak Adi dari dapur Sementara itu Ruby yang lagi asik ngunyah tiba tiba keinget sesuatu. "Eh, eh, ada kabar bahagia! Mau tau ga?!" "ENGGA!" "ck, yaudah." Ruby cemberut, "eh tapi gue mau ngomongin ini, Lo pada pura pura nanya kek, 'apatuh Ruby tampan? Kasih tau dong kita, kita kepo nichh' gitu. bahagiain gue kek sekali iniii aja" "Halah bacot, ngomong tinggal ngomong by!" kata Yoda sambil lempar kulit kacang yang bekas emutannya "Gila jorok banget lu bang!" "Kebiasaan banget ngemut kulit kacang ih," "Enak, asin!" "Tuhkan, malah pada bacot orang gue mau ngomong juga" Hadi ketawa terus nyuruh yang lain diem. Dah hening tuh ruangan Ruby baru nyengir lebar "Akhir Desember nanti gue mau ke Jepang, Yeayy!!" Hening. "Anjing! Bilang horee kek," "HOREEEEEE!!!" "Akhirnya adiknya lucinta Luna pergi kawand," "b*****t Lo Jan!" ••~•• Begitu mereka pada pulang ke habitatnya masing masing, rumah baru kerasa kayak kapal pecah. Zidni dorong dorong sofa yang pada geser dari tempat semula, Jane ngambilin s****h s****h besar, sementara Juna nyapu. Mereka bertiga mendadak gotong royong untuk kebersihan bersama. "Sialin banget ini s****h kacang sama kuaci, ini tadi siapa sih yang makanin ini ciki? Laen kali kalo ngumpul belinya nasi padang ajalah, kenyang, praktis, sekali hap!" "Anjir siapa yang makan nasi padang sekali hap junaaa??" Jane nanya sambil ngakak Juna ngga jawab, bingung juga dia, siapa yah? "Sini biar gue aja yang buang" kata Juna sambil ambil alih plastik item berukuran besar berisi sampah "Lagian tadi siapa yang borong jajanan njirr" keluh Zidni, ngalihin pembicaraan karena tadi dia juga ikut makan kacang sama Yoda "Si Juan dijajanin Dapi" tutur Juna sambil berlalu keluar rumah "Kalo udah cuci tangan Ja," titah Zidni, Jane mengangguk. "Abang juga." katanya sebelum berlalu pergi. ••~•• Tidak. Yang merasakan kehampaan tentang kehidupan ini bukan hanya dirimu saja, terkadang disaat hal baik tak kunjung menghampirimu, kau akan merasa iri pasal kehidupan orang lain, merasa hidupmu tak ada apa apanya kemudian ruang hampa menghampirimu begitu saja. Saat kecil dulu, di malam sebelum tidurmu, kau menghayalkan betapa menyenangkannya menjadi dewasa, sedangkan sekarang kau merutuki impian itu. Karena kau sadar jika hidup tidak sepraktis itu. Rumitnya bahkan mengalahkan benang kusut. Runyamnya kepala mu tentang pertikaian kata didalam sana bahkan mengalahkan debat ibu rumah tangga yang tengah bergosip. Isi kepalamu seakan penuh dengan kata-kata kendati bibirmu terus menerus terkatup, hanya sebuah lengkungan yang sesekali hadir agar dirimu terlihat baik-baik saja. Kala itu Zidni pernah sekali mengatakan ini pada Jane, sesekali lakuin sesuatu yang ngga elo pengen, Ja. Kayak nangis depan kita dan ungkapin semua keluh kesah lu, gua sama Juna itu Abang lo, bukan pajangan idup! Tak ada yang salah diantara mereka bertiga, hanya saja selayaknya hubungan antara saudara laki laki pada umumnya yang sulit untuk terbuka pada satu sama lain, Jane adalah salah satu diantaranya yang tidak bisa membagi dukanya bersama, memilih memendamnya sendiri hingga lama kelamaan rasanya ia mati rasa. Sejujurnya Jane sadar akan kasih sayang ibu nya yang berat sebelah. Kedua orang tuanya yang bahagia dengan keluarga masing-masing jujur saja membuat Jane iri setengah mati. Zidni yang terkadang asik dengan dunia remajanya, juga kembarannya yang ekstrovert juga mudah berteman dengan orang lain hingga dikenal oleh seluruh penjuru sekolah karena ketampanan dan kepandaiannya dalam bersosialisasi, berbanding terbalik dengan dirinya. Terkadang Jane bahkan merasa asing jika bersama Juna di luaran rumah. Juna begitu bersinar, tidak seperti dirinya. Juna yang bisa mudah berkeluh kesah bahkan meneteskan air matanya dihadapan kedua saudaranya ini, Serta Zidni yang bisa dengan mudah berekspresi dengan emosi bahkan lelucon garingnya, Sedangkan Jane... Ah tidak, Jane kelewatan! Benar! Ini semua salah. Jane terlalu egois untuk merasa iri. Harusnya ia patut merasa bersyukur atas hidupnya, atas nafasnya yang masih normal, kakinya yang berfungsi dengan baik, tangannya, matanya, bahkan telinganya, semuanya! Kedua saudaranya, teman dan sahabatnya, bahkan tetangga dekatnya. Benar! Jane yang tidak bisa bersyukur. “Tapi Tuhan, akhir akhir ini aku rasa ada yang salah dengan tubuh ini”. ••~•• "kalo dipikir pikir kok kita ngga pernah foto keluarga yah?" Jane bertanya, berbisik dengan badan berputar kearah belakang, menatap Juna yang masih berpura-pura fokus menghitung rumus. Pak Agung di depan sana tengah mengerjakan sesuatu di laptopnya sementara para murid tengah mengerjakan 1 bab penuh soal fisika. Juna mengangkat kepalanya, menatap Jane yang masih setia menatapnya. "Ga tau Ja, jangan tanya yang aneh-aneh. Pusing." "Pulang nanti foto keluarga yuk?" "Mami papi mana mau, kan udah bukan keluarga." "Kita aja bertiga, sama Abang" kata Jane keukeuh dengan permintaannya. "Oke? Oke dong." "Atur ajalah gue ngikut" "Sip!" • Jam pelajaran terakhir di lewatkan Juna yang entah melayap kemana, Jane tak ambil pusing karena biasanya pun begitu, namun demikian alih alih nilainya jeblog Juna justru seringkali mendapat peringkat atas, entahlah gen jenius dari mana yang Juna dapatkan untuk itu. "Sampai disini perjumpaan kita, selamat sore." Dengan itu seisi kelas langsung ricuh, membereskan peralatan belajar masing masing dengan mulut yang saling berceloteh membicarakan segala hal. Setelah membereskan buku buku miliknya, Jane beralih ke meja belakang tempat Juna duduk, membereskan beberapa barang Juna yang tergeletak kedalam tas hitamnya— omong-omong hari ini Juna tak membawa tas— ingin rasanya Jane membuang semua buku yang Juna titipkan padanya. Puk! "Hmm," Jane berdehem setelah menengok kebelakang guna melihat siapa orang yang menepuk bahunya. "Mau pulang bareng ga? Gua dijemput baba Taek" "Njirr bangor bener lu By" Jane terkekeh sesaat kemudian menggeleng menolak ajakan Ruby. "Gue mau foto keluarga sama Juna, Jidni." "Woahh! Gue ikut!!!" "Njir ngapain?!" "Gue kan udah bareng kalian dari jigot, gue termasuk keluarga kalian lah. Gue ikut!" Jane melotot, "Ngga, ngga! Lo kan udah punya foto keluarga, lengkap pula! Ngapain mau ikut gue?" "Ck, ga boleh nih?" tanya Ruby seketika sendu "Ga!" "Udah sana pulang!" usir Jane. Kelas juga sudah sepi, hanya tinggal mereka berdua dan tiga tas milik Juan, Jou, serta Adi yang ikut bolos bersama Juna, mungkin. "Abistu langsung kirim fotonya oke? Gue mau liat!" kata Ruby dengan wajahnya yang berlagak sinis, pura-pura marah karena tak diajak. Jane mengacungkan jari jempolnya tanda setuju, setelahnya Ruby pergi sementara Jane kembali menghubungi Juna dan Zidni secara bergantian dan sialnya tak kunjung dijawab telfonnya ini. "Aih bodoh! Kenapa ga chat di grup aja Bambang?!" kata Jane kesal sendiri. KakRoy&udinidin Today Cepet woyy! Jadi ga? Keburu sore nih!!! Ntar Photoshop nya tutup Gue tungguin dikelas, cepetannn! 15: 51 Setelah berhasil mengetikkan beberapa pesan, Jane beralih ke aplikasi lainnya. Bermain game sembari menunggu kedua saudaranya datang. Jane yang malas mencari keberadaan mereka hanya berpasrah lewat pesan singkatnya, berpikir saudaranya akan datang ketika membaca pesan itu, Namun na'as, hampir 30 menit berlalu pesan itu belum juga terbaca. Jane hampir kesal dibuatnya, memilih berpikir positif akhirnya ia putuskan untuk keluar dari kelas. Ting! Satu notif di ponselnya mampu membuat Jane berjengit senang ditengah langkah kakinya, rupanya pesan dari group chat yang sedari tadi Jane tunggu tunggu notifikasi nya. BangJi_gong Ja, jangan hari ini ya? Gue gabisa. Me Oh.. oke Juna Janeeeee, sorry ya gue lagi les nyanyi sama piano diajarin temen gue, nanti aja yah? Ini mumpung gratis, bang Ji nya juga lagi sibuk kan? Nanti foto mah gampang, foto sendiri juga bisa, oke? Me Oh yaudah. Gue nunggu lama dikelas loh padahal, kenapa ngga ngomong dari awal? Jane tersenyum kecut, lagi lagi pesannya terabaikan dan jawaban pesan yang tadi ia antusiasi rupanya tak seindah bayangannya. Me Kalo jadi foto nanti konsep fotonya gue maunya pake seragam putih abu yah bang biar kek anak sekolahan, eh! emang anak sekolahan sih Ntar pulang jangan malem² gue takut sendirian:- TBC..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD