2

1534 Words
Anika mengambil pesanan yang diserahkan pramusaji di atas nampan. Dengan langkah yakin dia berjalan ke arah meja tempat Orlando yang masih sibuk berhaha-hihi dengan sanga mantan. cih, Anika bahkan melihat wanita itu mengibaskan rambutnya dengan gaya genit. "Lan, ini cola kamu," Anika menyerahkan satu gelas besar cola ke arah Orlando. Sedangkan pria itu mengerutkan glabelanya mendengar kata 'kamu' keluar dari mulut Anika. Serius itu tadi Anika yang ngomong? Bukan Puja yang ada di hadapannya? Orlando lalu melirik ke arah Puja saat dengan ramah Anika menyapa gadis itu padahal dulu saat kuliah Orlando tahu sekali bahwa Anika tidak menyukai mantan pacarnya itu, begitupun sebaliknya. "Halo, Puja! Udah lama banget ya engga ketemu," ujar Anika dengan senyum tiga cari di bibirnya. Puja tampak tidak suka dengan kehadiran Anika. Ia lalu menoleh ke arah Orlando yang dengan luwes menyuapi Azalea makan sedangkan mamanya justru masih berdiri di hadapan Puja. "Iya, udah lama banget. Lo sama Orando..." Puja mengantung ucapannya, ia menanti jawaban apa yang akan keluar dari mulut Anika. Anika tersenyum lebih lebar, "Iya, gue masih sama Orlando," jawabnya ambigu. Orlando melirik sahabatnya yang kini sedang tertawa malu. Entah apa yang direncanakan Anika tapi ia memilih untuk membiarkan sahabatnya itu berlaku sesukanya. Puja tampak terjekejut, ia lalu menoleh ke arah Azalea yang sesekali merengek karena Orlando iseng memakan ayam miliknya. "Jadi ini anak---" "Iya, anak gue," sergah Anika cepat. Ia sengaja tidak menjelaskan bahwa Azalea bukan anaknya dengan Orlando. Puja mengangguk kaku, dengan senyum dipaksakan, dia menoleh ke arah Orlando dan berpamitan pada pria itu. Tanpa menoleh ke arah Anika, dia pergi begitu saja. Anika mendengkus, ia lalu berjalan ke arah kursi yang ada di sebelah Azalea. "Makin miskin kali ya mantan lo. Bajunya kurang bahan gitu," ucapnya dengan mengusapi mulut anaknya yang belepotan. Orlando menatap Anika di depannya, "Jangan suka komenin orang begitu. Lo juga pasti engga mau kan di komenin orang lain, apalagi di belakang lo ngomongnya," saran Orlando. Anika berdecak, dia memposisikan dirinya menghadap Orlando. "Iya deh yang mantannya, masih aja di belain," Nada suara Anika terdengar kesal. Orlando tersenyum geli, "Lo cemburu? Segitu engga sukanya liat gue sama Puja sampe biarin dia salah paham tentang kita. Ngomong ke gue juga pake 'kamu' lagi," goda Orlando. Anika membulatkan matanya dengan mulut menganga. " Siapa yang cemburu? Gue kayak tadi karena gue engga suka sama dia! Lo lupa dulu putus sama dia gara-gara apa?" tanya Anika retoris. Jelas karena Orlando sangat tahu alasan apa yang membuatnya putus dengan Puja. Orlando mengedikan bahu acuh, lalu kembali menyomot ayam milik Azalea yang membuat gadis itu nyaris menangis jika saja tidak ditenangkan oleh mamanya. Dulu Puja selalu cemburu setiap melihat Orlando berada dekat dengan Anika. Bahkan gadis itu memonopoli Orlando hingga hubungan Orlando dan Anika sempat merenggang karena jarang bertemu. Dan saat Orlando dan Anika kembali dekat, Puja terbakar api cemburu hingga dia jalan berdua dengan teman satu fakultasnya demi membuat Orlando cemburu. Tapi yang terjadi justru Orlando memutuskan Puja dengan mudah yang justru membuat Puja menyesal karena sudah bertingkah dan membuat Orlando marah. "Dia kelihatan masih suka sama lo," ujar Anika yang masih sibuk menghabiskan makanannya. Orlando mengangkat sebelah alisnya,"Sok-sokan jadi mentalist yang bisa baca pikiran orang, lo sekarang?" Anika memukul tangan Orlando yang ada di meja. "Gue bisa lihat dari gerak-geriknya. Dia juga kelihatan engga suka pas gue bilang masih sama lo." "Yaudah biarin aja," balas Orlando singkat. Anika menatap sahabatnya itu, dia jadi ingat bahwa Orlando juga bersikap seakan-akan dia ayah dari Azalea tadi saat di sekolah. "Lo juga. Lo juga tadi engga ngelak pas mamanya Clara nyangka lo papanya Azalea," ucap Anika. Matanya memandang lurus ke arah Orlando. "Om Olan jadi papanya Lea, Ma?" Azalea tiba-tiba masuk dalam obrolan mereka. Anika tersenyum ke arah anaknya, "Lea kalau lagi makan engga boleh ngomong. Habisin dulu ya," ujar Anika mengalihkan atensi Azalea. Untungnya anak itu langsung menurut. "Ya karena gue engga mau Azalea dikatain engga punya Bapak. Bapaknya dia kan gila," Orlando berujar pelan. Dia tidak ingin Azalea mendengar saat dia mengatai papanya. "Gitu-gitu dia pernah jadi suami gue. Jangan ngatain sembarangan," Ketus Anika. Orlando mencibir, "Suami yang nyerong sama cewek lain pas bininya bunting," ucapnya blak-blakan. Anika memukul lengan Orlando lebih keras hingga pria itu mengaduh. "Omongan lo dijaga, ada Lea disini," sungut Anika yang hanya dijawab kekehan oleh sahabatnya itu. ** "Gimana pentasnya, Bang?" Orlando mendapatkan pertanyaan itu dari adik bungsunya saat ia baru saja mendudukan diri di sofa ruang tengah. "Lancar. Lea lucu banget pake kebaya," jawabnya sambil tersenyum. Orin bertepuk tangan antusias, "Aku mau liat foto-fotonya, Bang. Ada videonya juga engga?" Orlando mengangguk dan mengangsurkan tas kameranya ke arah Orin yang langsung disambut gadis itu dengan semangat. Orin menatap ke arah abangnya saat ia sudah tidak mendengar suara apapun. Dia berdecak cukup keras saat melihat abangnya sudah tertidur pulas sambil memeluk bantal. Abangnya memang seperti itu, jika sudah bertemu bantal maka hanya dalam waktu kurang dari lima menit ia akan tertidur. Hal yang aneh itu sudah ada pada abangnya sejak kecil. Mama papanya pernah membawa abangnya periksa tapi menurut Dokter tidak ada yang salah dengan Orlando. Itu hanya kebiasaan yang tiba-tiba muncul karena terus menerus dilakukan. Orin tersenyum lebar saat video Azalea terputar di kamera yang dipeganya. Keponakannya itu lucu sekali saat bernyanyi di depan panggung. Bahkan tidak ada raut malu-malu yang Azalea tunjukan. Gadis kecil itu mewarisi sikap percaya diri yang berasal dari mamanya. Orin tahu bahwa Anika juga sama seperti Azalea, selalu melakukan apapun dengan percaya diri. ** Orlando terbangun saat ia mendengar suara berisik di dekatnya. Ia melihat ke sekeliling dan menyadari bahwa di ruang tengah kini sudah dihuni oleh seluruh penghuni rumah. Ia lalu melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul lima sore. Dua jam dia tertidur padahal tadi saat pulang ia sama sekali tidak merasa ngantuk. "Pules banget, Pangeran tidur," ucapan bernada sindiran itu berasal dari mamanya. Orlando hanya tersenyum sambil menggaruk kepalanya. "Olan mandi dulu deh," putus Orlando lalu berjalan ke arah kamarnya. Bukannya masuk ke kamar mandi, Orlando justru merebahkan dirinya di tempat tidur. Ia menguap beberapa kali lalu mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Ada beberapa pesan dari Anika dan juga dari karyawannya di kantor. Orlando membuka lebih dulu pesan dari Anika yang mengatakan terimakasih karena Orlando mau menemani wanita itu datang ke pentas Azalea. Sedangkan karyawannya mengirimkan beberapa berkas client yang harua Orlando pelajari. Orlando mengucek matanya dan berjalan ke arah kamar mandi. Jika terlalu lama berbaring dan tanpa sadar menyentuh bantal maka Orlando akan kembali tertidur, maka ia memutuskan bergegas mandi agar kantuknya hilang. Lima belas menit kemudian Orlando sudah berjalan ke arah ruang tengah yang kini sudah sepi. Sepertinya mama dan Orin sedang memasak untuk makan malam. Entah dimana papanya karena Orlando tidak melihatnya dari tadi. Belum lama Orlando duduk saat ponselnya berdering, nama Anika terpampang di layarnya yang menyala. Orlando tersenyum, dia tahu siapa yang menghubunginya dengan panggilan video. Itu pasti Azalea karena Anila tidak akan pernah melakukan panggilan video dengan Orlando sampai kapanpun. Dia menggeser tombol hijau dan dengan seketika wajah manis Azalea yang rambutnya di kuncir rapi terlihat. Gadis itu tersenyum dengan sangat manis ke arah Orlando. "Halo, Lea..." sapa Orlando, dia membenahi duduknya dan menyingkirkan bantal-bantal di sekitarnya. "Halo, Om Olan.. Lea kangen," Gadis itu memasang wajah masam yang sangat lucu. Orlando terkekeh, "Baru juga tadi ketemu, masa udah kangen aja," Orlando merasa geli dengan percakapannya dan Lea, dia merasa percakapan seperti ini lebih pantas dilakukan sepasang kekasih. Azalea diseberang sana tertawa kecil, "Habisnya Om Olan ganteng. Tadi kata Mama, Ibunya Cla bilang kalau Papanya Lea itu ganteng. Itu berarti Om Olan, kan?" Perkataan itu membuat Orlando terdiam. Mungkin salahnya karena tidak mengklarifikasi kepada ibu dari teman Azalea bahwa dia bukan ayah Azalea. Tapi melihapimelihat mata Azalea yang berpendar bangga saat mengatakan bahwa ibu temannya bilang kalau ayahnya tampan, membuat Orlando tidak sampai hati membuat gadis cantik itu patah hati. "Iya, kan dari dulu Om Olan bilang, Lea bisa anggep Om papa Lea. Tapi tetep ya papa asli Lea itu Papa Faris," ujar Orlando. Ia mengingatkan Azalea untuk tetap berpikir demikian, ia tidak mau kalau sampai di depan Faris Azalea akan menyebut Orlando sebagai Papanya. Bisa bahaya nanti. Azalea membulatkan jari telunjuk dan ibu jarinya, "Oke, Om. Kalau soal itu Lea tahu kok. Papa Faris kan memang Papanya Lea, walaupun engga tinggal serumah sama Lea kayak papa temen Lea yang lain." Orlando tersenyum tipis menanggapi ucapan gadis lima tahun itu. Tidak ada wajahh sedih yang Azalea tunjukan saat mengatakannya, tapi Orlando tahu bahwa Lea diam-diam menginginkan keluarga yang utuh seperti teman-temannya. "Yang penting Lea masih bisa ketemu sama Papa Faris setiap minggu, kan? Jadi engga masalah dong!" Orlando berkata dengan nada semangat, berharap gadis yang terpisah layar dengannya saat ini bisa ikut tertular semangatnya. Dan dia bersyukur saat wajah Azalea berubah ceria, "Iya, minggu ini Papa mau beliin Lea tas Frozen yang baru. Nanti Om jadi orang pertama yang Lea kasih tunjuk ya," ujar gadis itu dengan senyum sangat lebar. Orlando berkata Oke dan kemudian panggilan video itu terdengar rusuh karena suara Anika yang memperingatkan Azalea agar tidak sembarangan menggunakan ponselnya apalagi untuk menghubungi orang-orang. Orlando hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala saat Anika meminta ijin untuk mematikan sambungan karena harus mengajak Azalea makan. **
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD